10 research outputs found

    KARAKTERISTIK GAYA AERODINAMIKA PADA BURUNG MERPATI (COLUMBA LIVIA)

    Get PDF
    ABSTRACT Pigeon (Columba livia) is a type of bird which is nurtured and cultivated by human. Pigeon is one of the vertebrate aves group that has wings and feathers in which the majority of their activities are flying. Pigeon has unique advantages over other bird species which it has high ability to remember location and can also fly up to 65-80 km/hour. In one day, pigeon can fly as far as 965 km. The beautiful style of pigeon when flying allows it to fly quickly in aerodynamics. Based on the research background, we investigated the characteristics of aerodynamics of pigeons. The aim of this study was to determine the lift and thrust forces produced by pigeons during flying. The results of this study ware expected to be source of information on the biophysical aspects of aerodynamic forces of birds. As a result, body’s morphometric measurements among bird one, two, and three such as, The lift and thrust force of the first Pigeon (L= 16.71 N and F= 8.16 N), second dove (L= 6.21 N and F= 6.82 N) and third Pigeon (L= 9.18 N and F= 6.29 N). Keywords : Pigeon, Aerodynamic Force Characteristics, Morphomentrik.  ABSTRAK Burung merpati (Columba livia) merupakan jenis burung yang dipelihara dan dibudidayakan para penggemar burung. Burung merpati adalah salah satu kelompok aves bertulang belakang (vertebrata) yang mempunyai sayap dan bulu mayoritas aktivitasnya adalah terbang. Burung merpati ini mempunyai kelebihan-kelebihan unik dari pada jenis burung lainnya, yaitu burung merpati mempunyai kemampuan mengingat lokasi sangat baik serta burung ini juga mempu terbang hingga 65-80 km/jam, dalam satu hari burung merpati dapat terbang sejauh 965 km. Gaya burung merpati yang indah saat terbang memungkinkan mereka terbang dengan cepat secara aerodinamika. Berdasarkan latar belakang tersebut telah dilakukan penelitian tentang karakteritik gaya aerodinamika pada burung merpati . Dengan tujuan mengetahuai berapa gaya angkat dan gaya dorong yang dihasilkan burung merpati ketika terbang. Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi pada aspek biofisika terhadap gaya aerodinamika pada burung. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pengukuran Morfometrik tubuh burung merpati satu, dua, dan ketiga. Perhitungan gaya angkat dan gaya dorong pada burung merpati pertama (L= 16,71 N dan F= 8,16 N), burung ke dua (L= 6,21 N dan F= 6,82 N) dan burung ke tiga (L= 9,18 N dan F= 6,29 N) dapat dilihat bahwa adanya perbedaan gaya angkat dan gaya dorong burung merpati satu, dua, dan tiga. Kata kunci : Burung Merpati, Karakteristik Gaya Aerodinamika, Morfomentri

    Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologis dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara

    Get PDF
    Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologis dalam menentukan kualitas sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada musim panas yaitu bulan Mei sampai Juni 2015. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir sungai dengan 3 ulangan di setiap lokasi. Kualitas air Sungai Suhuyon ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos Shannon Wiener (H’) menurut kriteria Wilhm (1975). Makrozoobentos di Sungai Suhuyon terdiri dari 3 Filum, 4 Kelas, 10 Bangsa, 21 Suku dan 22 Marga. Kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori tercemar sedang (H’=2,45).Macrozoobenthos can be used as a biological parameter in determining water quality of the river because they relatively stick on the riverbed. This study aims to determine water quality of Suhuyon river in North Sulawesi based on macrozoobenthos biodiversity index.  The study was conducted during dry season, from May to June 2015. Three locations chosen for this study were the upstream, midstream and downstream part of the river, with 3 replications in each location. The quality of Suhuyon river was determined by Shannon Wiener biodiversity index (H’) of macrozoobenthos using classification of Wilhm (1975).  Macrozoobenthos in Suhuyon river consisted of 3 Phylum, 4 Classes, 10 Orders, 21 Families and 22 Genus. Based on biodiversity index, water quality of Suhuyon River is categorized into moderately polluted (H’=2.45)

