30 research outputs found

    Pengaruh Penggunaan Berbagai Sistem Hidroponik Terhadap Produktivitas Tanaman Caisim (Brassica Sinensis L.) Dengan Pemanfaatan Lampu Led Grow Light

    Get PDF
    Tingginya tingkat pembangunan di Indonesia membuat lahan pertanian semakin kecil. Salah satu alternatif untuk mencipatakan lahan petanian ditengah tingginya tingkat pembangunan yaitu dengan pertanian hidroponik. Sistem hidroponik yang dapat digunakan yaitu sistem hidroponik Wick, DFT, NFT. Meskipun masalah lahan pertanian cukup teratasi dengan pertanian hidroponik tetapi kendala yang banyak terdapat pada pertannian hidroponik yaitu pada musim hujan dan ketika lahan yang digunakan untuk pertanian hidroponik sangat sempit dan tidak terkena sinar matahari. Hal tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat berfotosintesis dengan sempurna dikarenakan kurangnya penerimmaan cahaya matahari. Alternatif yang bisa digunakan yaitu dengan penggunaan LED grow light karena penggunaan lampu LED grow light memiliki pengaruh yang baik bagi pertumbbuhan tanaman serta perkembangan tanaman. Salah satu sayuran yang mampu bertumbuh dalam pertanan hidroponik menggunakan LED grow light yaitu sawi hijau atau Caisim. Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu perakitan instalasi sistem hidroponik (Wick, NFT, dan DFT); membuat pembeda jarak lampu 20 cm dan 15cm; penyemaian benih, pemberian nutrisi. Parameter yangviii digunakan yaitu tinggi, jumlah daun, lebar daun, berat segar, dan berat basah akar pada Caisim. Hasil terbaik yang telah didapatkan dari semua parameter yaitu tinggi caisim hasil 33,5 cm, jumlah daun didapatkan 20 daun, lebar daun 10,25 cm, berat segar caisim di dapatkan 57,45 gram, dan berat basah akar 4 gram. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan, hasil yang telah didapatkan dari semua parameter menunjukkan pada perlakuan variasi jarak 15 cm dengan menggunakan sistem hidroponik NFT memberikan hasil terbaik untuk semua paramete

    The Utilization of Oil Palm Empty Fruit Bunches (OPEFB) for Biodegradable Pot’s Raw Materials as An Alternative Container for Sustainable Nurseries

    Get PDF
    Kurangnya pengolahan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) menghambat perkembangan industri kelapa sawit di pasar global, padahal TKKS memiliki serat selulosa dan unsur hara yang tinggi sehingga dapat digunakan sebahan bahan baku Pot Biodegrdadable sebagai alternatif wadah pembibitan perkelanjutan. Terlebih saat ini kegiatan budidaya pertanian masih berorientasi pada penggunaan polybag yang memberikan dampak negatif bagi tanaman maupun lingkungan. Polybag bekas pembibitan menjadi sumber sampah plastik dari sektor pertanian. Selain itu, penggunaan polybag berpotensi menurunkan tingkat toleransi tanaman terhadap kekeringan, merusak akar, dan mempersulit proses pindah tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan baku Biopot dan pengaruh penambahan NaOH dengan konsentrasi yang berbeda terhadap sifat fisiko-menanik Biopot. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, dengan dua faktor yang digunakan yaitu perbandingan massa TKKS terhadap batang pisang sebagai bahan baku sebesar 100%:0%, 80%:20%, 60%:40%, 40%:60%, dan 0%:100%. Konsentrasi NaOH yang digunakan adalah 3%, 5%, dan 7%. Pengamatan dilakukan pada biopot meliputi massa, kadar air, water uptake, uji biodegradasi, dan uji kuat tarik. Hasil penelitian menunjukkan pot biodegradable memiliki rentang massa 9.58- 18.48 gram, kadar air 50.42%-65.89%, water uptake 2.72%-4.82%, potensi biodegradasi 40.54%-76.39%, dan kuat tarik 8091-23418 Pa. Kombinasi perlakuan R2C2 (80% TKKS: 20% batang pisang; 5% NaOH) merupakan formulasi perlakuan terbaik karena memiliki biodegradabilitas yang lebih cepat juga dapat mendukung daya tahan pot biodegradable melalui kekuatan tarik yang tinggi dan ketahanan terhadap air. Namun, pada kerapatan dinding pot biodegradable memerlukan beberapa perbaikan akibat dari dispersi serat yang tidak merata

