782 research outputs found

    Pengaruh Bobot Doc (Day Old Chick) Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan, Konversi Pakan Dan Persentase Karkas Ayam Pedaging Pada Kandang Open House

    Get PDF
    Ayam pedaging merupakan ternak unggas yang banyak digemari oleh seluruh masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu banyak yang membudidayakan atau memelihara ayam pedaging sebagai usaha ternak. Daging ayam merupakan salah satu protein hewani yang dapat memberikan gizi pada kebutuhan tubuh manusia. Selain memiliki harga terjangkau, produk dari ayam pedaging juga memiliki protein yang tinggi. Keunggulan yang dimiliki ayam ras pedaging yaitu dapat dipanen dengan waktu yang relatif singkat 4-5 minggu dan dengan bobot badan yaitu 1,5 – 2 kg per ekornya. Ayam ini memiliki tekstur daging yang empuk, efisiensi pakan tinggi, pertambahan bobot badan cepat, konversi pakan kecil dan ukuran badan yang besar. Keberhasilan dalam usaha peternakan dipengaruhi oleh 3 faktor produksi yaitu bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan. Bibit yang dimaksud adalah DOC viii (day old chick) atau anak ayam umur sehari yang mana jika dalam pemeliharaan dilakukan manajemen yang baik akan menghasilkan performa ayam unggul dan menghasilkan produk berupa daging. Penelitian dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 23 September 2020 sampai 28 Oktober 2020. Penelitian dilaksanakan secara berkelompok dengan S2 pada kandang open house selama 35 hari di Peternakan Indra Jaya Farm milik Bapak Sumardi yang beralamatkan di Dusun Bendilwuni RT 22 RW 01, Desa Kademangan, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari perbedaan bobot DOC pada kandang open house terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber kajian ilmiah dan sebagai bahan informasi kepada peternak tentang pengaruh bobot DOC pada kandang open house terhadap performa dan persentase karkas ayam pedaging. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam pedaging strain Cobb CP707 produksi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm umur 1 hari sebanyak 126 ekor tanpa dibedakan jenis kelaminnya dengan waktu pemeliharaan selama 35 hari. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan atau eksperimental yang dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 7 kali ulangan, sehingga terdapat 21 unit kandang percobaan. Masing – masing unit kandang percobaan terdapat 6 ekor ayam pedaging. Perlakuan yang diberikan yaitu P1 (bobot DOC 50 gram). Variabel yang diamati yaitu konsumsi pakan, ix pertambahan bobot badan (PBB), konversi pakan dan persentase karkas. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) apabila hasil yang didapat memiliki perbedaan pengaruh maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan bobot DOC pada kandang open house memberikan pengaruh yang sangat nyata (P0,05) terhadap konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging. Rataan konversi pakan yang dihasilkan pada penelitian ini adalah P1 (1,59 ± 0,113), P2 (1,68 ± 0,136), P3 (1,61 ± 0,097). Sedangkan hasil rataan persentase karkas yang diperoleh adalah P1 (73,74 ± 2,28)%, P2 (71,73 ± 2,67)%, P3 (71,58 ± 4,29)%. Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan ayam pedaging pada kandang open house dipengaruhi oleh besar kecilnya bobot badan DOC, namun untuk konversi pakan dan persentase karkas ayam pedaging tidak dipengaruhi oleh bobot badan DOC pada kandang open house. Sedangkan saran yang diberikan dalam pemeliharaan ayam pedaging harus memperhatikan nutrisi pakan dan suhu lingkungan disekitar kandang agar menghasilkan performa dan persentase karkas yang maksimal

    Penampilan Produksi Sapi Peranakan Ongole Dan Sapi Peranakan Limousin Berdasarkan Bobot Lahir Dan Bobot Sapih Di Kabupaten Tuban

    Get PDF
    Pembibitan sapi pedaging di dominasi oleh peternak rakyat sehingga pengembangan perbibitan sapi pedaging lokal di dalam negeri merupakan langkah strategis dalam penyediaan bibit dan bakalan untuk usaha penggemukan sapi skala nasional di masa yang akan datang. Kebutuhan bakalan sapi potong yang semakin meningkat dan melebihi ketersediannya yang masih sangat terbatas, menyebabkan penyediaan bibit/bakalan dilakukan dengan cara impor. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui performans produksi sapi Peranakan Ongole dan sapi peranakan limousin. Materi penelitian adalah sapi Peranakan Ongole dan peranakan limousin usia 1 -2 hari dan 3-4 bulan sebanyak 101 ekor. Metode penelitian adalah survei yaitu data diperoleh dari observasi langsung di lapang dengan melakukan pengukuran bobot lahir dan bobot sapih serta data dari recording peternak di Kabupaten Tuban. Data dianalisis menggunakan uji-t tidak berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi peranakan limousin di Kabupaten Tuban performa produksi lebih baik daripada sapi Peranakan Ongole di Kabupaten. Rata-rata ukuran bobot lahir sapi Peranakan Ongole jantan 25,55±1,11 kg dan betina 24,62 ± 1,53 kg, pada sapi peranakan limousin 29,24±1,86 kg jantan dan betina 29,06±1,42 kg. Sedangkan bobot sapih sapi Peranakan Ongole jantan 109,49 ± 5.46 kg dan betina 109,21 ± 5,09 kg dan sapi peranakan limousin jantan 166,23±7,80 kg dan betina 165,56±7,02 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot lahir dan bobot sapih sapi Peranakan Ongole dan sapi Peranakan limousin memiliki perbedaan yang sangat nyata (P>0,01). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa performa produksi bobot lahir dan bobot sapih sapi Peranakan Limousin lebih tinggi dibandingan dengan performa produksi sapi Peranakan Ongole. Saran dari penelitian ini memilih sapi Pernakan Limousin apabila ingin mendapatkan performa bobot lahir dan bobot sapih yang lebih tinggi

