19 research outputs found
Status Gizi dan Perkembangan Motorik Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Pertanian
Latar Belakang: Status gizi yang buruk pada masa pertumbuhan dan perkembangan balita bersifat irreversible yang dapat berdampak pada tidak optimalnya berbagai fungsi sistem tubuh, termasuk sistem saraf dan otot yang memiliki peran dalam perkembangan motorik.
Tujuan: Menganalisis hubungan status gizi dan perkembangan motorik balita usia 24-59 bulan di wilayah pertanian.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan jumlah subjek 59 balita berusia 24-59 bulan di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Variabel yang diteliti yaitu status gizi (BB/U, BB/TB, TB/U) berdasarkan data berat badan dan tinggi badan diukur menggunakan timbangan digital dan microtoise serta perkembangan motorik kasar dan motorik halus diukur dengan observasi dan wawancara berdasarkan Pedoman Penilaian Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (2015). Analisis statistik univariat dan bivariat dengan uji korelasi Rank Spearman.
Hasil: Berdasarkan hasil pengukuran antropometri, sebanyak 10,8% balita memiliki berat badan kurang, 1,5 % berat badan berlebih, 4,6% gizi kurang, 9,2% gizi lebih, dan 40% pendek. Sebanyak 15,4% balita mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar dan 13,8% pada motorik halus. Analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi BB/U dan TB/U dengan motorik kasar (berturut-turut p=0,003; r=0,366 dan p<0,001; r=0,633) dan motorik halus (berturut-turut p=0,019; r=0,291 dan p<0,001; r=0,719), tetapi tidak terdapat hubungan antara status gizi BB/TB dengan motorik kasar (p=0,935; r=0,010) dan motorik halus (0,168; r=-0,173).
Kesimpulan: Perkembangan motorik kasar dan halus dipengaruhi oleh status gizi BB/U dan TB/U
Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dalam Upaya Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat Di Desa Banyumeneng
ABSTRAKWilayah Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak memiliki beberapa kasus sosial dan kesehatan yang perlu mendapat perhatian. Pada tahun 2020, Kecamatan Mranggen menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi se-Kabupaten Demak. Kondisi lingkungan Desa Banyumeneng, khususnya di daerah pemukiman dan fasilitas umum seperti pasar dan sekolah, masih terjadi penumpukan sampah. Kader kesehatan masih kurang terampil dalam pengelolaan dan pengolahan sampah yang menjadi faktor penyebab penyakit DBD. Status gizi juga ditemukan di desa Banyumeneng yang hubungannya dengan peningkatan kadar tekanan darah pada warga Desa Banyumeneng. Metode yang digunakan adalah community service. Sasaran dalam pengabdian ini adalah kader kesehatan Desa Banyumeneng. Kegiatan pengabdian Masyarakat ini dilakukan dari Februari-November 2023. Kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang dilakukan berupa ceramah, diskusi dan tanya jawab, dan praktik pengolahan. Pretest dan post-test juga dilakukan saat sosialisasi mengenai DBD, Pengelolaan Sampah Domestik, Gizi dan Pencegahan Hipertensi. Hasil pengabdian Masyarakat ini yaitu sudah cukup banyak Masyarakat yang mengetahui pengolahan sampah yang tepat tetapi perlu adanya aksi nyata dan realisasinya. Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat memberdayakan kader kesehatan untuk menangani permasalahan sampah serta pengetahuan gizi pada bayi dan remaja. Kata Kunci: pengelolaan sampah, kader desa, DBD, gizi, hipertens
Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang
ABSTRAKWilayah Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang memiliki beragam permasalahan yang bermuara dari tidak terpenuhinya kualitas lingkungan hidup. Kawasan Kelurahan Mangunharjo termasuk kawasan padat pemukiman. Warga sekitar masih belum menyadari pentingnya pengelolaan lingkungan pesisir sehingga menimbulkan penumpukan limbah sampah. Selain itu, kenaikan tinggi permukaan air laut memerlukan upaya pencegahan untuk tidak mengakibatkan abrasi. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya kesadaran dari masyarakat umum sehingga lebih sadar akan kelestarian lingkungan pesisir. Untuk mencapai hal tersebut, dilaksanakan focus group discussion bersama warga mengenai upaya pelestarian lingkungan pesisir yang dilanjutkan dengan kegiatan aksi nyata. Kegiatan aksi nyata yang dilakukan yaitu kegiatan penyisiran sampah pesisir di area pantai dan penanaman mangrove. Hasil kegiatan ini adalah 110,27kg sampah terkumpul dengan dominasi sampah anorganik plastik dan sampah organic serta 600 bibit mangrove jenis Rhizopora mucronate telah ditanamn. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama enam bulan dan monitoring telah dilakukan sebanyak dua kali. Monitoring dilakukan untuk melihat perkembangan tanaman mangrove yang sudah ditanam dan kondisi sampah yang ada di pantai.Perlu adanya pengembangan terkait kegiatan ini untuk menciptakan lingkungan pesisir Pantai Mangunharjo yang terjaga eko sistemnya. Kata Kunci: lingkungan pesisir, limbah sampah, penyisiran sampah, penanaman mangrove ABSTRACTThe Mangunharjo Village area, Tugu District, Semarang City has various problems that stem from the lack of environmental quality. The Mangunharjo Village area is a densely residential area. Local residents still do not realize the importance of managing the coastal environment, resulting in a buildup of waste. In addition, rising sea levels require preventive measures to avoid causing abrasion. This problem can be overcome by raising awareness among the general public so that they are more aware of the sustainability of the coastal environment. To achieve this, a focus group discussion was held with residents regarding efforts to preserve the coastal environment, followed by real action activities. The real action activities carried out were sweeping coastal rubbish in coastal areas and planting mangroves. The results of this activity were 110.27 kg of waste collected, dominated by inorganic plastic waste and organic waste, and 600 Rhizopora mucronate mangrove seedlings were planted. This service activity was carried out for six months and monitoring was carried out twice. Monitoring is carried out to see the development of mangrove plants that have been planted and the condition of rubbish on the beach. There needs to be development related to this activity to create a coastal environment at Mangunharjo Beach whose ecosystem is maintained. Keywords: coastal environment, waste, trash sweeping, mangrove plantin
Care-seeking and health insurance among pregnancy-related deaths: A population-based study in Jember District, East Java Province, Indonesia
Background Despite the increased access to facility-based delivery in Indonesia, the country’s maternal mortality remains unacceptably high. Reducing maternal mortality requires a good understanding of the care-seeking pathways for maternal complications, especially with the government moving toward universal health coverage. This study examined care-seeking practices and health insurance in instances of pregnancy-related deaths in Jember District, East Java, Indonesia. Methods This was a community-based cross-sectional study to identify all pregnancy-related deaths in the district from January 2017 to December 2018. Follow-up verbal and social autopsy interviews were conducted to collect information on care-seeking behavior, health insurance, causes of death, and other factors. Findings Among 103 pregnancy-related deaths, 40% occurred after 24 hours postpartum, 36% during delivery or within the first 24 hours postpartum, and 24% occurred while pregnant. The leading causes of deaths were hemorrhage (38.8%), pregnancy-induced hypertension (20.4%), and sepsis (16.5%). Most deaths occurred in health facilities (81.6%), primarily hospitals (74.8%). Nearly all the deceased sought care from a formal health provider during their fatal illness (93.2%). Seeking any care from an informal provider during the fatal illness was more likely among women who died after 24 hours postpartum (41.0%, OR 7.4, 95% CI 1.9, 28.5, p = 0.049) or during pregnancy (29.2%, OR 4.4, 95% CI 1.0, 19.2, p = 0.003) than among those who died during delivery or within 24 hours postpartum (8.6%). There was no difference in care-seeking patterns between insured and uninsured groups. Conclusions The fact that women sought care and reached health facilities regardless of their insurance status provides opportunities to prevent deaths by ensuring that every woman receives timely and quality care. Accordingly, the increasing demand should be met with balanced readiness of both primary care and hospitals to provide quality care, supported by an effective referral system
PERBEDAAN KESEGARAN JASMANI ANTARA ANAK STUNTING DAN TIDAK STUNTING (STUDI PADA SISWA KELAS 3 - 6 MI FUTUHIYYAH KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK)
