12 research outputs found

    PSIKOEDUKASI REMAJA: KETIKA PINTAR SAJA TIDAK CUKUP

    Get PDF
    Situasi pandemi turut memberikan dampak bagi remaja. Melalui kegiatan psikoedukasi terhadap remaja ini diharapkan dapat membantu remaja menggali kekuatan dan keterampilan yang bisa mereka terapkan dalam menyesuaikan diri dengan situasi pandemi. Kegiatan psikoedukasi ini membahas mengenai tantangan, kesempatan serta pilihan-pilihan yang dapat dilakukan remaja. Kegiatan dilakukan dalam bentuk seminar online dan diskusi dalam kelompok-kelompok kecil. Materi seminar online mencakup bahan mengapa remaja adalah generasi yang harus diselamatkan serta hal-hal yang mempengaruhi kehidupan remaja, antara lain kecerdasan emosi, proses pengambilan keputusan, serta bagaimana remaja dapat menjadi individu yang membawa pengaruh positif. Dalam diskusi kelompok kecil dibahas mengenai kondisi kepuasan hidup partisipan saat ini, sumber daya yang mereka miliki agar mereka dapat menjadi tangguh. Dari hasil evaluasi, sebagian besar peserta memberikan respon yang positif terhadap kegiatan psikoedukasi ini dengan rata-rata tingkat kepuasan 90,38%. Saran sebaiknya melakukan kegiatan psikoedukasi dengan topik mengenai remaja kepada orangtua dan guru. Untuk remaja dapat diberikan kegiatan psikoedukasi dengan topik yang berbeda, seperti manajemen stres, keterampilan untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya, serta proses penerimaan diri sendiri, baik dari segi fisik, emosi dan sosial.    

    GAMBARAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA KOMUNIKASI ORANGTUA DI KAWASAN KUMUH JATINEGARA

    Get PDF
    This research aimed to describe the perception that adolescents had on their parents pattern of communication. This research was held in slum area of Jatinegara in DKI Jakarta. Total of 121 adolescents from 3 districts (Rawa Bunga, Cipinang Besar Selatan, Kampung Melayu) were present in the activities. While we discussed about parenting and communication skills between parents and their offsprings, we explored the perception that the adolescents have about their parents, especially about their communication pattern. This was a descriptive study that wished to explore the communication pattern and relation in family. We used survey method, including questioners for information gathering and implemented observation, interview and small group discussion. To analyze the data, we used descriptive statistical analysis technique and qualitative analysis. We found that in each of the district, the most of the adolescents felt proud of their parents (Rawa Bunga 53%; Kampung Melayu in morning session, 65%; Kampung Melayu in afternoon session, 27%; Cipinang Besar Selatan, 55%). Nevertheless, there were mixed emotion in their hope for their parents. Most of them felt angry to their parents. Some more felt that their parents were not nice enough, felt ashamed, unsignificant, confused and hoped to be understood. These findings suggested that there were still a lot of problems considering how parents communicate and interact with their children, especially their adolescent. Further research needed to be done and actions had to be implemented in order to create a healthy and fully functioning family in the slum area of Jatinegara

    PSIKOEDUKASIMENJADI ORANGTUA YANG CERDAS DAN KREATIF DI MASA PANDEMI

    Get PDF
    Orangtua seringkali bingung dalam memberikan pengasuhan yang tepat bagi anak mereka. Kegiatan psikoedukasi ini bertujuan untuk membekali orangtua agar dapat memahami perkembangan anak dan cara-cara praktis untuk mendidik anak secara kreatif di rumah.  Kegiatan dilakukan dalam bentuk seminar online atau webinar selama 2 jam yang diawali dengan pemberian pre-posttest dan survei kepuasan hidup untuk mendapatkan gambaran awal bagaimana kehidupan orangtua saat ini. Materi kegiatan psikoedukasi meliputi kondisi pandemi saat ini yang dapat dilihat sebagai krisis atau kesempatan, keunikan anak, tahapan perkembangan anak, permasalahan mendasar anak, pengasuhan yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan anak, bahasa kasih orangtua terhadap anak, serta keterampilan yang penting dimiliki dan kreativitas untuk beradaptasi dalam masa pandemi. Materi diberikan dalam bentuk presentasi dan video audio visual. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab dari partisipan. Kegiatan ini diikuti oleh ayah dan ibu secara seimbang komposisinya serta calon orangtua yang belum menikah maupun memiliki anak. Dari hasil pre-posttest, terjadi perubahan walaupun tidak signifikan dari 74,5% ke 76,14%. Selain itu ditemukan bahwa tingkat kepuasan partisipan tinggi dengan rata-rata tingkat kepuasan 93,75%. Melihat antusiasme para partisipan, saran agar kegiatan psikoedukasi seperti ini dapat dilakukan secara berkala dengan berbagai topik yang berbeda serta ditujukan selain untuk orangtua, juga untuk guru dan pendidik agar lebih memahami perkembangan anak dan cara-cara kreatif dalam mendidik anak