    Analisis Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Di Restoran First Milk And Yogurt Malang

    Get PDF
    Peningkatan produksi susu di Indonesia juga diiringi dengan meningkatnya konsumsi susu. Tahun 2019 diprediksi produksi susu di Indonesia akan kembali meningkat 3,64% menjadi sebesar 1,05 juta ton, tahun 2020 menjadi 1,14 juta ton dan tahun 2021 meningkat menjadi 1,13 juta ton. Melihat potensi konsumsi susu yang terus meningkat di Indonesia dan produksi susu yang melimpah di daerah Malang-Batu dan sekitarnya ini membuka potensi peluang bisnis yang bagus memanfatkan variasi produk olahan susu seperti kefir, yogurt drink, flavoured yogurt, milk shake, dan produk lainnya. Salah satu usaha di bidang kuliner yang memanfaatkan produk susu adalah kedai First Milk N Yogurt Malang yang telah melakukan bisnis pengolahan susu dan menjualnya dengan brand mereka sendiri. Ketatnya persaingan dalam bidang kuliner yang ketat mendorong pengelola untuk memiliki strategi untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Kualitas layanan memegang peranan penting dalam perusahaan jasa. Maka dari itu diperlukan suatu inovasi untuk memenangkan persaingan dengan meningkatkan kualitas. Kualitas pelayanan merupakan xi faktor penting yang berdampak pada keputusan loyalitas yang dilakukan konsumen. Pelaksanaan pengambilan data ini dilakukan di restoran First Milk N Yogurt pada tanggal 1 November 2020 sampai 30 November 2020. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepentingan atau harapan konsumen terhadap layanan yang di berikan resto First Milk and Yogurt Malang, mengetahui tingkat kepuasan konsumen di kedai First Milk and Yogurt Malang, dan mengetahui faktor-faktor kualitas pelayanan yang memegaruhi tingkat kepuasan konsuen di kedai First Milk and Yogurt Malang. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dengan diketahuinya karakteristik konsumen dan kepuasan konsumen yang dapat menjadi masukan bagi First Milk N Yogurt dalam meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Metode yang digunakan adalah non probability sampling dengan menyebar kuesioner kepada konsumen First Milk N Yogurt menggunakan Google Form. Responden dalam penelitian ini adalah 100 responden. Data hasil penelitian dilakukan dengan analisis faktor dan analisis regresi berganda. Analisis yang dignakan adalah Importance Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI) dan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis validitas dan reliabilitas data semua data pada penelitian ini dinyatakan valid dan reliabel. Hasil penghitungan tingkat kesesuaian tingkat kepentingan dan kinerja dapat diketahui atribut yang memiliki nilai kesesuaian paling rendah dan perlu diperbaiki adalah masuk di dalam kuadran I (Concentrate These).Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan dan menjadi prioritas paling utama untuk dilakukan perbaikan. Atribut pada dimensi xii reliability atau keandalan pada kuadran I adalah (X2.2) layanan yang diberikan resto tanpa kesalahan dengan tingkat kesesuaian 75% (X= 4,96 > Y=3,74) dan (X2.3) akurasi tinggi dengan tingkat kesesuaian 75% (X= 4,90 > Y=3,66) dan Atribut pada dimensi assurance atau jaminan pada kuadran I adalah (X4.1) karyawan resto dapat menjelaskan seluruh informasi produk dengan jelas dan mudah dimengerti dengan tingkat kesesuaian 78% (X= 4,93 > Y=3,85), (X4.2) layanan yang disediakan resto jujur dengan tingkat kesesuaian 79% (X= 4,96 > Y=3,93), dan (X4.3) keamanan produk dan layanan di resto baik dengan tingkat kesesuaian 80% (X= 4,96 > Y=3,96). Atribut kualitas layanan yang telah memenuhi harapan konsumen terdapat pada kuadran II pada dimensi tangible atau keandalan pada kuadran II adalah (X1.1) kualitas produk yang dihasilkan resto baik dengan tingkat kesesuaian 90% (X= 4,90 > Y=3,40) dan pada dimensi responsiveness atau keandalan pada kuadran II adalah (X3.1) kesigapan karyawan baik dengan tingkat kesesuaian 95% (X=4,94 > Y=4,67), (X3.2) kemampuan karyawan dalam melayani konsumen baik dengan tingkat kesesuaian 96% (X=4,89 > Y=4,71), dan (X3.3) proses transaksi di resto mudah dan aman dengan tingkat kesesuaian 97% (X= 4,91 > Y=4,74). Atribut pada kuadran II ini sebaiknya dipertahankan kualitas pelayananya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1. Konsumen First Milk N Yogurt Malang adalah perempuan 53% berusia 21 -30 tahun dengan pendidikan teakhir SMA/Sederajat, pekerjaan pelajar/mahasiswa dengan penghasilan bulanan sekitar < Rp. 1.000.000.-. Tingkat kesesuaian kepentingan / harapan konsumen terhadap layanan yang diberikan First Milk N Yogurt Malang adalah 87%. Hal ini berarti First Milk N Yogurt telah memenuhi 87% harapan atas kualitas layanan yang diinginkan xiii oleh konsumen. perbaikan dan peningktan kualitas layanan harapanya terus dilakukan pleh pihak resto untuk meningkatkan tingkat kepuasan konsumen. Indeks kepuasan konsumen First Milk N Yogurt 85,31% atau“Sangat Puas”. Hal ini berati 87,31% konsumen First Milk N Yogurt merasa sangat puas atas layanan yang diberikan oleh pihak resto. Atribut dimensi kualitas layanan yang menjadi prioritas pertama dalam peningkatan dan perbaikan oleh First Milk N Yogurt untuk meningkatkan kepuasan konsumen ada 5 yaitu: (1) layanan yang diberikan tanpa kesalahan, (2) Akurasi (ketersediaan produk dalam memenuhi kebutuhan konsumen), (3) kemampuan karyawan dalam menjelaskan informasi produk dengan baik dan mudah dimengeri konsumen, (4) layanan yang diberikan jujur atau dapat diandalkan, dan (5) keamanan produk dan layanan di resto. Atribut dimensi kualiatas layanan yang menjadi prioritas kedua dalam perbaikan kualitas layanan ada 3 yaitu : (1) fasilitas yang terdapat di resto, (2) tampilan karyawan resto (berpakaian rapih dan bersih), dan (3) ketepatan waktu dalam pemenuhan kebutuhan konsumen

    Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Konsentrat Pada Tiga Peternakan Domba Yang Berbeda Terhadap Konsumsi Nutrien Dan Pertambahan Bobot Badan

    Get PDF
    Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sudah lama dikenal masyarakat. Domba cukup potensial untuk dikembangkan karena domba mudah beradaptasi. Kebutuhan nutrisi domba lokal dapat dipenuhi dari hijauan dan konsentrat. Perbedaan imbangan hijauan dan konsentrat dalam ransum merepresentasikan perbedaan kandungan protein, energi, dan nutrien lainnya. Kandungan nutrien dalam pakan sangat dibutuhkan untuk pertambahan bobot badan pada ternak. Pakan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan ternak tentu akan menghasilkan produktivitas yang baik. Penelitian ini dilaksanakan di tiga usaha peternakan domba yang terdapat di wilayah Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Analisis proksimat sampel konsentrat dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian dilaksanakan pada Januari – Februari 2021 dan Analisis Proksimat dilaksanakan pada 15 - 19 Maret 2021. Materi yang digunakan adalah 12 ekor ternak domba dengan berat antara 17 – 27 kg pada 3 peternakan berbeda dengan masing – masing 4 ekor ternak pada tiap peternakan. Metode penelitian yang dipakai yaitu percobaan secara in vivo menggunakan ternak domba dengan analisis statistika menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 kelompok dan 3 perlakuan. Ransum perlakuan adalah P1 (200g Hijauan + 1000g Konsentrat K1), P2 (200g Hijauan + 1000g Konsentrat K2) dan P3 (200g Hijauan + 1000g Konsentrat K3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering menunjukkan perbedaan nyata dimana P1 (1018,60 g/ekor/hari) merupakan nilai konsumsi bahan kering tertinggi diantara P2 (925,35 g/ekor/hari) dan P3 (980,33 g/ekor/hari). Untuk konsumsi bahan organik P2 (900,10 g/ekor/hari) merupakan rataan konsumsi bahan organik tertinggi dan disusul P1 (879,99 g/ekor/hari) serta P3 (854,02 g/ekor/hari) . Hasil perhitungan konsumsi protein kasar domba pada perlakuan P1 (99,15 g/ekor/hari), P2 (88,43 g/ekor/hari), dan P3 (96,83 g/ekor/hari). Pertambahan bobot badan tertinggi pada P1 (153,33 g/ekor/hari) lalu P2 (102,08 g/ekor/hari), dan P3 (83,42 g/ekor/hari) (P<0,01) dengan nilai konversi pakan yaitu sebesar P1 dengan nilai 6,76, P2 dengan nilai 9,15 dan P3 dengan nilai 12,01. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa P1 dengan pakan konsentrat yang terdiri atas campuran bungkil sawit, bungkil kopra, polar, kulit kopi, Corn Gluten Feed (CGF), onggok, garam, molases, mineral serta pemix menghasilkan konsumsi bahan kering dan protein kasar tertinggi serta pertambahan bobot badan tertinggi sebesar 153,33 gram per hari dan konversi pakan sebesar 6,76. Saran pada penelitian ini yaitu agar peternak dapat memanfaatkan hasil penelitian ini guna memperbaiki manajemen pakan yang ada

