17 research outputs found

    Sintasan, Pertumbuhan dan Kondisi Tubuh Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Teluk Talengen Setelah Diaklimatisasi Salinitas dengan Tiga Metode Berbeda

    Get PDF
    Usaha budidaya ikan air tawar di Kabupaten Kepulauan Sangihe sudah cukup lama dan sebagian besar diproduksi dari kolam air tawar. Namun kuantitasnya masih rendah dibandingkan dengan permintaan konsumen. Salah satu upaya produksi ikan nila di kabupaten ini adalah ekstensifikasi perikanan budidaya di wilayah pantai. Penelitian Internal ini bersifat uji coba budidaya laut terhadap salah satu varietas unggulikan nila, yaitu Nila Nirwana tahap pendederan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pertumbuhan berat spesifik, panjang mutlak dan keberhasilan hidup serta pengaruh aklimatisasi ikan nila uji dari air tawar ke air payau sampai salinitas 35 ppt. Selama 13 hari aklimatisasi diperoleh hasil : Pertumbuhan berat spesifik dikategorikan pelan, yaitu antara 0,02 – 0,08 % gram/hari dari berat awal. Perbandingan hasil antar metode aklimatisasi menujukkan ikan nila uji dengan metode pindah lokasi lebih cepat dibandingkan kedua metode aklimatisasi lainnya, yaitu metode sirkulasi perlahan dan metode aklimatisasi ganti air. Perlakuan aklimatisasi dengan metode pindah lokasi ternyata menunjukkan hasil terbaik dengan sintasan mencapai 86 – 100%. Kedua metode aklimatisasi lainnya lebih rendah, yaitu metode ganti air, SR = 42 – 66% dan sirkulasiperlahan, SR = 40 – 68 %. Pertambahan panjang mutlaknya dikategorikan lambat, urutan nilai tertinggi (1) pindah lokasi 0,8 – 2,7 cm; (2) sirkulasi perlahan 0,4 – 1,2 cm; dan (3) ganti air 0,3 – 0,4 cm. Hasil pengujian statistik menunjukkan tidak ada pengaruh aklimatisasi terhadap pertumbuhan ikan uji. Faktor penyebabnya berkaitan dengan waktu pemeliharaan yang singkat, yaitu antara 13 – 14 hari dan dosis pakan tidakbanyak

    PKM BUDIDAYA SPONS SECARA IN SITU UNTUK PRODUKSI BAHAN AKTIF BERKELANJUTAN & RAMAH LINGKUNGAN DI KELURAHAN ENEPAHEMBANG TAHUNA TIMUR

    Get PDF
    Spons laut merupakan sumber penting molekul-molekul berpotensi medis seperti antibiotik, antikanker, antimalaria, antidiabetik dengan Ara-A (antibiotik) dan Ara-C (antikanker) sebagai contoh obat berbasis spons. Tetapi spons biasanya mengandung bahan bioaktif dalam jumlah sangat terbatas yang sering memicu panen spons secara berlebihan dari alam dan berpotensi merusak lingkungan laut. Beruntung, budidaya spons secara insitu (dikembangkan di lokasi dimana spons itu diambil) telah memperlihatkan hasil positif sehingga berpotensi memberikan solusi untuk produksi bahan bioaktif secara berkelanjutan sekaligus ramah lingkungan. Masalahnya, masyarakat pesisir dan pengambil kebijakan pada umumnya belum mengetahui potensi spons sebagai sumber berbagai sumber berbagai kandidat obat dan pendapatan tambahan yang pada gilirannya dapat bermuara padaperlindungan laut. Sebagai solusi, tim pengusul pertama-tama akan memperkenalkan berbagai potensi farmakologis dan ekonomi spons melalui penyuluhan dan diksusi langsung dengan mitra selain melalui pembekalan teknik-teknik budidaya spons

    Penyuluhan jus buah apel dan air dugan sebagai MP-ASI di Posyandu Garuda, Pidada Panjang