    Pengaruh Warna Lampu LED (Light Emitting Diode) dan Media Tanam terhadap Pertumbuhan Pakcoy (Brassica Rapa L.) Pada Sistem Hidroponik Wick

    No full text
    Dengan adanya peralihan fungsi lahan, petani kesulitan dalam membudidayakan tanaman sayuran untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan yang terus meningkat dan semakin terbatasnya lahan perkebunan atau pertanian, mengharuskan petani maupun masyarakat untuk bisa beradaptasi. Saat ini lahan pertanian sudah banyak digantikan dengan sistem hidroponik. Sistem hidroponik adalah sistem pembudidayaan tanaman tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air larutan nutrisi. Sistem hidroponik yang sering digunakan oleh masyarakat dan mudah dirakit serta sederhana yaitu sistem hidroponik wick. Salah satu sayuran yang sering diminati oleh masyarakat untuk dibudidayakan pada sistem hidroponik adalah tanaman pakcoy. Pakcoy adalah tanaman yang berumur pendek serta mempunyai kandungan gizi yang cukup dibutuhkan oleh tubuh manusia. Pada proses fotosintesis tanaman kini masih banyak yang kurang maksimal karena berkurangnya sumber cahaya sehingga proses fotosintesis digantikan oleh cahaya lampu LED agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal tanpa ada hama dan penyakit. Pada intensitas cahaya yang dibutuhkan tidak boleh terlalu tinggi apabila terlalu tinggi maka hasil produksi tanaman kurang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh warna lampu LED dan media tanam terhadap pertumbuhan pakcoy pada sistem hidroponik wick. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) yang terdiri dari 3 kali pengulangan dan 2 faktorial. Faktor pertama adalah warna lampu LED yaitu putih (L1), biru (L2), merah (L3), warm white (L4) dan ungu (L5). Faktor kedua adalah media tanam yang digunakan pada sistem hidroponik yaitu cocopeat (M1) dan arang sekam (M2). Selain itu juga ada tanaman control yang sebagai pembanding. Parameter yang diamati adalah jumlah daun, tinggi tanaman, panjang akar, berat basah. Data hasil penelitian dilakukan pengujian ANOVA dengan uji BNT 1% dan 5%. Berdasarkan dari penelitian yang telah diuji bahwa warna lampu LED menunjukkan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan pakcoy pada sistem hidroponik wick begitu juga pada media tanam menunjukkan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan pakcoy pada sistem hidroponik wick namun pada interaksi kedua variabel antara warna lampu LED dan media tanam menunjukkan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan pakcoy pada sistem hidroponik wick. Pada variabel warna lampu LED memberikan pengaruh nyata terhadap penambahan jumlah daun tanaman pakcoy. Perlakuan warna ungu (L5) memiliki nilai rata – rata yang tertinggi dibandingkan dari perlakuan yang lain. Sedangkan perlakuan warna merah (L3) memiliki nilai rata-rata terendah terhadap jumlah daun tanaman pakcoy. Berdasarkan hasil analisis bahwa variabel jenis media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar tanaman pakcoy. Perlakuan jenis media tanam cocopeat memiliki nilai rata-rata yang terpanjang pada parameter panjang akar tanaman pakcoy. Perlakuan jenis media tanam arang sekam memiliki nilai rata-rata terendah pada parameter panjang akar tanaman pakcoy. Berdasarkan hasil analisis bahwa variabel warna lampu LED, variabel jenis media tanam dan variabel interaksi warna lampu LED dan media tanam memberikan pengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat basah dan evapotranspirasi pada tanaman pakcoy

    Uji Peformasi Sistem Deteksi Cepat Kontaminan Minyak Babi (Lard) Pada Minyak Kelapa Sawit Non-Kontak Menggunakan Micro Spektrometer (Photonic Sensor) Dan Analisis Kemometrik