    Perilaku Lentur dan Lebar Retak Beton Serat Kinerja Tinggi (HPFRC) pada Pelat Satu Arah

    Get PDF
    Beton serat kinerja tinggi (High-Performance Fiber-Reinforced Concrete atau HPFRC) telah berkembang sebagai bahan struktur modern dengan karakteristik rheologi dan mekanik yang unik. Persamaan empiris untuk memprediksi sifat beton atau merancang elemen struktur saat ini masih didasarkan pada hasil uji beton normal. Oleh karena itu diperlukan penilaian ulang dalam rangka penerapan persamaan tersebut pada beton kinerja tinggi. Salah satu komponen dasar memproduksi beton kinerja tinggi (High-Performance Concrete – HPC) adalah semen portland jenis I (Ordinary Portland cement - OPC). Pada kenyataannya, semen yang beredar di Indonesia adalah jenis Semen Portland Pozolan. Sementara itu Standar Nasional Indonesia tentang beton serat kinerja tinggi hingga saat ini belum diterbitkan. Penelitian perilaku mekanik beton serat kinerja tinggi dapat digunakan untuk mengembangkan model konstitutif retakannya. Lebar retak sebagai indikator dari keadaan struktur sangat bervariasi. Lebar retak harus diamati untuk menentukan apakah perilaku struktur dan kekuatannya memuaskan. Namun, prediksi atau pengukuran yang akurat dari lebar retak dalam elemen beton struktural sulit untuk dicapai di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengembangkan metode untuk mencapai kualitas beton serat kinerja tinggi melalui rekayasa proporsi bahan penyusun beton di Indonesia. (2) Mengidentifikasi perilaku lentur dan perilaku retak beton serat kinerja tinggi pada pelat satu arah yang dipengaruhi oleh pengaruh lekatan (bond effect) antara beton serat kinerja tinggi dan baja tulangan yang diberi perlakuan berupa variasi komposisi serat baja. (3) Mengembangkan persamaan lebar retak maksimum yang dipengaruhi sifat mekanik dan faktor geometri beton serat kinerja tinggi pada pelat satu arah. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengujian sifat bahan dan serangkaian percobaan untuk merancang campuran beton serat kinerja tinggi yang memenuhi kriteria fc' antara 50 MPa - 75 MPa dengan mempergunakan semen Portland Pozzolan, silika fume, serat baja, superplastisizer dan bahan agregat yang sering digunakan di kalangan masyarakat jasa konstruksi. Kajian eksperimen dilakukan terhadap pelat HPFRC satu arah setelah parameter fisik dan mekanis bahan penyusun pelat HPFRC diperoleh melalui serangkaian uji laboratorium. Kajian perilaku mekanis pelat HPFRC dilakukan melalui analisis gaya dalam berdasar data pengujian lentur pelat HPFRC. Analisis lebar retak pelat HFPRC dilakukan dengan metode linear elastic fracture mechanics. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa mix design campuran beton mutu tinggi menggunakan metode volume absolut, dengan batasan berupa rasio air – bahan pengikat (W/B ratio) sebesar 0,23 dan diameter maksimal kerikil 19 mm serta variasi kadar silika fume antara 0% hingga 15% terhadap berat semen mampu menghasilkan kuat tekan beton antara 64,84 MPa hingga 70,10 MPa. Dengan perbandingan komposisi Semen PPC : Pasir: Kerikil: Silika Fume: Air: Superplastisizer sebesar 1: 1,328: 1,76: 0,08: 0,213: 0,022 yang diusulkan, kuat tekan rata-rata optimum yang dapat dicapai secara teoritis adalah sebesar 70,70 MPa. Pada awal proses pengecoran, sebagian superplastisizer dicampur ke dalam air pencampur. Kerikil, pasir, dan silika fume diaduk dalam mixer beton berkapasitas 350 liter selama kurang lebih 4 menit. Selanjutnya semen ditambahkan dan diaduk selama 3 menit hingga campuran terlihat berwarna coklat semen. Berikutnya air bercampur superplastisizer dituangkan ke dalam mixer dan diaduk selama 3 menit. Sisa superplastisizer dimasukkan ke dalam mixer dan setelah total waktu pengadukan 12 menit, campuran siap dituangkan ke dalam cetakan beton Perilaku lentur dan lebar retak yang terjadi pada pelat beton serat kinerja tinggi satu arah yang diberi perlakuan