    Get PDF
    Background: Complementary food for breast milk is food or drink that contains nutrients given to children to meet their nutritional needs. Apples or in the Latin name Malus domestica are very good for toddlers as a drink (juice) to replace breast milk, this is because besides being delicious, apples have many health benefits for babies. This apple juice has several health benefits for babies, namely improving digestion, treating dysentery, relieving coughs, and nourishing the body. Coconut water or the Latin name Cocos nucifera is highly recommended as a baby's first drink after the baby has completed the journey of exclusive breastfeeding for 6 months. The various nutrients and properties contained in coconut water make it worthy to be called the second best drink after breast milk. Coconut water contains monolaurin, a substance from lauric acid that can build immunity and maintain the health of your little one. Purpose: To further improve the health of children under five and under-fives, as well as to maintain the growth and development of children during their growth period. Methods: In this community service activity the respondents are all mothers who have children under five and toddlers in the area of Posyandu Garuda, Panjang District. This activity uses poster media as a means of presenting material that can be read and taken home for respondents. Result: Counseling on complementary drinks made from apple juice and coconut water in the working area of ​​the Garuda Posyandu went well. Around 50 participants attended. This counseling is expected to increase knowledge of the quality of health to the community so that many toddlers and under-fives are guaranteed nutrition and nutrition. Conclusion: There is an increase in knowledge of breastfeeding mothers or mothers who have toddlers about the importance of consuming breast milk substitutes, who initially did not know the efficacy of apple juice and coconut water. Pendahuluan: Makanan pendamping ASI merupakan makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Buah Apel atau dalam nama latin Malus domestica sangat baik dikonsumsi balita sebagai  minuman (jus) pengganti asi, hal ini karena selain lezat, apel memiliki banyak manfaat kesehatan untuk bayi. Jus apel ini memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan pada bayi yaitu melancarkan pencernaan, mengobati disentri, meredakan batuk, dan menyehatkan tubuh. Air dugan atau nama latin Cocos nucifera sangat disarankan sebagai miuman pertama bayi setelah bayi menuntaskan perjalanan ASI eksklusif selama 6 bulan. Berbagai nutrisi dan khasiat yang terkandung di dalam air kelapa membuatnya layak untuk disebut sebagai minuman terbaik kedua setelah ASI. Air dugan mengandung monolaurin, zat dari asam laurat yang dapat membangun kekebalan tubuh serta menjaga kesehatan Si Kecil. Tujuan: Untuk lebih meningkatkan kesehatan anak balita dan baduta, serta menjaga tumbuh kembang anak dikala masa pertumbuhan. Metode: Dalam kegiatan pengabdian masyarkat ini respondennya adalah seluruh ibu yang memiliki  baduta dan balita yang berada diwilayah Posyandu Garuda Kecamatan Panjang, Kegiatan ini menggunakan media poster sebagai sarana mempersentasikan materi yang dapat dibaca dan dibawa pulang bagi responden. Hasil: Penyuluhan tentang minuman pendamping asi dari jus buah apel dan air kelapa diwilayah kerja posyandu Garuda berjalan dengan lancar. Peserta yang hadir sekitar 50 responden, dengan di adakan penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan mutu kesehatan kepada masyarakat agar banyak balita dan baduta yang terjamin gizi dan nutrisi nya. Simpulan: Adanya peningkatan pengetahutan ibu menyusui atau ibu yang mempunyai balita tentang pentinganya mengonsumsi minuman pengganti asi, yang awalnya tidak mengetahui khasiat dari jus buah apel dan air buah kelapa saat ini lebih memahami

    Penerapan Tungku Pengasapan Tebiyama Pada Pembuatan Ikan Kayu

    Get PDF
    The tebiyama is an alternative for producing wooden fish in the islands such as ’Nusa Utara’ which is abundant in the production of small pelagic fish, especially Decapterus sp. and Euthynnus affinis. The purpose of this study was to see the chemical quality of wooden fish produced using by tebiyama. The stages consist of the preparation stages including weighing, cutting, washing, boiling, removing the bones, drying 1 and drying 2. Furthermore, the fish is smoked using a tebiyama for 30 hours at 60-65oC, every 10 hours the fish is rested for 24 hours. The wooden fish was calculated yield and proximate. The yield results were obtained for Decapterus sp. by 35,9% and Euthynnus affinis by 42,9%. The proximate (moisture, protein, fat and ash) showed that the wooden fish from Decapterus sp. had a moisture content of 16.16%, a fat content of 7.81%, a protein content of 70.02% and an ash content of 2.31% while the wooden fish from Euthynnus affinis had a moisture content of 16.06. %, fat content 10.12%, protein content 70.72% and ash content 2.5%. The moisture content of wooden fish produced with the tebiyama meets SNI 2691.1-2009

