29 research outputs found

    MORPHOLOME ANALYSIS FOR PREDICTION OF GENE FUNCTIONS

    Get PDF
    One of the most important aspects of contemporary biology understands gene activities, which has ramifications for everything from basic science to real-world applications in biotechnology and medicine. One relatively new technology that has shown promise for predicting gene functions is morpholome analysis. Morpholome analysis is a thorough method of determining the functions of genes that involves systematically characterizing morphological phenotypes caused by genetic alterations. Morpholome analysis provides insights into the functional effects of gene alteration by combining high-throughput imaging, computational analysis, and functional genomics. This tool annotates gene functions and identifies new regulatory networks. This review emphasizes the role morpholome analysis plays in driving personalized medicine approaches, enabling drug discovery and development, and improving understanding of biological systems. The discovery of genes and pathways driving several of biological processes, including development, disease progression, and cellular signalling, is among the most significant results. Furthermore, advances in morpholome analysis approaches and technology have the potential to stimulate innovation and discovery across a wide range of biological and biomedical disciplines. To summarize, morpholome analysis is an important method for understanding gene activities, interpreting molecular pathways, and converting results into therapeutic applications for human disease and health

    Transmembrane signalling in eukaryotes: a comparison between higher and lower eukaryotes

    Full text link

    PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN WORTEl (Daucus Carota L.)

    No full text
    Wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman sayuran umbi yang kaya akan vitamin A, B Kompleks, C, D, E, K, dan aktioksidan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lambanan, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat, dan dilaksanakan pada bulan November 2021 sampai bulan Februari 2022. Penelitian ini dilaksanan dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari satu faktor, yaitu: pemberian pupuk organik dan anorganik (P) yang terdiri atas 8 taraf, yaitu (P0) Kontrol, (P1) Pukan Ayam 2 kg/petak, (P2) Pupuk Kandang Ayam 1 kg + ZA 10 gr + KCL 5 gr/petak, (P3) Pupuk Kandang Ayam 1 kg + ZA 10 gr + SP-36 5 gr/petak, (P4) Pupuk Kandang Ayam 2 kg + ZA 5 gr + KCL 5 gr/petak, (P5) Pupuk Kandang Ayam 2 kg + ZA 5 gr + SP-36 5 gr/petak, (P6) ZA 15 gr + KCL 5 gr/petak, (P7) ZA 15 gr + SP-36 5 gr/petak.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak terdapat kombinasi pupuk organic dan an organik yang memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman wortel

    Multi-length and time scale thermal transport using the lattice Boltzmann method with application to electronics cooling

    No full text
    The lattice Boltzmann method (LBM) is used to investigate one-dimensional, multi-length and -time scale transient heat conduction in crystalline semiconductor solids, in which sub-continuum effects are important. The implementation of this method and its application to electronic devices are described. A silicon-on-insulator transistor subject to Joule heating conditions is used as a case study to illustrate the essence of the LBM. We compare our LBM results, for the diffusive to the ballistic transport regimes, with various hierarchical methodologies of heat transport such as the Fourier, Cattaneo, and ballistic-diffusive transport equations. (c) 2005 Elsevier Ltd. All rights reserved

    Uji Efektifitas Frekuensi Penyiraman dan Sumber Hara sebagai Pengganti AB Mix pada Budidaya Sawi Hijau (Brassica juncea L.) secara Hidroponik Substrat.