berupa penambahan kadar serat baja antara 0,4% hingga 1,0% dari berat volume benda uji dapat diuraikan sebagai berikut. Keruntuhan yang terjadi pada pelat HPFRC satu arah yang diuji menunjukkan terjadinya keruntuhan lentur, yaitu ditandai dengan pola retakan tegak lurus bidang datar di sisi bawah pelat yang dimulai dari tengah bentang. Dengan bertambahnya kadar serat baja, pelat HPFRC satu arah yang diuji mampu meningkatkan kinerjanya dalam bentuk menahan beban layan yang lebih besar pada saat runtuh. Peningkatan kinerja juga ditunjukkan oleh adanya kecenderungan peningkatan nilai kuat tekan rata-rata, modulus elastisitas, kuat tarik belah, kuat tarik cabut, maupun hasil pengujian lentur spesimen balok dan spesimen pelat. Pada saat beban layan yang terjadi semakin membesar, lendutan yang terjadi pada pelat justru mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kuat lekat (bond stress) antara beton serat kinerja tinggi dan baja tulangan sebagai pengaruh penggunaan serat baja. Peningkatan kuat lekat ini juga ditunjukkan oleh bertambahnya tegangan tarik baja maupun modulus of rupture (tegangan tarik lentur) beton pada saat pelat mengalami kegagalan lentur. Berdasarkan hasil pengujian lebar retak, idealisasi perilaku lebar retak pada pelat satu arah yang mengalami keruntuhan pelat sebelum terjadinya leleh baja tulangan menunjukkan pola linier. Sedangkan pada pelat yang baru mengalami keruntuhan setelah terjadinya leleh pada baja tulangan, perilaku lebar retaknya diidealisasikan dengan pola bilinier atau parabola. Dengan dimensi pelat yang sama, akibat dari peningkatan beban layan, lebar retak yang terjadi pada saat pelat HPFRC runtuh meningkat secara proporsional. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian yang memperlihatkan bahwa penambahan serat juga diikuti dengan peningkatan pada hasil pengujian tegangan tekan ratarata, tegangan tarik belah, tegangan tarik cabut, tegangan tarik lentur (modulus of rupture), tegangan tarik baja, dan tegangan lekat. Dengan demikian peningkatan kinerja pelat HPFRC akibat penambahan kadar serat adalah berupa peningkatan kapasitas pelat untuk menahan beban layan, namun analisis lebar retak yang terjadi lebih dipengaruhi oleh sifat geometri atau dimensi dari elemen struktur yang diuji. Pola tegangan regangan yang digunakan untuk menghitung modulus elastisitas pada hasil pengujian kuat tekan benda uji silinder beton serat kinerja tinggi menunjukkan perilaku yang cenderung linier, hal ini berbeda dengan hasil analisis tegangan-regangan menurut persamaan Hognestad yang cenderung berbentuk parabola. Hasil analisis dengan metode linear elastic fracture mechanics (LEFM) yang menggunakan konfigurasi pelat HPFRC sebagai elemen lentur murni (PBE) dan konfigurasi pelat HPFRC sebagai elemen lentur tiga titik (TPB) menghasilkan prediksi lebar retak maksimum sekitar 67% apabila dibandingkan lebar retak maksimum menurut ACI 318 atau ACI 224.2R dan sekitar 117% apabila dibandingkan lebar retak maksimum menurut Eurocode 2, serta 157% apabila dibandingkan dengan lebar retak maksimum menurut AS 3600. Hasil ini bersesuaian dengan hasil uji lentur yang dilakukan. Untuk hasil analisis yang menggunakan konfigurasi reaksi hiperstatik tulangan F dan momen lentur M (F&M) diperoleh perbandingan nilai lebar retak maksimum pelat HPFRC sebesar 87% terhadap lebar retak maksimum menurut ACI 318 atau ACI 224.2R dan 151% terhadap lebar retak maksimum menurut Eurocode dan 204% terhadap lebar retak maksimum menurut AS 360. Hasil ini mendekati lebar retak maksimum menurut hasil analisis slip yang memiliki perbandingan 83% terhadap lebar retak maksimum menurut ACI 318 atau ACI 224.2R, 145% terhadap lebar retak maksimum menurut Eurocode 2 dan 197% terhadap lebar retak maksimum menurut AS 3600

    Pengaruh Fermentasi Jerami Jagung Dengan Trichoderma Harzianum Pada Lama Inkubasi Yang Berbeda Terhadap Kualitas Fisik Dan Kualitas Kimia