    A New and Practical Method for Measuring Sponge Spicules

    Get PDF
    Binocular light microscopy (BLM) is an excellent match for a scanning electron microscope (SEM) and a trinocular light microscope equipped with a micrometer (TLM). The practicality, user-friendliness, and short-time analysis of BLM make this method a good choice for spicule analysis. However, its effectiveness and accuracy are yet to be confirmed. This study aimed to validate the effectiveness of BLM by comparing its usefulness to both TLM and the gold standard methods. BLM was first subjected to measuring megascleres and microscleres of 2 sponges. Then, by using the If function built-in Excell and t-test in SPSS 16.0, the compatibility of BLM was evaluated against SEM by measuring the length of spicules from 4 Sangihe sponges and their counterpart species from different locations. Furthermore, the t-test analysis was used to validate the compatibility and effectiveness of our method to the TLM by measuring the spicules of four sponges. Both the F-function and the t-test analysis proved BLM was compatible with SEM with both measurements showing a perfect match for megascleres typed spicules of 4 compared sponges. This new technique also showed a perfect match with SEM (p = 0.367, t-test) and with TLM (p = 0.963, t-test). Keywords: Spicules, sponges, SEM, Wallacea, biomaterial, sponge taxonom

    Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kegiatan Pembibitan dan Penanaman Mangrove di Pantai Salurang, Kepulauan Sangihe

    Get PDF
    Mangrove memainkan peran sangat krusial bukan saja sebagai pelindung pesisir pantai tetapi juga sebagai tempat perkembangbiakan dan hunian beragam organisme dan sebagai sumber berbagai bahan bioaktif berpotensi medis. Kerusakan vegetasi mangrove di Kampung Salurang Kabupaten Sangihe yang merupakan daerah hilir akibat aktivitas tambang di daerah hulu menyebabkan penurunan drastis hasil tangkapan ikan di kampung Salurang dan musnahnya berbagai sumber bahan bioaktif potential. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan memulihkan vegetasi mangrove yang telah rusak di kampung Salurang. Tahapan kegiatan pengabdian meliputi (1) survei dan konsultasi dengan pemerintah kampung untuk menentukan lokasi penanaman dan tanggal pemberian materi penyuluhan, (2) pendampingan untuk pembibitan mangrove oleh tim kepada masyarakat, (3) pelaksanaan kegiatan mencakup pemberian materi kepada masyarakat termasuk pemuda dan siswa sekolah menengah pertama dan penanaman mangrove bersama masyarakat. Hingga saat ini, sekitar 76% dari 95% mangrove yang ditanam tumbuh dengan baik dan pertumbuhannya masih terus dipantau. Kegiatan ini memiliki implikasi penting bukan saja untuk lingkungan dan kehidupan masyarakat pesisir tetapi juga untuk melindungi organisme simbion mangrove maupun mangrove itu sendiri sebagai sumber berbagai bahan bioaktif potensial

    Distinct phosphatases antagonize the p53 response in different phases of the cell cycle

    Get PDF
    The basic machinery that detects DNA damage is the same throughout the cell cycle. Here, we show, in contrast, that reversal of DNA damage responses (DDRs) and recovery are fundamentally different in G1 and G2 phases of the cell cycle. We find that distinct phosphatases are required to counteract the checkpoint response in G1 vs. G2. Whereas WT p53-induced phosphatase 1 (Wip1) promotes recovery in G2-arrested cells by antagonizing p53, it is dispensable for recovery from a G1 arrest. Instead, we identify phosphoprotein phosphatase 4 catalytic subunit (PP4) to be specifically required for cell cycle restart after DNA damage in G1. PP4 dephosphorylates Krüppel-associated box domain-associated protein 1-S473 to repress p53-dependent transcriptional activation of p21 when the DDR is silenced. Taken together, our results show that PP4 and Wip1 are differentially required to counteract the p53-dependent cell cycle arrest in G1 and G2, by antagonizing early or late p53-mediated responses, respectively

    Kajian Kualitas Air dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) yang Dibudidayakan dengan Sistem Akuaponik

    Full text link
    Kualitas air memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi budidaya ikan. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan secara luas di banyak negara termasuk Indonesia. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi, budidaya ikan nila dilakukan secara intensif yang dicirikan dengan padat tebar tinggi dan pemberian pakan berprotein tinggi. Kontol kualitas air yang baik menjadi kunci keberhasilan budidaya secara intensif ini. Sistem akuaponik merupakan sistem kombinasi antara sistem akuakultur dan hidroponik yang memiliki prinsip resirkulasi yang bertujuan untuk pengontrolan kualitas air. Berdasarkan hal di atas maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem akuaponik dalam mengkonversi senyawa amoniak dan memperbaiki kualitas air dalam media budidaya serta mengetahui korelasi antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila. Penelitian dilakukan selama 30 hari untuk mengukur beberapa parameter kualitas air yaitu suhu, Dissolve Oxygen, derajat keasaman (pH), amonia dan nitrat serta parameter pertumbuhan dan sitasan ikan nila yang dibudidayakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel dengan tiga kali pengulangan setiap variabelnya. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa sistem akuaponik mampu mereduksi senyawa amonia dan mengkonversinya menjadi senyawa nitrat yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Sistem akuaponik juga mampu menjaga kualitas air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang dibudidayakan

