243 research outputs found
Maximum Power Point Tracking for Cascaded PV-Converter Modules Using Two-Stage Particle Swarm Optimization
The paper presents a novel two-stage particle swarm optimization (PSO) for the maximum power point tracking (MPPT) control of a PV system consisting of cascaded PV-converter modules, under partial shading conditions (PSCs). In this scheme, the grouping method of the shuffled frog leaping algorithm (SFLA) is incorporated with the basic PSO algorithm, ensuring fast and accurate searching of the global extremum. An adaptive speed factor is also introduced to improve its convergence speed. A PWM algorithm enabling permuted switching of the PV sources is applied. The method enables this PV system to achieve the maximum power generation for any number of PV and converter modules. Simulation studies of the proposed MPPT scheme are performed on a system having two chained PV buck-converter modules and a dc-ac H-bridge connected at its terminals for supplying an AC load. The results show that this type of PV system allows each module to achieve the maximum power generation according its illumination level without affecting the others, and the proposed new control method gives significantly higher power output compared with the conventional P&O and PSO methods
Effective Rheology of Bubbles Moving in a Capillary Tube
We calculate the average volumetric flux versus pressure drop of bubbles
moving in a single capillary tube with varying diameter, finding a square-root
relation from mapping the flow equations onto that of a driven overdamped
pendulum. The calculation is based on a derivation of the equation of motion of
a bubble train from considering the capillary forces and the entropy production
associated with the viscous flow. We also calculate the configurational
probability of the positions of the bubbles.Comment: 4 pages, 1 figur
La prison comme expérience liminale du changement religieux: Une analyse des trajectoires religieuses de personnes détenues de confession musulmane
Depuis une vingtaine d’années, les prisons européennes font face à une augmentation significative de personnes détenues de confession musulmane au point que dans certains établissements, celles-ci représentent parfois plus de la moitié des prisonniers[2]. Si différentes études se sont penchées sur le rôle de la religion dans l’expérience carcérale et que nombre d’entre elles examinent l’islam et les personnes musulmanes en prison, on constate la prééminence d’une rhétorique sécuritaire dans la prise en charge des infracteurs musulmans (en particulier des hommes), qui a pour corollaire une certaine invisibilisation du rôle de l’islam comme ressource pour traverser l’expérience carcérale. Fondé sur un matériel quantitatif et qualitatif récolté entre 2018 et 2020 en Angleterre, Suisse et France, cet article propose d’apporter un éclairage sur les mobilisations individuelles du référentiel islamique par les personnes détenues. Il analyse l’expérience de la prison comme épreuve liminale, à la fois en marge de la société et de leur expérience ordinaire, dans laquelle l’islam est mobilisé comme ressource pour faire face à l’incarcération, même s’il n’est pas forcément protecteur d’une récidive. L’article documente certaines expériences liminales de la religion et suggère que davantage de recherches sont nécessaires pour comprendre la manière dont la religion peut demeurer une ressource pour les personnes détenues au-delà de leur libération
Peremajaan Kawasan Baben Menjadi Kampung Vertikal Ramah Anak
Decent dwelling is a primary need that becomes a basic human need. However, various problems exist in meeting this need. The ever-increasing number of people can not be matched by the availability of available land. Vertical building becomes a solution that is considered to be in accordance with the times, but it needs government presence to make it happen. One of the areas that has this program is Boyolali District. However, the manifestation of vertical house building is constrained by land price that exceeds the set price standard. The concept of rejuvenation to Vertical Village is considered suitable for the government to make this happen, where the government does not need to buy a high population land but replace it with a vertical building unit. The concept of child-friendly areas is also included in order to refer Boyolali District as a child-friendly area and as a manifestation of Human Rights
Efektivitas Kombinasi Bakteri Hidrokarbonoklastik Dengan Saponin Sapindus Rarak Dalam Menurunkan Kadar Total Petroleum Hidrokarbon
Surfaktan memiliki peran penting dalam meningkatkan biodegradasi minyak bumi.
Salah satu surfaktan alami yang jarang dieksplorasi dalam membantu biodegradasi limbah
minyak bumi adalah saponin. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh kombinasi
saponin komersial dari tanaman Sapindus rarak dengan bakteri hidrokarbonoklastik terisolasi
dalam menurunkan kadar total petroleum hidrokarbon.