    Get PDF
    Pakan hijauan merupakan pakan utama ternak ruminansia namun ketersediaannya yang tidak stabil dikarenakan perubahan musim dan permasalahan lahan menjadi kendala yang dialami oleh peternak dalam menyediakan pakan. Melimpahnya produksi tanaman jagung di Indonesia sehingga dihasilkannya limbah tanaman pertanian berupa jerami jagung yang berpotensi sebagai alternatif bahan pakan untuk ternak. Kandungan nutrisi jerami jagung yaitu protein 5,56 %, serat kasar 27,78 %, lemak kasar 2,90 %, abu 20,8 %. Tingginya kandungan serat kasar dan rendahnya protein kasar merupakan kendala pemanfaatan jerami jagung sehingga diperlukan teknologi pengolahan bahan baku salah satunya dengan fermentasi menggunakan Trichoderma harzianum untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan memperbaiki kualitas fisik bahan pakan agar dapat meningkatkan palatabilitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi pengaruh fermentasi jerami jagung dengan Trichoderma harzianum pada lama inkubasi yang berbeda terhadap kualitas fisik dan kualitas kimia. Materi penelitian ini adalah jerami jagung dan Trichoderma harzianum. Metode yang digunakan adalah percobaan di laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan penelitian ini yaitu P0 = jerami jagung tanpa fermentasi (kontrol), P1 = jerami jagung + Trichoderma harzianum 6% difermentasi selama 24 jam, P2 = jerami jagung + Trichoderma harzianum 6% difermentasi selama 48 jam, P3 = jerami jagung + Trichoderma harzianum 6% difermentasi selama 72 jam, P4 = jerami jagung + Trichoderma harzianum 6% difermentasi selama 96 jam, P5 = jerami jagung + Trichoderma harzianum 6% difermentasi selama 120 jam. Data analisis menggunakan sidik ragam ANOVA dan uji lanjut ditentukan menurut koefisien keragaman dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil analisis statistik terhadap rata-rata nilai aroma, warna dan tekstur menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fermentasi jerami jagung dengan Trichoderma harzianum pada lama inkubasi yang berbeda menghasilkan kualitas fisik beraroma asam, berwarna coklat dan bertekstur sangat halus. Hasil analisis statistik terhadap rata-rata nilai kandungan Bahan Kering (BK), Bahan Organik (BO), Protein Kasar (PK), Serat Kasar (SK) menunjukkan perbedaan sangat nyata (P<0,01). Kualitas kimia terbaik pada lama waktu inkubasi 48 jam yaitu Bahan Kering (BK) sebesar 42,11%, Bahan Organik (BO) sebesar 76,43%, Protein Kasar (PK) sebesar 10,17%. Serat Kasar (SK) sebesar 13,33%. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin lama fermentasi jerami jagung dengan Trichoderma harzianum 6% menurunkan kandungan Bahan Kering (BK) dan Serat Kasar (SK) serta meningkatkan kandungan Bahan Organik (BO) dan Protein Kasar (PK), aroma asam, warna yang semakin gelap (coklat) dan tekstur semakin halus. Fermentasi jerami jagung dengan Trichoderma harzianum 6% pada lama waktu inkubasi 48 jam merupakan waktu optimal untuk menghasilkan nilai kandungan nutrisi terbaik dengan kandungan protein kasar 10,17% dan serat kasar 13,33%, beraroma asam, berwarna coklat muda dan bertekstur halus. Saran dari penelitian ini yaitu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan fermentasi jerami jagung yang ditambahkan dengan Trichoderma harzianum pada ternak (secara in vivo)

    Pengaruh Penambahan Tritan Nr Dalam Pakan Terhadap Warna Kaki, Whc, Dan Kolesterol Daging Ayam Pedaging

    Get PDF
    Ayam pedaging sebagai sumber gizi pangan dapat digunakan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan protein hewani di Indonesia. Suplemen pakan dipilih sebagai alternatif yang dapat meningkatkan efisiensi dalam penggunaan pakan pada ayam dan menjaga kesehatan ternak. Suplemen pakan atau pakan pelengkap pada pakan yang bisa diberikan yaitu Protein Sel Tunggal (PST). Dari penelitian yang sudah dilaksanakan menunjukkan hasil positif pada pemberian PST berkorelasi terhadap pertumbuhan makhluk hidup, sehingga sangat berpotensi digunakan sebagai pakan ternak, tetapi sampai saat ini data penelitian PST pada ayam pedaging masih sedikit. Tritan NR termasuk kedalam Protein Sel Tunggal (PST). Tritan NR merupakan sebuah produk olahan hasil samping dari PT. Ajinomoto yang ditujukan sebagai imbuhan pakan ternak non ruminansia

    Pemetaan Lahan Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottoni) Ditinjau Dari Sisi Ekobiologis di Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo.