    Pengaruh Parenting Stress terhadap Harga Diri Orangtua di JABODETABEK

    Get PDF
    Situations that parents handle affect how they parent their children and this will affect howtheir children develop later on. The aim of this research is to analyze how parenting stressaffects other factors in parent’s psychological condition, especially in their self-esteem. Thisresearch was held to parents with middle school children who live in JABODETABEK with241 participants. The scale that was used to measure parenting stress is the one that Berry andJones (1995) developed and to measure self-esteem is The Coopersmith Self-Esteem Inventorythat was developed by Ryden (1978). This research used a quantitative descriptive method todescribe parenting stress and self-esteem of participants and used simple regression analysisto measure how parenting stress affects self-esteem of middle school children’s parents. Fromthe statistical analysis it was found that parenting stress contributed negatively (t (241) = -7.330, p <0.005) to self-esteem of parents with middle school age children in JABODETABEK.The higher the parenting stress the lower self-esteem becomes. Parenting stress contributed 18percent to self-esteem that means the remaining 82 percent of a parent's self-esteem wasdetermined by other factors

    Building up Teacher’s Awareness about Burnout to Support Mental Health

    Get PDF
    Teacher’s job requirements are not only in teaching but also in social interaction and administrative tasks and various knowledge and other supporting skills. High job demands and the dynamic experiences that teachers need to accomplish everyday could make them prone to burnout. Teachers under the organization of Majelis Pendidikan Indonesia (MPK) had unique characteristics and challenges that made them prone to burnout. This psychoeducation was needed to achieve the aim of building knowledge about  burnout and all other aspects related to burnout. It was hoped that this knowledge could help teachers prevent the occurrence of burnout. With methods of presentations and online interactive discussion, the presenter discussed some of the things that can be done at an organizational level and individually. The comparison of the pre-test and post-test score showed an increase of understanding (the average of pretest score is 72.24 and posttest score is 77.67 of 100) of the materials around burnout and its aspects. Participants also gave positive feedback on an evaluation survey with 94% of the participants felt that they gained new knowledge and felt satisfied with the whole psychoeducation activities. For following up, it was suggested to include a method of small group discussion and included a practical manual about techniques for overcoming burnout for teachers. Furthermore,  the systemic intervention urge to be done to develop burnout intervention service flow becomes more comprehensive. &nbsp

    PENDEKATAN BERBASIS HAK ANAK UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI PENDAMPING ANAK BERISIKO (CHILDREN-AT-RISK)

    Get PDF
    Anak berisiko (Children-at-risk) merupakan anak yang rentan dalam menjalani kehidupan karena anak tersebut berada dalam situasi khusus yang menyebabkannya tidak mendapatkan pemenuhan akan hak-haknya serta berada dalam situasi yang dapat mengancam perkembangan fisik maupun psikologisnya. Oleh sebab itu, anak berisiko membutuhkan pendampingan. Salah satu bentuk pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa adalah melalui pendampingan pada anak-anak bersituasi khusus melalui organisasi PENA (Pendampingan Anak). Para pendamping anak terutama anggota baru perlu dibekali dengan pemahaman akan hak-hak anak, karakteristik anak berisiko yang berada dalam situasi khusus, serta pembuatan program berdasarkan pendekatan berbasis hak, tidak hanya berbasis kebutuhan yang bersifat jangka pendek. Tujuannya agar mereka dapat memberikan pendampingan yang optimal. Kegiatan pembekalan ini telah berlangsung dengan hasil yang memuaskan dimana terjadi peningkatan skor pre-test (84.67%) menjadi post-test (88.2%). Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan, para partisipan merasa bahwa materi yang disampaikan sangat berguna dalam pendampingan (94.78%), materi dapat dipahami dengan baik (91.64%) serta pembicara dapat menyampaikan materi dengan jelas dan menarik (91.79%). Saran sebaiknya dilakukan kegiatan tindak lanjut berupa latihan-latihan dalam pembuatan program berdasarkan hak anak, bukan hanya kebutuhan anak

