37 research outputs found

    Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Gender Siswa Di SMP Negeri 1 Tanjung Raya

    Get PDF
    Penelitian ini berawal dari adanya siswa yang  kurang paham dengan gendernya yaitu belum memerankan dirinya sesuai gender dalam kehidupan dimana ada siswa yang gaya berbicara, pakaian dan sikapnya belum menunjukan sesuai gender. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku gender siswa. Ruang lingkup dalam penelitian ini untuk melihat perilaku gender siswa pada kelas IX. Penelitian ini adalah penelitian Pre Ekperimen model one group pretest-postest design, populasi adalah siswa kelas IX berjumlah 104 orang, sedangkan sampel penelitian adalah 10 orang. Pengambilan sampel siswa menggunakan teknik purposive sampling yaitu berdasarkan angket yang disebar dan berdasarkan saran dari guru bk. Instrument pengumpulan data adalah skala likert. Teknik analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil uji Z (wilcoxon) memperlihatkan perbedaan antara nilai pretest dan posttest. Diketahui hasil uji wilcoxon  Sig p-value  sebesar 0,009 < ? (? =0,05) yang artinya Ha diterima, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan kelompok terhadap perilaku gender siswa. Kata kunci: Bimbingan Kelompok, Perilaku Gende

    Masalah Sosial Pada Anak Putus Sekolah ( Studi Kasus Di Jorong Padang Laweh Nagari Tapi Selo Kecamatan Lintau Buo Utara)

    Get PDF
    Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya beberapa siswa yang putus sekolah di jorong padang laweh dan menimbulkan masalah sosial. Tujuan untuk mengetahui masalah sosial pada anak putus sekolah di Jorong Padang Laweh Nagari Tapi Selo. Jenis penelitian yang digunakan peneliti yaitu kualitatif berbentuk studi kasus yang menggambarkan tentang masalah sosial pada anak putus sekolah di jorong padang laweh. Ini merupakan studi mendalam yang dilakukan kepada sekelompok indivindu atau kejadian. Tiga tahap dalam studi kasus yaitu, pengumpulan data, analisa,dan menulis. Saat pengumpulkan data, teknik yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Kemudian dalam analisis menggunakan Aplikasi Atlas ti selanjutnya reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami putus sekolah di Jorong Padang Laweh umumnya menghabiskan waktu mereka untuk mencari nafkah dengan bekerja sebagai buruh lepas. Kondisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa orang tua mereka tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga sulit bagi mereka untuk membiayai pendidikan anak-anak mereka. Beberapa faktor yang menjadi penyebab putus sekolah termasuk latar belakang pendidikan orang tua, pandangan masyarakat terhadap pendidikan, kelemahan ekonomi keluarga, kondisi lingkungan tempat tinggal anak, kurangnya minat anak terhadap pendidikan, dan pergaulan dengan teman yang buruk. Dampak sosial yang timbul akibat putus sekolah termasuk tingginya tingkat pengangguran, meningkatnya kasus kriminalitas, kemiskinan, dan perilaku kenakalan remaja. Kata Kunci: Masalah Sosial, Putus Sekolah

    Upaya Guru dalam Menumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Ampek Angkek