    No full text
    Bagi Negara dengan penduduk Muslim tebesar di ASIA, telah sepatutnya Indonesia menjaga produk pangan tetap pada kaidah Halal. Kaidah makanan Halal sendiri dikenal oleh penduduk Muslim sebagai makanan yang tidak mengandung zat yang dilarang, salah satu contohnya babi dan segala turunanya. Minyak babi sebagai salah satu contoh produk non-halal yang biasanya masih sering dipakai oleh pedagang “curang” sebagai campuran masakan. Hal ini merupakan masalah yang serius bagi penduduk Muslim, terlebih lagi metode deteksi minyak babi saat ini hanya bersandar pada hasil tes DNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) di laboratorium. Sedangkan metode deteksi tersebut merupakan cara yang membutuhkan waktu lama, serta biaya yang tidak murah. Masih ada beberapa macam deteksi minyak babi dengan kelemahan yang sama seperti Electrical Impedance Spectroscopy (EIS) yang mendeteksi minyak babi dari tingkat resistansi terhadap listrik. Dari permasalahan diatas, maka diperlukan metode keamanan pangan yang dapat mendeteksi secara lapang, cepat, dan biaya murah. Sistem Deteksi Cepat menggunakan sensor photonic (C12280MA) yang memiliki ukuran mini, Sistem Deteksi Cepat akan dipadukan dengan microcontroller yang terintergrasi dengan Bluetooth. Sistem ini sendiri memiliki prinsip kerja yang sama dengan spektrofotometri UV/Vis. Dalam penelitian ini digunakan sampel minyak babi ekstrak dan instan, serta minyak kelapa sawit merk X dan Y. Pencampuran minyak babi terhadap minyak kelapa sawit akan dibagi menjadi beberapa konsentrasi yaitu 0%, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Deteksi konsentrasi minyak babi akan dilakukan menggunakan Sistem Deteksi Cepat (sensor photonic C12880MA) dalam 3 jarak penembakan (0,2 cm, 0,6 cm, dan 0,8 cm) dan spektrofotometri UV/Vis (bench-top) sebagai validator. Setiap konsentrasi akan dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan. Data yang telah diperoleh dari Sistem Deteksi Cepat dan spektrofotometri UV/Vis (bench-top) akan dikembangan menggunakan analisis kemometrik, yaitu Principal Component Analysis (PCA) dan Partial Least Square (PLS) dengan aplikasi Unscramble X.10.4. Hasil pengukuran spektrum menggunakan spektrofotometri UV/Vis (bench-top) pada minyak kelapa sawit dan minyak babi menunjukan perbedaan. Sedangkan pada Sistem Deteksi Cepat terbedakan secara samar. Hal ini didukung dengan hasil PCA spektrofotometri UV/Vis (bench-top) yang dapat membedakan semua tingkat konsentrasi dan untuk hasil PCA Sistem Deteksi Cepat hanya mampu membedakan tingkat konsentrasi 100% dan 0%. Analisis PLS menunjukan model prediksi yang baik dan akurat untuk pengambilan data dengan spektrofotometri UV/Vis (bench-top) dengan hasil terbaik pada sampel POLEA menggunakan Full Spektrum, memiliki nilai R2 kalibrasi sebesar 0,993; R2 validasi sebesar 0,933; SEC sebesar 3,297; SEP sebesar 3,488; dan RPD sebesar 11,915 Dilain sisi Sistem Deteksi Cepat menunjukan model prediksi yang kurang baik dan tidak stabil, dengan nilai R2 kalibrasi sebesar 0,785; R2 validasi sebesar 0,772; SEC sebesar 19,104; SEP sebesar 20,314; dan RPD sebesar 1,823, dengan jarak 0,2 cm pada sampel POLIB menggunakan full spektru

    Analisis Karakteristik Biopelet Dari Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) Dan Limbah Tepung Porang Menggunakan Mesin Bio-Fuel Pellet Serbaguna