"Stunting" merupakan kategori status gizi berdasarkan indeks antropometri TB/U dimana nilai z-score kurang dari -2 Standar Deviasi (SD). "Stunting" merupakan manifestasi malnutrisi kronis pada anak usia dini dan dapat mempengaruhi kesehatan, daya tangkap anak pada saat sekolah, serta kebugaran atau kesegaran jasmani anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kesegaran jasmani pada anak "stunting" dan tidak "stunting". Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode survei analitik dan pendekatan "cross sectional". Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak kelas 3 - 6 di MI Futuhiyyah Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Sampel terdiri dari dua kelompok yaitu anak "stunting" dan tidak "stunting". Pengambilan sampel dilakukan dengan metode "purposive sampling" berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 70 responden yang terdiri dari 35 anak "stunting" dan 35 anak tidak "stunting". Pengolahan data antropometri dan konsumsi gizi menggunakan bantuan program "WHO AnthroPlus" dan "Nutrisurvey". Analisis data menggunakan bantuan program "SPSS versi 16.0 for windows" yang dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis bivariat menggunakan uji normalitas "Shapiro-Wilk" dan uji statistik "Mann-Whitney". Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesegaran jasmani antara anak "stunting" dan tidak "stunting" (p>0,05). Rerata skor kesegaran jasmani pada anak "stunting" adalah 79,5 dan anak yang tidak "stunting" adalah 75,1. Pengaturan pola makan secara teratur penting dilakukan supaya kebutuhan energi dab zat besi (Fe) terpenuhi sehingga kesegaran jasmani anak meningkat.
Kata Kunci: stunting, kesegaran jasmani, anak sekolah dasa
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecepatan Anak Usia Sekolah di Kabupaten Purwakarta
Background: Physical fitness levels of students can maximize their mind and energy for school activities. Running speed is part of physical fitness. Nutrition is one of the biological factors that influence in supporting fitness .. Adequacy of nutrients, especially macro nutrients as a source of energy and micro nutrients is closely related to the pattern of consumption. To maintain nutritional adequacy, nutritional structuring needs to be done, including the improvement of nutritional status, maintenance of nutritional status, nutrition matching and recovery of nutritional status.
Objective: Analyzing factors related to the speed of running students of class VII junior high school.
Method: The type of this research is cross sectional research with purposive sampling technique. The number of samples is 42 students of class VII junior high school 5 Purwakarta. Data analysis was performed by Rank-spearman test technique.
Result: There is a significant relationship between energy sufficiency level, protein adequacy level and carbohydrate adequacy level with running speed with p value <0,05. There was no significant relationship between fat sufficiency level, intake of Fe, calcium intake, potassium intake, sodium intake, intake of Zink and magnesium intake with runway rate with p> 0,05 .
Conclusion: The level of energy adequacy, the level of protein adequacy and the level of carbohydrate adequacy associated with running speed. The level of fat sufficiency, intake of Fe, calcium intake, potassium intake, sodium intake, intake Zink and magnesium intake not related to the level of running speed
Hubungan Karakteristik Subjek, Asupan Zat Gizi, dan Aktivitas Fisik dengan Kekuatan Otot Anak Usia Sekolah di Kabupaten Purwakarta
Background: Muscle strength is very important to do activities, not exception for school-aged children. It's influenced by characteristics of the subject, nutrient intake, and physical activity.
Objective: To analyze the correlation between subject's characteristic, nutrient intake, and physical activity with muscle strength of school-age children in Purwakarta Regency.
Method: This study used cross sectional design. Subjects of the study were the students of Junior High School 5 Purwakarta which amounted to 44 people. Muscle strength was measured using a Hand Dynamometer, lean body mass (LBM) using Bio Impedance Analysis (BIA), nutritional intake using a 2x24 hour Food Recall Form, and physical activity using a 24-hour Physical Activity Recall Form. Data analysis using Pearson Product Moment and Mann-Whitney Test.
Result: Most of subjects' physical activity was mild (75%). There is no correlation between age (p = 0,228); gender (p = 0,102); LBM (p = 0.350); total energy (p = 0.770); carbohydrate intake (p = 0.968); protein (p = 0.663); sodium (p = 0.890); potassium (p = 0.737); calcium (p = 0.768); magnesium (p = 0,800); and physical activity (p = 0,682) with muscle strength of subjects.
Conclusion: There is no correlation between subject's characteristics, nutrient intake, and physical activity with muscle strength