    Get PDF
    Penelitian ini membahas tentang upaya guru dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus di sekolah luar biasa (SLB) Negeri 1 Ampek Angkek. Guru sebagai pendidik memiliki peranan yang besar dalam mendidik dan mengembangkan rasa kepercayaan diri anak di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya guru dalam  menumbuhkan kepercayaan diri anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri 1 Ampek Angkek. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) bersifat deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan suatu fenomena/peristiwa yang terjadi di lapangan yang kemudian dianalisis. Dalam penelitian yang menjadi informan kunci adalah guru dan yang menjadi informan pendukung adalah kepala sekolah. Untuk memperolah data peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dan untuk pengolahan data peneliti menggunakan metode reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil peneliti dilapangan yaitu dimana hasil upaya yang dilakukan guru dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak dapat dikategorikan sangat baik, dan dari hasil wawancara peneliti menunjukan bahwa upaya yang dilakukan guru dalam menumbuhkan percaya diri anak adalah dengan memberikan pujian dan perhatian. Pemberian pujian dan perhatian pada anak memberikan pengaruh yang postif dalam proses menumbuhkan percaya dirinya. Pujian dan perhatian dari guru, orang tua dan lingkungan menjadi motivator bagi anak untuk berani menampilkan dirinya dan terhindar dari rasa takut. Pujian dan perhatian juga menjadi pemenuhan atas kebutuhan dasarnya yang berupa penghargaan, perasaan tersebut akan membawa anak untuk mampu mencapai aktualisasi dirinya yang ditampilkan melalui rasa percaya diri

    Pengaruh Konseling Individual Terhadap Kesehatan Mental Remaja Akhir Pasca Putus Cinta Di Nagari Lambah Sianok Kecamatan Ampek Koto Kabupaten Agam

    Get PDF
    Penelitian ini dilatar belakangi dari masalah yang terjadi kepada remaja di Nagari Lambah Sianok Kecamatan Ampek Koto Kabupaten  Agam, yang mana remaja tersebut mengalami perubahan kognitif dan kondisi emosional yang tidak stabil, melampiaskan rasa emosional dengan cara menyilet tangan sendiri sampai berdarah, menarik diri dari pergaulan dan timbul social anxiety disorder (rasa cemas berlebihan saat berinteraksi dengan orang lain). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling individual terhadap kesehatan mental pasca putus cinta pada remaja akhir di Nagari Lambah Sianok Kecamatan Ampek Koto Kabupaten Agam dengan pendekatan konseling individual. Penelitian ini tergolong penelitian Pre-Eksperimen model One Group Pretest Posttest Design. Populasi adalah remaja akhir usia 18-21 tahun yang berjumlah 15 orang, sedangkan sampel penelitian yang dilakukan peneliti hanya berjumlah 1 orang, dikarenakan individu ini mengalami suatu gejala kesehatan mental yang  membutuhkan suatu layanan segera dan perlu cepat ditangani melalui pemberian treatment berupa layanan konseling individual. Instrument pengumpulan data adalah skala likert. Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil dari  Teknik analisis data menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan nilai z sebesar -4,009 dengan nilai sig. p-value sebesar 0,005 < ? (? = 0,05) yang artinya Hi diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kesehatan mental salah satu orang  remaja akhir  pasca putus cinta sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Pemberian penilaian segera, penilaian jangka pendek dalam layanan konseling individual, juga merupakan suatu alternatif untuk meningkatkan  kesehatan mental salah satu orang remaja akhir  yang mengalami permasalahan putus cinta, salah satu orang remaja akhir ini merasa lebih tenang, dapat mengontrol emosi dan dapat berpikir secara rasional setelah diberikan layanan  konseling individual.

    Radiofrequency-based treatment in therapy-related clinical practice – a narrative review. Part I : acute conditions

    Get PDF
    This is an Accepted Manuscript of an article published by Taylor & Francis Group in Physical Therapy Reviews on 24 June 2015, available online at: https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1179/1743288X15Y.0000000016Background: Radiofrequency electromagnetic field (RFEMF or simply RF)-based electrophysical agents (EPAs) have been employed in therapy-related clinical practice for several decades. They are used to reduce pain and inflammation and enhance tissue healing. Although these agents have generally become less popular in contemporary therapy practice, surveys have shown that some of these modalities are still reasonably widely used. Objective: To review the evidence for the use of non-invasive low frequency RFs (30 kHz–30 MHz) in therapy-related clinical practice. Major findings: All peer reviewed therapy-related clinical studies published in English and concerning low frequency RF were sought. Identified literature was divided into acute and chronic segments based on their clinical area and analysed to assess the volume and scope of current evidence. The studies on acute conditions were reviewed in detail for this paper. One hundred twenty clinical studies were identified, of which 30 related to acute conditions. The majority of studies employed Pulsed Shortwave Therapy (PSWT). Twenty-two studies out of 30 were related to conditions of pain and inflammation, seven to tissue healing and one to acute pneumothorax. No studies were identified on frequencies other than shortwave. Conclusions: Evidence for and against RF-based therapy is available. There is reasonable evidence in support of PSWT to alleviate postoperative pain and promote postoperative wound healing. Evidence for other acute conditions is sparse and conflicting. A general lack of research emphasis in the non-shortwave RF band is evident, with studies on acute conditions almost non-existent. Further and wider research in this area is warranted.Peer reviewe