    Keberfungsian Keluarga Dan Aspek-Aspek Yang Berkontribusi Terhadap Perilaku Kecanduan Smartphone Remaja di Jakarta

    Get PDF
    Salah satu pengguna aktif smartphone terbanyak di Indonesia adalah kalangan remaja. Pada masa remaja, mereka memiliki kebutuhan yang untuk memperoleh support, afeksi dan komunikasi yang hangat dengan anggota keluarganya. Namun demikian, beberapa remaja mengalami hambatan untuk mengekspresikan masalahnya karena merasa berjarak dengan anggota keluarganya. Remaja lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan psikologis, emosional dan sosial dengan mengakses media sosial melalui smartphone dengan tujuan memperoleh kenyamanan, ketenangan dan kesenangan hingga menimbulkan kecanduan. Tujuan penelitian ini adalah terciptanya model konseptual yaitu model keberfungsian keluarga dan aspek-aspek yang berkontribusi terhadap kecanduan smartphone pada remaja Jakarta. Rancangan penelitian ini adalah kuantitatif-kausal komparatif dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disusun berdasarkan teori Family Assesment Device (FAD) dari Epstein, Baldwin & Bishep (1983) dengan 52 item valid dan nilai reliabilitas (α) = 0,950. Sedangkan alat ukur kecanduan smartphone menggunakan teori Smartphone Addiction Scale (SAS) dari Kwon, et.al (2013) dengan 27 item valid denga nilai reliabiltas (α) = 0,908. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh negative yang signifikan Keberfungsian Keluarga Terhadap Kecanduan Smartphone Remaja di Jakarta dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,035 (p < 0,05). Keberfungsian Keluarga memiliki kontribusi sebesar 5,1% terhadap munculnya Kecanduan Smartphone. Kecanduan smartphone yang dialami remaja Jakarta lebih banyak dalam bentuk daily-life disturbances. Selain ini, dari data menunjukkan bahwa (61,3%) remaja mengaku bahwa ibu merupakan figur yang dipilih sebagai tempat berkeluh kesah dan mayoritas (70,8%) menyatakan menggunakan smartphone di saat perasaan bosan melanda

    MODEL WORK-LIFE BALANCE DALAM PENINGKATAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA PEREMPUAN BEKERJA YANG MENJALANI PERAN GANDA

    No full text
    Women who have multiple roles hope to live a balanced life. On the one hand, as an employee, she tries to be engaged in her work to a maximum performance. On the other hand, personal matters, household domestic tasks can be completed satisfactorily to make them happy. One of the efforts that can be made by women who have multiple roles to remain engaged in their work is to balance their personal affairs with their work or work-life balance. The purpose of this study was to determine the effect of work-family balance on the work engagement of working women who have multiple roles. This research method is quantitative-causal comparative with a purposive sampling technique, involving 201 working and married mothers in Indonesia. The work-life balance measurement tool refers to the theory of Greenhaus et.al (2002) with 21 valid items (range (r) ≥ 0.3) and reliability (α) = 0.905. The work engagement scale uses the Utrecht Employee Engagement Scale (UWES) from Schaufeli and Bakker (UWES) adapted from Titien (2016) with 28 valid items and reliability (α) = 0.922. The results of this study indicate that there is an effect of work-life balance on work engagement in working women who have multiple roles with a significant value (p) of 0.000 (p <0.05), with a simple linear regression equation Y = 1.138 + 0.614 X1. Work-Life Balance contributes 51.5% to Employee Engagement. More working women who have multiple roles feel a low work life balance (62.7%) and also more have low work engagement (61.7%). Keywords: Work-life balance, work engagement, women, work, multiple roles, Indonesia Perempuan yang menjalani peran ganda berharap dapat menjalani kehidupannya dengan seimbang. Di satu sisi, sebagai karyawati, ia berupaya bisa engaged terhadap pekerjaannya hingga berkinerja maksimal. Di sisi lain urusan pribadi, tugas domestik rumah tangga pun dapat diselesaikan dengan memuaskan hingga membuatnya bahagia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perempuan yang menjalani peran ganda agar tetap engaged terhadap pekerjaannya adalah dengan tetap menyeimbangkan urusan pribadinya dengan pekerjaannya atau work-life balance. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh work-family balance terhadap work engagement perempuan bekerja yang menjalani peran ganda. Metode penelitian ini berjenis kuantitatif-kausal komparatif dengan teknik purposive sampling, melibatkan 201 ibu bekerja dan telah menikah di wilayah Indonesia. Alat ukur work-life balance mengacu pada teori Greenhaus et.al (2002) dengan 21 item valid (rentang (r) ≥ 0,3) dan reliabilitas (α) = 0,905. Skala work engagement menggunakan Utrecht Employee engagement Scale (UWES) dari Schaufeli dan Bakker (UWES) yang diadaptasi dari Titien (2016) dengan 28 item valid dan reliabilitas (α) = 0,922. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh work-life balance terhadap work engagement pada perempuan bekerja yang menjalani peran ganda dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,000 (p < 0,05), dengan persamaan regresi linier sederhana Y= 1,138 + 0,614 X1. Work-Life Balance berkontribusi 51,5% terhadap Employee Engagement. Perempuan bekerja yang menjalani peran ganda lebih banyak yang merasakan work life balance rendah (62,7%) dan juga lebih banyak yang memiliki work engagement rendah (61,7 %) Kata Kunci: Work-life balance, work engagement, perempuan, bekerja, peran ganda, Indonesi

    RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT WITH SELF ADJUSTMENT OF PENSION PERIOD IN TELKOM'S RETIREMENT UNIT (P2TEL)

    No full text
    Retirement is a change that occurs in an employee who initially worked to become unemployed, or a change that includes losing a position, making a pension will feel no longer have self-respect by the environment, feel not getting attention, and care. This will show reactions such as being unable to control excessive emotions, being unrealistic, and unable to overcome feelings of frustration. The purpose of this study is to look at the relationship between social support and adjustment in retirement. A total of 100 research samples were collected from the Telkom Pensioners Association (P2TEL). The social support scale refers to the Sarafino theory with 27 items and reliability (α) 0.903 and the adjustment scale of the Scheneiders theory with 38 items and reliability (α) 0.876. The results showed a significant positive relationship (sig 0. 000 and r 0.410) between social support and the adjustment of P2TEL retirees. Based on the value of r 2 = 0.168 shows that social support influenced adjustment to 16.8%. Pensioners who have high social support (57%) and low social support (43%). P2TEL retirees who have a bad adjustment more (52%) compared to a good adjustment (48%). There is no relationship of conformity of retirees at P2TEL with people who are contacted by retirees when they have a problem

    MODEL ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) BERBASIS PSIKOLOGIS DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI PSIKOLOGIS ANAK USIA DINI

    No full text
    Abstract. Psychology-based Educational Games Equipment (EGE) Model for Developing Psychological Potential of Young Children. This research aims at developing a model of psychology-based educational games equipment. This study employs research and development model of Courseware Development Process (CDP) which comprises phases of analysis, design, prototyping, evaluas formative evaluation, implementation, and summative evaluation. The analysis phase reveals that (1) the implementation of early childhood education has not yet developed all psychological aspects, (2) facilities and infrastructure owned by several kindergartens and play groups have not met the minimum standard, and (3) the functions of psychology-based educational games can not be applied in several kindergartens and play groups. Abstrak. Model Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis Psikologis dalam Mengembang-kan Potensi Psikologis Anak Usia Dini. Penelitian ini bertujuan menghasilkan model Alat Permainan Edukatif  Berbasis Psikologis. Penelitian ini menggunakan pedekatan ’penelitian pen-gembangan’ model Courseware Development Process (model CDP) yang terdiri atas fase analisis, perancangan, pembuatan prototipe, evaluasi formatif, penerapan dan evaluasi sumatif. Hasil anali-sis menunjukkan (1) penyelenggaraan PAUD belum mengembangkan semua aspek psikologis; (2) sarana dan prasarana yang dimiliki oleh beberapa TK dan play group belum terstandarisasi (3) fungsi alat permainan yang edukatif dan berbasis psikologis belum dapat diterapkan pada bebe-rapa TK dan play group
    corecore