    No full text
    Pelet Biomassa atau yang biasa dikenal dengan biopelet adalah salah satu biomassa yang dibuat dari hasil pemampatan menjadi pelet dimana dapat menjadi bahan bakar alternatif, salah satu biomassa yang dapat dimanfaatkan yaitu Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan Limbah Tepung Porang. Biopelet dibuat menggunakan Mesin Bio-fuel Pellet yang terdiri dari 3 proses yaitu penghalusan, pencampuran, dan pencetakan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yaitu komposisi campuran bahan dan ukuran diameter cetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik biopelet berdasarkan SNI 8675:2018 dan menemukan formulasi terbaik dari berbagai perlakuan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa komposisi campuran bahan baku dan ukuran diameter cetakan berpengaruh nyata terhadap karakteristik biopelet. Secara keseluruhan biopelet sudah memenuhi SNI 8675: 2018 kecuali kadar zat terbang. Biopelet terbaik didapatkan pada perlakuan komposisi 60% TKKS dan 40% Limbah Tepung Porang dengan ukuran diameter cetakan 6 milimeter dengan nilai densitas 0,98 g/cm3, kadar air 4,50%, kadar abu 4,58%, kadar zat terbang 80,88%, kadar karbon terikat 14,55%, dan nilai kalor 23,90 MJ/k

    Uji Kinerja Mesin Chopper Dengan Pisau Berbahan Baku Spring Steel Untuk Komoditi Rumput Gajah Dan Daun Tebu

    No full text
    Produksi makanan terutama sumber protein lemak hewani sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan makanan masyarakat Indonesia. Salah satunya dipenuhi oleh daging hewani. Untuk meningkatkan pakan ternak maka pakan ternak dibudidayakan dengan memanfaatkan rerumputan atau hijauan pakan ternak yang dapat dijadikan menjadi sumber utama pakan ternak salah satunya tanaman rumput gajah dan tebu yang dimanfaatkan bagian daunnya sebagai sumber pakan ternak. Dalam memenuhi pakan ternak agar dimakan semua oleh hewan ternak dibutuhkan proses pencacahan hijauan pakan ternak dengan menggunakan mesin chopper. Namun karena kualitas bahan baku rendah maka akan mempengaruhi kapasitas kerja yang didapat. Sehingga perlu ditingkatkan salah satunya dengan cara meningkatkan kualitas pisau dengan menggunakan bahan yang kuat, tidak mudah tumpul, dan murah. Pada mata pisau mesin pencacah pada umumnya hanya memiliki satu bagian sayatan sehingga mata pisau tidak dapat digunakan lebih lama jika tanpa perawatan yang baik pada mata pisau. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini yaitu dengan memodifikasi mata pisau mesin pencacah dengan bahan baku yang lebih berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas kerja mesin chopper dengan menggunakan pisau buatan pabrik dan pisau modifikasi serta menganalisis perbandingan kualitas pisau buatan pabrik dan pisau modifikasi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2022 di Desa Karangwidoro, Kec. Dau, Kab. Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, dengan melakukan perhitungan terhadap parameter yang ditentukan. Adapun hasil penelitian yaitu kapasitas kerja pada mesin chopper dengan menggunakan pisau lama buatan pabrik pada bahan rumput gajah dan daun tebu setiap hari akan mengalami penurunan dan konsumsi bahan bakar akan mengalami peningkatan setiap harinya. Sedangkan pada pengujian mesin chopper dengan menggunakan pisau modifikasi berbahan baku spring steel kapasitas kerja dan konsumsi nya stabil serta pisau modifikasi berbahan baku spring steel memiliki ketahanan dan kualitas yang lebih baik disbanding dengan pisau lama buatan pabrik

    Simulasi Perilaku Temperatur dan Kecepatan Aliran Pada Triple Effect Evaporator Untuk Produksi Gula Merah Menggunakan Computational Fluid Dynamic