    Aktivitas Antibakteri Sponge Agelas Nakamurai Terhadap Bakteri Gram Negative: Study In Vitro dan In Silico

    No full text
    Bakteri gram negatif tetap menjadi ancaman serius bagi akuakultur, ekonomi, dan kesehatan manusia. Ironisnya, sementara antibiotik yang efektif belum ditemukan, resistensi bakteri ini terhadap berbagai antibiotik meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan urgensi penemuan antibiotik baru, terutama antibiotik yang dapat menghambat replikasi enzim seperti DNA gyrase atau topoisomerase IV, yang saat ini menjadi target baru penemuan antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri Agelas nakamurai terhadap A. hydrophila, A. salmonicida dan E. tarda menggunakan ekstrak spons (1, 10, dan 100) mg/mL dan tetrasiklin (1 mg/mL) sebagai kontrol positif dan memprediksi potensi antibakteri dari agelasine A-F (1-6) dan agelasidine A (7) dari A. nakamurai dari Kepulauan Sangihe terhadap protein topoisomerase IV melalui docking molekuler. Uji in vitro dilakukan dengan menggunakan metode Kirby Bauer dengan sedikit modifikasi dan studi in silico menggunakan CB-dock 2 dan Protein Ligand Interaction Profiler. Meskipun ekstrak menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih lemah terhadap A. hydrophila, A. salmonicida dan E. tarda dibandingkan tetrasiklin, molekul docking dengan CB-dock 2 menunjukkan bahwa agelasine A-F (1-6) dan agelasidin A (7) memiliki afinitas pengikatan yang lebih kuat (-7.1). hingga -8,6 kJ/mol) daripada tetrasiklin (10), ciprofloksasin (11) atau levofloksasin (12) (-6,6 hingga -8,3 kJ/mol). Docking molekuler pada agelasidin C (9) dan D (10) juga menunjukkan afinitas pengikatan yang kuat (-8,3 dan -8,8 kJ/mol) ke protein target 1S16 terutama akibat ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Secara kolektif, hasil ini menunjukkan potensi agelasidin A, C dan D sebagai modulator dari target antibiotik baru, enzim topoisomerase IV.Bakteri gram negatif tetap menjadi ancaman serius bagi akuakultur, ekonomi, dan kesehatan manusia. Ironisnya, sementara antibiotik yang efektif belum ditemukan, resistensi bakteri ini terhadap berbagai antibiotik meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan urgensi penemuan antibiotik baru, terutama antibiotik yang dapat menghambat replikasi enzim seperti DNA gyrase atau topoisomerase IV, yang saat ini menjadi target baru penemuan antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri Agelas nakamurai terhadap A. hydrophila, A. salmonicida dan E. tarda menggunakan ekstrak spons (1, 10, dan 100) mg/mL dan tetrasiklin (1 mg/mL) sebagai kontrol positif dan memprediksi potensi antibakteri dari agelasine A-F (1-6) dan agelasidine A (7) dari A. nakamurai dari Kepulauan Sangihe terhadap protein topoisomerase IV melalui docking molekuler. Uji in vitro dilakukan dengan menggunakan metode Kirby Bauer dengan sedikit modifikasi dan studi in silico menggunakan CB-dock 2 dan Protein Ligand Interaction Profiler. Meskipun ekstrak menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih lemah terhadap A. hydrophila, A. salmonicida dan E. tarda dibandingkan tetrasiklin, molekul docking dengan CB-dock 2 menunjukkan bahwa agelasine A-F (1-6) dan agelasidin A (7) memiliki afinitas pengikatan yang lebih kuat (-7.1). hingga -8,6 kJ/mol) daripada tetrasiklin (10), ciprofloksasin (11) atau levofloksasin (12) (-6,6 hingga -8,3 kJ/mol). Docking molekuler pada agelasidin C (9) dan D (10) juga menunjukkan afinitas pengikatan yang kuat (-8,3 dan -8,8 kJ/mol) ke protein target 1S16 terutama akibat ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Secara kolektif, hasil ini menunjukkan potensi agelasidin A, C dan D sebagai modulator dari target antibiotik baru, enzim topoisomerase IV
    corecore