    Embedding cultural competence in faculty : a mixed-methods evaluation of an applied Indigenous proficiency workshop

    Get PDF
    One of the most pressing issues in Australian society is the gap between Indigenous and non-Indigenous health and life expectancies (Marmot, 2017). Australia agreed with the World Health Organisation’s 2008 Closing the Gap in a Generation report (WHO, 2008), spending approximately 5.6% of government expenditure towards ameliorating this gap (Gardiner-Garden & Simon-Davies, 2012), yet there have been only minimal positive outcomes (Alford, 2015; Gannon, 2018). In applied terms, this means Indigenous people are still dying younger (Anderson et al., 2016), scoring higher on psychological distress (Markwick, Ansari, Sullivan, & McNeil, 2015) and suffering poorer indices on all chronic diseases (e.g. Walsh & Kangaharan, 2016; Thompson, Talley, & Kong, 2017). The level of complexity involved in addressing these “wicked” or seemingly “impossible to solve” health problems is made worse by the lack of any pan-national strategic planning and/or intervention evaluation (Lokuge et al., 2017), even though there has been a plethora of programs and projects designed to improve Indigenous health (see for example, AGPC, 2016). Leaders in health and educational institutions must consider why there is a lack of progress in closing the gap in Indigenous health and life expectancies. Addressing the inequities in Indigenous health requires a determinant of health approach (Mitrou et al., 2014), as 39% of the gap in health outcomes can be explained by social determinates (AIHW, 2017; Markwick, Ansari, Sullivan, Parsons, & McNeil, 2014). The social determinant considered to most reliably predict Indigenous poor health is racism (Kelaher, Ferdinand, & Paradies, 2014; Paradies, 2006; Paradies & Cunningham, 2009; Paradies et al., 2015; Paradies, Truong, & Priest, 2014)

    Newly graduated nurses' orientation experiences:a systematic review of qualitative studies

    No full text
    Abstract Objective: This systematic review describes the experiences of the orientation into nursing of newly graduated nurses. Design: Systematic review. Methods: Data was collected from five databases: Medic, EBSCO Cinahl, Scopus, PsycARTICLES and ERIC (ProQuest). Qualitative, peer reviewed, original studies published in English, Swedish or Finnish before February 2016 and exploring newly graduated nurses’ experiences of the nursing orientation process were included. The studies were selected by screening titles, abstracts and full texts and the quality of the studies was assessed by two researchers independently. Data was analysed using content analysis. Results: Thirteen studies were chosen for the review. Newly graduated nurses’ orientation experiences were divided into four main categories: experiences related to orientation arrangements; experiences related to the preceptor; experiencing role transition during the orientation and suggestions for changes based on orientation experiences. The findings establish that the orientation and the preceptor have a great impact on how newly graduated nurses experience the start of their career. Often, newly graduated nurses wish to continue their relationship with their preceptor after the orientation period. Conclusions: Results bring together both the positive and negative aspects that newly graduated nurses relate as regards their current orientation programmes. Attention needs to be paid to the variation and imbalance in the quality of orientation programmes and preceptors. A more formal form of mentorship needs to be developed further
    corecore