    No full text
    Nira tebu dapat dimanfaatkan menjadi gula, baik gula kristal maupun gula cair. Biasanya gula cair tebu dimanfaatkan untuk gula merah. Proses pembuatan gula merah diawali dengan menguapkan nira tebu hingga mencapai kekentalan tertentu selanjutnya dicetak pada batok kelapa. Dalam proses pembuatannya gula merah yang dihasilkan sering kali tidak seragam, hal ini dikarenakan temperatur yang digunakan saat proses pemasakan kurang stabil. Sehingga diperlukan transfer teknologi untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan pengaplikasian evaporator. Triple effect evaporator adalah salah satu jenis mesin yang dapat digunakan untuk mengolah gula merah tebu. Diperlukan proses desain perhitungan dan simulasi triple effect evaporator menggunakan Solidwork 2017. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh temperatur dan kecepatan aliran pada triple effect evaporator melalui pendekatan matematika dan mengetahui proses dan hasil pensimulasian temperatur dan kecepatan aliran menggunakan Computational Fluid Dynamic untuk mendapatkan keluaran akhir 60%. Dengan metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu non-iteratif dan semi iteratif. Digunakan beberapa variasi perlakuan temperatur dan kecepatan aliran pada setiap efek dengan variasi temperatur terbaik pada efek 1 sampai efek 3 yaitu 55°C dengan kecepatan aliran 4500 lb/hr, 115°C dengan kecepatan aliran 3135 lb/hr, dan 87°C dengan kecepatan aliran 1750 lb/hr. Sedangkan variasi kecepatan aliran terbaik pada efek 1 sampai efek 3 yaitu 45°C dengan kecepatan aliran 4500 lb/hr, 95°C dan kecepatan aliran 3125 lb/hr, 77°C dengan kecepatan aliran 1750° lb/hr. Dengan hubungan hasil pengujian melalui pendekatan matematika dan simulasi yaitu berbanding luru

    Uji Performansi Destilator Surya Tipe Piramida Bak Tunggal dengan Pemanas Matahari Eksternal

    No full text
    Destilasi merupakan suatu cara memanfaatkan energi panas matahari dan proses kondensasi dalam upaya memperoleh air tawar. Pada prinsipnya destilasi air tenaga surya yaitu menempatkan air di dalam wadah tertutup tembus cahaya dengan atap berkemiringan tertentu sehingga energi surya akan menembus dan panas akan terkumpul dalam ruangan tersebut sehingga menyebabkan air di dalamnya menguap. Uap mengembun pada bagian dalam dari penutup karena ada perbedaan suhu dengan udara luar. Embun tersebut kemudian mengalir pada dinding dan aliran air embun akan di salurkan ke penampung air tawar. Untuk mempercepat pemanasan, 4 liter air laut di bagi menjadi 2 bagian, 2 liter ditempatkan pada destilator dan 2 liter dimasukkan ke dalam radiator. Pada pemanas eksternal matahari berupa radiator, air laut dipanaskan dengan sinar matahari secara konveksi hingga suhu mencapai 50oC kemudian dimasukkan ke dalam destilator. Proses destilasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas matahari terhadap kecepatan pemanas eksternal serta mengetahui banyaknya hasil air tawar dan efisiensi destilator. Hasil kinerja pemanas eksternal matahari dengan radiator, pada hari pertama dengan total intensitas matahari sebesar 8794,64 W/m2, pemanas eksternal dapat memanaskan air hingga suhu 50oC dalam waktu 4 jam. hasil air tawar yang didapatkan pada hari pertama sebanyak 800 ml, hari kedua sebanyak 662 ml dan hari ketiga sebanyak 319 ml viii dari 4000 ml tiap harinya dan di dapattkan efisiensi rata-rata destilator sebesar 14,36%. Adanya rancangan rumah kaca dengan pemanasan eksternal matahari diharapkan dapat membantu masyarakat dalam upaya menyediakan air tawar dan garam lebih cepat, khususnya masyarakat di pesisir panta

    Pembuatan Bioplastik Berbahan Karagenan Dan Tepung Porang (Armophopallus muelleri Blume) Dengan Plasticizer Sorbitol Terhadap Sifat Mekanik dan Biodegradabilitas