    No full text
    Tanaman sawi hijau merupakan tanaman yang termasuk dalam kategori hortikultura yang memilki potensi untuk dijadikan sebagai usaha tani. Peningkatan daya saing hortikultura Indonesia menjadi salah satu agenda penting dan mendesak karena permintaan konsumen terus meningkat untuk produk pertanian primer dan hasil olahannya, khususnya hortikultura. Hidroponik merupakan alternatif untuk meningkatkan suatu produktivitas dan kualitas tanaman. Namun diperlukan biaya produksi yang tinggi dalam budidaya hiroponik. Umumnya budidaya hidroponik menggunakan nutrisi AB Mix yang relatif mahal. Mengganti nutrisi AB Mix dengan nutrisi alternatif yang lebih murah namun dapat menghasilkan produktivitas yang tidak berbeda nyata dengan penggunaan AB Mix sehingga biaya produksi dapat menurun. Nutrisi alternatif yang digunakan adalah campuran biourin dan pupuk NPK. Biourin digunakan sebagai nutrisi alternatif, namun kandungan nutrisi biourin tidak lebih tinggi dari kandungan nutrisi AB Mix dalam jumlah volume yang sama. Oleh karena itu perlu adanya pupuk tambahan yang memiliki kandungan nutrisi yang dapat menyeimbangkan kekurangan tersebut, yaitu dengan penambahan pupuk NPK. Sistem hidroponik yang digunakan adalah hidroponik substrat menggunakan media arang sekam dan cocopeat. Campuran media cocopeat dan arang sekam memiliki aerasi yang tinggi dan kapasitas menahan air yang kuat sehingga baik untuk perkembangan tanaman. Hal yang krusial dalam aplikasi air dan hara adalah frekuensi irigasi. Sehingga telah dilakukan penelitian mengenai uji efektifitas frekuensi aplikasi penyiraman dan sumber hara sebagai pengganti AB Mix pada budidaya tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.) secara hidroponik substrat. Penelitian ini untuk mengetahui efektifitas frekuensi aplikasi penyiraman dan sumber hara sebagai pengganti AB Mix pada budidaya sawi hijau (Brassica juncea L.) secara hidroponik substrat. Penelitian dilaksanakan pada bulan oktober 2022 sampai bulan november 2022. Tempat dilaksanakan penelitian adalah di Jatimulyo Kecamatan Lowokwaru. Penelitian dilakukan dengan percobaan faktorial yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama adalah frekuensi aplikasi dengan dua perlakuan: yaitu satu kali sehari penyiraman dan dua hari sekali penyiraman. Faktor kedua adalah kombinasi larutan hara dengan lima perlakuan 100% AB Mix sebagai kontrol, 50% AB Mix + 50% NPK 15:15;15, 50% biourin sapi + 50% NPK 15:15:15, 75% biourin sapi + 25% NPK 15:15:15, 25% biourin sapi + 75% NPK 15:15:15. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Pengamatan dilakukan pada bagian vegetatif tanaman, meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot segar total dan bobot segar konsumsi. Seluruh data kuantitatif yang telah dihimpun dianalisis menggunakan uji statistika Annova Two-Ways. Selanjutnya apabila analisis ragam perlakuan frekuensi penyiraman dan kombinasi larutan hara menunjukkan pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian yang didapatkan adalah penggunaan biourin dan NPK belum efektif menggantikan AB Mix pada budidaya hidroponik substrat tanaman sawi hijau. Tidak terjadi interaksi antara perlakuan frekuensi penyiraman dan kombinasi larutan hara pada pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau. Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau tidak dipengaruhi oleh perbedaan frekuensi penyiraman. Kombinasi larutan hara memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah dan, luas daun, bobot segar dan bobot konsumsi tanaman sawi hijau. Tanaman sawi hijau menghasilkan pertumbuhan dan hasil paling tinggi pada penggunaan larutan hara AB Mix 100%

    Dynamic Contrast-Enhanced Magnetic Resonance Lymphangiography for Diagnosis and Treatment of Chylopericardium After Cardiac Transplantation

    No full text
    Chylopericardium is a rare complication after cardiac transplantation. We report a case of a 69-year-old woman with persistent chylopericardium after a heart transplantation due to Chagas disease. Failure of conservative treatment led to dynamic contrast-enhanced magnetic resonance lymphangiography and percutaneous radiologic intervention of the lymphatic leakage and symptoms resolution
    corecore