Bakteri hidrokarbonoklastik diisolasi dari sampel tanah tercemar minyak bumi di
Desa Wonocolo, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, dengan metode enrichment
dalam medium Bushnell-Haas broth dengan konsentrasi minyak bumi 0,5 %. Isolat bakteri
yang diperoleh diseleksi dengan dua tahap. Tahap pertama, isolat diinokulasikan dalam
medium nutrient broth yang mengandung saponin 0 %, 8 %, dan 12 % untuk memperoleh
isolat bakteri yang toleran terhadap saponin. Tahap kedua, isolat diinokulasikan ke dalam
medium Bushnell-Haas broth yang mengandung saponin 0,5 % untuk memperoleh isolat
bakteri yang tidak dapat mendegradasi saponin. Isolat yang lolos seleksi dibuat kurva
pertumbuhannya dalam medium Bushnell-Haas broth dengan konsentrasi minyak bumi 0,5
% dan dipilih berdasarkan laju pertumbuhan tercepat. Isolat terpilih digunakan pada uji
biodegradasi minyak bumi 0,5 % dalam medium Bushnell-Haas broth menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan perlakuan keberadaan isolat terpilih dan
saponin 0,5 %. Penurunan total petroleum hidrokarbon (TPH) minyak bumi dihitung
berdasarkan kandungan TPH dengan metode gravimetri. Data TPH dianalisis ragam ANOVA
(Analysis of Variance) pada taraf α 0,05. Bakteri unggul diidentifikasi berdasarkan sekuen
16S rDNA dan dikonstruksikan dalam bentuk pohon filogeni.
Bakteri sebanyak 34 isolat telah diisolasi dan dimurnikan dari tanah tercemar minyak
bumi. Hasil seleksi tahap pertama, mendapatkan sembilan isolat yaitu IHT1.3, IHT1.5,
IHT3.8, IHT3.14, IHT3.17, IHT3.19, IHT3.20, IHT3.23, dan IHT3.24 yang memiliki
toleransi tinggi terhadap saponin 12 %. Berdasarkan hasil seleksi tahap berikutnya, tiga dari
sembilan isolat tersebut (IHT1.3, IHT1.5, dan IHT3.24) tidak memiliki aktivitas degradasi
saponin konsentrasi 0,5 %. Ketiga isolat bakteri tersebut dianalisis kurva pertumbuhannya.
Isolat IHT3.24 memiliki laju pertumbuhan paling cepat sehingga digunakan pada uji
berikutnya.
Perlakuan kombinasi isolat IHT3.24 dan saponin mampu menurunkan TPH minyak
bumi sebesar 38 % setelah inkubasi 30 hari. Nilai ini lebih tinggi daripada nilai perlakuan
yang hanya diberi bakteri yaitu sebesar 20 %. Data ini menunjukkan bahwa kombinasi
bakteri dan saponin lebih efektif dalam mendegradasi minyak bumi dibandingkan dengan
ix
degradasi minyak bumi oleh bakteri tanpa pemberian saponin. Isolat bakteri IHT1.3, IHT1.5,
dan IHT3.24 berdasarkan sekuen 16S rDNA secara berurutan teridentifikasi sebagai
Ochrobactrum pseudogrignonense (99,6 %), Pseudomonas mendocina (99,2 %), dan
Ochrobactrum pituitosum (97,8 %).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan saponin Sapindus rarak lebih
efektif meningkatkan kemampuan bakteri hidrokarbonoklastik dalam mendegradasi minyak
bumi dari Desa Wonocolo hingga dua kali lipat dibanding bakteri tanpa pemberian saponin.