    No full text
    Penggunaan plastik di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan penggunaan plastik juga menyebabkan peningkatan pada sampah plastik di Indonesia. Sampah plastik sangat sulit untuk terurai, dibutuhkan waktu kurang lebih 20 sampai 500 tahun untuk sampah plastik dapat terurai dengan sempurna. Salah satu cara untuk mengurasi sampah plastik adalah dengan membuat bioplastik. Bioplastik dapat dibuat dengan bahan-bahan yang mudah ditemui seperti pati dan selulosa. Selain itu, ekstrak dari rumput laut yang biasa kita ketahui sebagai karagenan juga dapat dimanfaatkan sebagai bioplastik. Selain itu, penambahan pati pada bioplastik sebagai zat penguat juga diperlukan, pada penelitian ini digunakan pati umbi porang. Pada pembuatan bioplastik, bahan tambahan yang digunakan adalah plasticsizer sorbitol yang akan berfungsi sebagai penguat elastisitas agar bioplastik tidak kaku. Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik, uji elongasi, uji daya serap dan biodegradabilitas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu karagenan yang terdiri atas tiga taraf (1 gr, 2 gr, dan 3 gr) dan faktor kedua adalah plasticizer sorbitol yang terdiri atas lima taraf (1 ml, 2ml, 3ml, 4ml dan 5ml). Sehingga, dari kombinasi yang ada di dapatkan 15 perlakuan dengan tiga kali pengulangan. Dengan penambahan 0,75 gram tepung porang pada setiap tahapnya. vii i Selanjutnya, data akan dianalisis menggunakan Analisis Kovarian (ANOVA) lalu dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf kepercayaan BNT 5%. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengujian yang dilakukan. didapatkan nilai kuat tarik yang tertinggi yaitu perlakuan dengan variasi karagenan 1 gram dan sorbitol 1ml dengan nilai rata-rata sebesar 0,02276 mPa. Pada pengujian elongasi, nilai elongasi yang tertinggi terdapat pada perlakuan karagenan 1 gram dan sorbitol 3ml dengan nilai rata-rata sebesar 133,75%. Pada pengujian daya serap, nilai daya serap yang paling tinggi adalah pada perlakuan karagenan 2 gram dan sorbitol 1ml dengan nilai rata-rata sebesar 1224,60%. Pada pengujian biodegradasi, didapatkan hasil berkurangnya massa pada bioplastik yang ditanam pada tanah dengan bantuan EM4 selama 30 hari dan juga perubahan fisik bioplastik yang terurai hari demi hari

    Proses Evaporasi Susu Pada Tekanan Rendah untuk Mengetahui Pengaruh Suhu Terhadap Kandungan Protein

    No full text
    Proses evaporasi susu pada tekanan rendah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kandungan protein. Dengan menggunkan metode ini, dapat meningkatkan produktivitas pengolahan produk susu dari segi kualitas dan kuantitas. Cara kerja Vacuum technology dilakukan pada ruang tertutup dengan kondisi tekanan rendah antara -65 s/d -76 cmHg. Prinsip kerja alat ini adalah mengatur keseimbangan suhu dan tekanan Vacuum. Alat ini mampu menghisap kadar air dalam bahan dengan kecepatan tinggi, sehingga kadar air dalam susu dapat diserap dengan sempurna untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang bagus, seperti halnya warna, aroma, dan rasa susu yang tidak mengalami perubahan dan kerusakan nilai gizi seperti pada pembuatan Susu Kental Manis (SKM) konvensional. Pada pembuatan Susu Kental Manis (SKM) konvensional, pengaturan suhu tidak boleh melebihi 60℃ dan tekanan vacuum antara -65 s/d -76 cmHg. Maka dari itu, susu dapat terevaporasi dengan pengontrolan suhu 55-65℃ sehingga tidak merusak kandungan zat dan dapat membunuh bakteri patogen yang terdapat dalam susu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses evaporasi susu pada tekanan rendah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kandungan protein. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu sapi segar dan metode yang digunakan yaitu metode Automatic Evaporated Milk Technology. Suhu yang digunakan mesin Modified Vacuum Technology (MVT) yaitu 60℃, 65℃, 70℃. Sedangkan, waktu yang digunakan adalah 10 menit, 20 menit, dan 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian proses evaporasi susu pada tekanan rendah, diketahui memiliki pengaruh nyata terhadap suhu, tekanan, dan waktu terhadap susu dan protein yang mana dari susu tersebut telah sesuai standar SNI 01 2891 1992, butir 7.1. Pengaruh suhu 60℃ dan 65℃ diketahui cukup optimal. Namun, pada saat suhu 70℃ susu mengalami kerusakan
    corecore