    Get PDF
    Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya laut yang memiliki manfaat untuk industri makanan, farmasi, dan lain-lain karena rumput laut menghasilkan agar, karaginan dan alginat. Rumput laut juga memiliki kandungan karbohidrat, protein dan sedikit lemak yang merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Permintaan pasar domestik dan luar negeri serta potensi rumput laut yang terus meningkat maka memberikan peluang yang sangat besar agar budidaya rumput laut dapat dikembangkan. Selanjutnya kebutuhan rumput laut dunia terus meningkat, dalam menghadapi pangsa pasar tersebut Indonesia belum mampu memanfaatkannya secara optimal. Dalam pengembangan budidaya rumput laut di pesisir Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo perlu diperhatikan kecenderungan masyarakat pembudidaya untuk memanfaatkan sumberdaya perairan pantai secara maksimal dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, maka perlu memperhatikan kondisi perairan agar tidak terjadi degredasi lingkungan yang mengalami tekanan ekologi sehingga menurun kualitasnya. Untuk melakukan pengelolaan dan pemanfaatan rumput laut maka perlu menerapkan pola usaha tani yang tepat dan meperhatikan kesesuaian lahan serta mencegah penurunan kualitas lingkungan perairan pantai yang selanjutnya akan meningkatkan produktifitas usaha budidaya. Selanjutnya setelah diketahui lokasi yang sesuai dengan kondisi ekologis, maka akan dilakukan analisis terhadap laju pertumbuhan dan analisis kualitas (karaginan) rumput laut dan juga penetuan lokasi dengan mengunakan Sistem Informasi Geografis (GIS). Selain itu perlu diketahui daya dukung/tampung untuk budidaya rumput laut dalam lokasi/kawasan yang telah ditentukan atau sesuai dengan syarat tumbuhnya rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk untuk Menganalisis kesesuaian ekologis wilayah perairan untuk pengembangan budidaya rumput laut secara berkelanjutan di Kecamatan Banyuputih. Memetakan lahan pengembangan budidaya rumput laut, Menganalisis daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya rumput laut dalam suatu kawasan. Menyusun strategi pengembangan budidaya rumput laut. Prosedur penelitian yang dilakukan adalah, pengumpulan data penunjang utama, analisis parameter pertumbuhan, analisis kandungan karaginan, analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), analisis daya dukung lingkungan, serta strategi pengembangan budidaya rumput laut. Kesimpulan yang di peroleh adalah 1. Hasil evaluasi terhadap parameter ekobiologis di wilayah perairan penelitian Kecamatan Banyuputih dapat dikategorikan memenuhi syarat untuk pengembangan budidaya rumput laut dengan metode rakit apung. 2. Hasil evaluasi/analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan budidaya rumput laut di lokasi penelitian adalah sangat sesuai 340,80 ha, sesuai 440,35 ha dan tidak sesuai 720,97 ha. 3. Luas lahan yang efektif untuk pengembangan budidaya rumput laut adalah 230,48 (60% dari luas x sangat sesuai) dengan jumlah rakit yang boleh dioperasikan adalah 50.223 unit. 4. Strategi pengembangan budidaya rumput laut di kecamatan Banyuputih yang perlu diterapkan adalah mengacu pada pengelolaan lingkungan perairan berbasis ekologis, aspek teknologi dalam budidaya rumput laut dan penataan kawasan sesuai daya dukung lingkungan

    Analisis Morfometrik Lebah Pekerja Apis Mellifera Pada Dua Ketinggian Tempat Di Malang, Jawa Timur

    Get PDF
    Apis mellifera merupakan salah satu lebah madu yang banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pengembangan lebah madu Apis mellifera didasari oleh keragaman genetik. Keragaman yang tinggi akan menguntungkan karena berpeluang untuk lebih mudah beradaptasi pada perubahan lingkungan, sehingga mampu bertahan hidup. Keragaman itu dapat terindikasi pada ciri-ciri morfologi lebah. Morfologi sangat penting untuk menentukan pertumbuhan spesies lebah, karena dengan melihat morfologi lebah madu maka dapat memprediksi produksi dari lebah madu tersebut. Namun diketahui bahwa ketinggian tempat pembudidayaan dapat mempengaruhi morfologi lebah. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi mikroklimat yang meliputi suhu, kelembaban, intensitas curah hujan, kecepatan angin dan intensitas cahaya matahari. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan viii morfometrik lebah pekerja Apis mellifera pada dua ketinggian tempat yang berbeda (dataran sedang dan dataran tinggi). Beberapa peneliti di dunia telah melakukan penelitian tentang morfometrik lebah madu Apis mellifera. Namun di Indonesia masih belum banyak penelitian tentang morfometrik lebah pekerja Apis mellifera yang diambil khusus dari wilayah Indonesia, terutama di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan persentase ukuran morfometrik lebah pekerja Apis mellifera pada dua ketinggian tempat (dataran tinggi dan di dataran sedang) di Malang. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Januari hingga bulan April 2020 di peternakan lebah PT. Kembang Joyo yang berada di Karangploso dan Tumpang. Materi yang digunakan sebanyak 50 ekor lebah pekerja Apis mellifera yang dikoleksi dari 10 koloni. Masing-masing lokasi terdiri dari 5 koloni dan setiap koloni terdiri dari 5 ekor lebah pekerja Apis mellifera. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode study field. Pengukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja menggunakan Electronic Digital Caliper 150 mm dan data hasil pengukuran dianalisa dengan independent sample t-test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa panjang sayap depan (PSD), panjang abdomen (PA) dan panjang tibia tungkai belakang (PTB) lebah pekerja Apis mellifera pada dataran tinggi dan dataran sedang berbeda sangat nyata (P0.05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketinggian tempat dataran tinggi dan dataran sedang dapat berpengaruh terhadap morfometrik lebah pekerja Apis mellifera. Ukuran tubuh lebah pekerja Apis mellifera di dataran tinggi lebih besar dibandingkan lebah pekerja Apis mellifera di dataran sedang