Saponin sebagaimana surfaktan diketahui mampu mensolubilisasi minyak bumi sehingga
bakteri dapat lebih cepat menyerap substrat tersebut. Kombinasi tersebut dapat
dikembangkan sebagai agen bioremediasi ekosistem tercemar minyak bum
Model Pengembangan Anoa (Buballus Depressicornis Dan Quarlesi) Berbasis Masyarakat, Studi Kasus Di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Provinsi Sulawesi Tengah terletak antara 2°22‟ Lintang Utara dan 3°48‟
Lintang Selatan, serta 119°22‟ dan 124°22‟ Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi
Sulawesi Tengah, sebelah utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi
Gorontalo, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Maluku, sebelah selatan
berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Sulawesi Tenggara,
dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Sulawesi Tengah
merupakan provinsi terbesar di Pulau Sulawesi, dengan luas wilayah daratan
61.841,29 km2 (Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 18 tahun
2013) yang mencakup semenanjung bagian timur dan sebagian semenanjung
bagian utara serta Kepulauan Togean di Teluk Tomini dan Kepulauan Banggai di
Teluk Tolo, dengan luas wilayah adalah 189.480 km2, dengan panjang garis
pantai 4.013 km2
Alignment of the ALICE Inner Tracking System with cosmic-ray tracks
37 pages, 15 figures, revised version, accepted by JINSTALICE (A Large Ion Collider Experiment) is the LHC (Large Hadron Collider) experiment devoted to investigating the strongly interacting matter created in nucleus-nucleus collisions at the LHC energies. The ALICE ITS, Inner Tracking System, consists of six cylindrical layers of silicon detectors with three different technologies; in the outward direction: two layers of pixel detectors, two layers each of drift, and strip detectors. The number of parameters to be determined in the spatial alignment of the 2198 sensor modules of the ITS is about 13,000. The target alignment precision is well below 10 micron in some cases (pixels). The sources of alignment information include survey measurements, and the reconstructed tracks from cosmic rays and from proton-proton collisions. The main track-based alignment method uses the Millepede global approach. An iterative local method was developed and used as well. We present the results obtained for the ITS alignment using about 10^5 charged tracks from cosmic rays that have been collected during summer 2008, with the ALICE solenoidal magnet switched off.Peer reviewe
Pengaruh Perbedaan Level Tinggi Air Pada Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor) dengan Menggunakan Sistem Hidroponik
Hidroponik adalah salah satu solusi yamg dapat digunakan dalam pemanfaatan
lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media tanah. Dengan menggunakan air
sebagai media pengganti tanah dalam solusi pemanfaatan lahan pertanian. Bayam
termasuk dalam kategori sayuran yang kaya akan nutrisi, memiliki kandungan kalori yang
rendah tetapi kaya akan vitamin, mineral, dan fitonutrien. Salah satu fitonutrien yang
terdapat dalam bayam adalah flavonoid, yang berperan sebagai antioksidan dan dapat
melindungi tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Perlakuan
perbedaan level tinggi air akan dilakukan dengan mengamati pada tinggi tanaman, jumlah
daun, indeks kehijauan, luas daun, berat basah, dan panjang akar. Metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Faktor yang digunakan sebanyak 4 taraf yaitu pemberian perlakuan
perbedaan level tinggi air yaitu 5cm, 6cm, 7cm, 8cm dengan jumlah bahan uji adalah
sebanyak 48 tanaman dan pengambilan data tanaman sebanyak 20 tanaman. Data yang
diperoleh dirata-rata dan disajikan dalam bentuk grafik. Hasil penelitian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman yaitu
pada level bak air 5 cm dengan rata-rata 69.08 cm dan didapati bahwa terdapat korelasi
antara perbedaan level tinggi air dengan tinggi tanaman dan berpengaruh nyata. Parameter
selanjutnya yaitu jumlah daun terbanyak pada level bak air 5 cm dengan jumlah daun 17
helai dan didapati bahwa terdapat korelasi antara perbedaan level tinggi air denga jumlah
daun dan berpengaruh nyata. Parameter ketiga, indeks kehijauan daun terbaik ada pada
level bak air 6 cm dengan nilai 44.98 dan tidak terdapat korelasi antara indeks kehijauan
daun dengan perbedaan level air sehingga didapati bahwa indeks kehijauan daun tidak
berpengaruh terhadap perbedaan level air. Parameter keempat, luas daun terbaik ada pada
level bak air 5 cm dengan nilai rata-rata 106.29 cm2 dan berpengaruh nyata serta adanya
korelasi terhadap perbedaan level tinggi air. Parameter kelima, berat basah terbaik ada
pada di level bak air 6 cm dengan nilai 82.4 gram dan tidak ada pengaruh terhadap
perbedaan level tinggi air. Parameter terakhir, panjang akar terbaik didapati pada level bak
air 6 cm dengan nilai 24.48 cm dan tidak berpengaruh terhadap perbedaan level tinggi air
Successful outcome of Langerhans cell histiocytosis complicated by therapy-related myelodysplasia and acute myeloid leukemia: a case report
- …