    Potensi Pengembangan Peternakan Itik Pedaging Di Kabupaten Jombang

    Get PDF
    Permintaan terhadap produk peternakan meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, pendapatan per kapita serta meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengonsumsi pangan yang bergizi. Berdasarkan kajian BPS (2020) produksi daging sapi dalam negeri pada tahun 2019 memproduksi sebanyak 504.802 ton. Sedangkan menurut BPS pada tahun 2019 total kebutuhan daging mencapai 686.270 ton. Ini artinya jumlah populasi ternak yang sedikit mengakibatkan produksi daging yang rendah dan tidak dapat mencukupi permintaan daging di pasar. Salah satu sumber daya alam yang berpeluang untuk dikembangkan adalah ternak itik. Potensi ternak itik di Indonesia sangat besar terutama sebagai penghasil daging dan telur serta untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani. Pengembangan peternakan itik pedaging merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan populasi itik pedaging dan sebagai alternatif dalam pemenuhan permintaan daging di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2021 di Kabupaten Jombang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pengembangan peternakan itik pedaging, potensi pakan ternak itik dan menganalisa daya dukung pengembangan peternakan itik pedaging di Kabupaten Jombang. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara x sengaja (purposive sampling). Berdasarkan teknik purposive sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang ditentukan dalam Teknik purposive sampling adalah Kabupaten Jombang mempunyai lahan pertanian luas, lokasi wilayah Kabupaten Jombang yang strategis. Penelitian ini menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder yang bersumber dari Dinas Peternakan Jawa Timur, BPS Jawa Timur, BPS Kabupaten Jombang dan instansi lainnya yang terkait. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan peranan itik pedaging yang ada di Kabupaten Jombang dan menjelaskan dari segi potensi Sumber Daya Manusia (SDM). Identifikasi potensi pengembangan itik pedaging menggunakan analisis perhitungan dengan software Microsoft excel, dengan menghitung Location Quotient (LQ), Growth Share dan Indeks Daya Dukung (IDD). Hasil penelitian menunjukan bahwa Kabupaten Jombang memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan peternakan itik pedaging mengingat dari segi sumber daya manusia (SDM) terdapat sekitar 52.169 orang pengangguran terbuka, berdasarkan kelompok usia 69,89% atau 922.420 berusia 15-64 tahun adalah umur produktif, jumlah penduduk laki-laki 50,42% dan perempuan 49,58%, serta angka RLS Kabupaten Jombang sebesar 8,21 tahun cukup tinggi diatas RLS Jawa Timur sebesar 7,39 tahun. Sedangkan untuk hasil Location Quotient Kabupaten Jombang LQ=1 termasuk daerah sektor non basis, potensi peternakan itik hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri. Berdasarkan hasil Growth populasi itik Kabupaten Jombang sebesar 9,6 dan hasil Share populasi itik sebesar 16,76. Disamping itu potensi xi pakan yang ada di Kabupaten Jombang cukup berlimpah dimana terdapat dedak padi sebesar 34.423.630 kg. Sehingga dari daya dukung yang ada IDD Kabupaten Jombang sebesar 2,66 dikategorikan aman, dengan populasi itik pedaging di Kabupaten Jombang sebanyak 235.936 ekor yang masih dapat ditingkatkan. Dapat disimpulkan bahwa Kabepaten Jombang memiliki potensi pengembangan peternakan itik pedaging mengingat dari segi sumber daya manusia masih terdapat sekitar 52.169 orang pengangguran terbuka, kelompok usia produktif sebesar 69,89% dan tingkat RLS cukup tinggi sebesar 8,21 tahun. Hasil Growth Share peternakan itik pedaging di Kabupaten Jombang ditetapkan sebagai sektor unggulan, dengan tingkat pertumbuhan populasi itik sedang yaitu sebesar 9,6 dan kontribusi sebesar 17,67 terhadap daerah lain cukup tinggi. Dari daya dukung yang ada ketersediaan sumberdaya pakan dedak sebesar 2,66 di Kabupaten Jombang secara fungsional mencukupi kebutuhan lingkungan secara efisien
    • …
    corecore