    Identifikasi Zooplankton Di Perairan Pulau Bunaken Manado

    Get PDF
    Perairan Pulau Bunaken merupakan objek wisata yang terdapat di Manado Sulawesi Utara dan merupakan daerah perlindungan laut. Perairannya dijaga agar tetap menunjang diversitas organisme di sekitar pantai dan menghasilkan nilai tambah dari segi estetika dan ketersediaan ikan-ikan yang menjadi sumber pencarian bagi masyarakat nelayan di pesisir. Salah satu indikator keberadaan ikan dan kesuburan perairan adalah adanya zooplankton. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi zooplankton yang ada di perairan Pulau Bunaken, Manado. Pengambilan sampel zooplankton dalam penelitian ini dilakukan di empat stasiun. Stasiun penelitian ini dipilih berdasarkan tempat pemanfaatannya, yaitu di daerah tubir, daerah liang, daerah dermaga perkampungan dan daerah observasi. Pengambilan sampel plankton di lakukan menggunakan plankton net dan sampel kemudian di identifikasi di Laboratorium Biokonservasi Biologi FMIPA UNSRAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zooplankton yang ditemukan di Pulau Bunaken Manado secara umum termasuk dalam 14 kelas dan 28 genus dengan jumlah 7.676 individu. Stasiun yang mempunyai jumlah kelas terbanyak adalah stasiun III dan IV yaitu sebanyak 11 kelas.The waters of Bunaken Island is a tourism area located in Manado, North Sulawesi, and is a protected marine area. It is conserved to support the diversity of organisms around the coast and result in added value in terms of aesthetics and availability of fish that became the source of income for fishermen in coastal communities. One of the indicators for the presence of fish and water fertility is zooplankton. The purpose of this study was to identify zooplankton in the waters of Bunaken Island, Manado. Zooplankton sampling was performed at four stations. The stations were selected based on the utilization, those are in the edge region, the canal, the village dock, and observation area. Plankton sampling was done by using a plankton net and samples collected were identified in the laboratory of Bioconservation, Departement of Biology Faculty of Sciences UNSRAT. The results showed that zooplankton found in Bunaken Island, Manado was generally included in 14 classes and 28 genus with the number of sample of 7,676 individuals. Stations that have the highest number of 11 classes were III and IV

    Makrozoobentos Sebagai Indikator Biologis Dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara

    Get PDF
    Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologis dalam menentukan kualitas sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada musim panas yaitu bulan Mei sampai Juni 2015. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir sungai dengan 3 ulangan di setiap lokasi. Kualitas air Sungai Suhuyon ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos Shannon Wiener (H\u27) menurut kriteria Wilhm (1975). Makrozoobentos di Sungai Suhuyon terdiri dari 3 Filum, 4 Kelas, 10 Bangsa, 21 Suku dan 22 Marga. Kualitas air Sungai Suhuyon Sulawesi Utara berdasarkan indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori tercemar sedang (H\u27=2,45).Macrozoobenthos can be used as a biological parameter in determining water quality of the river because they relatively stick on the riverbed. This study aims to determine water quality of Suhuyon river in North Sulawesi based on macrozoobenthos biodiversity index. The study was conducted during dry season, from May to June 2015. Three locations chosen for this study were the upstream, midstream and downstream part of the river, with 3 replications in each location. The quality of Suhuyon river was determined by Shannon Wiener biodiversity index (H\u27) of macrozoobenthos using classification of Wilhm (1975). Macrozoobenthos in Suhuyon river consisted of 3 Phylum, 4 Classes, 10 Orders, 21 Families and 22 Genus. Based on biodiversity index, water quality of Suhuyon River is categorized into moderately polluted (H\u27=2.45)

    Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis dalam Menentukan Kualitas Air Sungai Ranoyapo, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara

    Full text link
    MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS DALAM MENENTUKAN KUALITAS AIR SUNGAI RANOYAPO, MINAHASA SELATAN, SULAWESI UTARA ABSTRAK Sungai Ranoyapo merupakan sungai terpanjang di Wilayah Minahasa dengan panjang sekitar 60, 5 Km. Sungai Ranoyapo adalah sungai utama DAS Ranoyapo yang memiliki luas sekitar 87,154 Ha. Sungai Ranoyapo melintasi kawasan pertanian, perkebunan, permukiman penduduk, dan industri. Limbah yang berasal dari kawasan tersebut mempengaruhi kualitas air Sungai Ranoyapo. Makrozoobentos dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi sungai karena hidupnya relatif diam di dasar sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kualitas air Sungai Ranoyapo berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Penelitian dilakukan pada musim hujan yaitu Januari-Maret 2013. Lokasi penelitian ditentukan dari bagian hulu, tengah dan hilir sungai dengan 3 ulangan di tiap lokasi. Kualitas air Sungai Ranoyapo ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos dari Shannon Wiener (H') menurut kriteria Staub et al (1970). Makrozoobentos di Sungai Ranoyapo terdiri dari 3 Filum, 5 Kelas, 13 Bangsa, 21 Suku, dan 23 Marga. Indeks keanekaragaman makrozoobentos dari Stasiun I (hulu), Stasiun II (tengah) dan Stasiun III (hilir) yaitu 2,43; 2,06; dan 1,77. Kualitas air Sungai Ranoyapo di Stasiun I dan di Stasiun II telah tercemar ringan dengan indeks H': 2,0 – 3,0 (H'>2). Kualitas air Sungai Ranoyapo di Stasiun III telah tercemar sedang dengan indeks H' sekitar 1,0 – 2,0 (H' 2.0) and at down was moderately polluted with index H ': 1.0 to 2.0 (H' <2)

    Keanekaragaman Amphibi Di Areal Persawahan Kota Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara

    Get PDF
    Persawahan merupakan habitat yang baik bagi kehidupan amphibi. Amphibi memiliki fungsi ekologis sebagai penyeimbang ekosistem dan sebagai bioindikator lingkungan. Penilitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman amphibi di areal persawahan Boleuvard Kota Tondano berdasarkan nilai indeks Shannon-Wiener. Penelitian ini menggunakan metode Line Transect yang dilaksanakan pada bulan Januari-Desember 2018. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pada transek satu H’ 0,782, transek dua H’1,208 dan transek tiga H’ 1,139. Berdasarkanhasilpenelitianterdapat lima  spesies yang ditemukanya itu Bufo melanostictus, Rana cancrifora, Rana chalconota, Fejevarya limnocharis, dan Hylarana nicobariensis. Berdasarkan kategori indeks Shannon-wiener keanekaragaman amphibi di areal persawahan Tondano termasuk dalam kategori sedangRice fields are good habitat for amphibian life. Amphibians have an ecological function as a counterweight to ecosystems and as an environmental bioindicator. This research tries to analyze the amphibians in the Boleuvard rice field area of Tondano City based on the Shannon-Wiener index value. This study uses the Path Transect method which was carried out in January - December 2018. The index value of the Shannon-Wiener contribution to habitatone H '0,782, habitat two H'1,208 and habitat three H' 1,139. Based on the results of the study found five species found, namely Bufo melanostictus, Rana cancrifora, Rana chalconota, Fejevarya limnocharis, and Hylarana nicobariensis. Based on the Shannon-wiener index category the various amphibians in the Tondano rice field area are included in the medium categor

    Keanekaragaman Lamun Di Pantai Tongkaina Kecamatan Bunaken Kota Manado

    Get PDF
    Lamun adalah tumbuhan berbunga yang dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Tongkaina dengan menggunakan metode observasi lapangan pada purposive sampling dengan garis transek kuadrat. Analisis data meliputi perhitungan dengan rumus Krebs dan Fachrul, identifikasi jenis lamun dan penentuan indeks keanekaragaman menggunakan Shannon Wiener. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh jenis lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium. Lamun Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii memiliki penyebaran terluas, karena ditemukan di seluruh transek pada lokasi penelitian. Jenis yang jarang dijumpai adalah Halophila ovalis dan Holodule pinifolia. Jumlah individu yang ditemukan adalah 2993 individu. Nilai indeks keanekaragaman di pesisir Pantai Molas memperlihatkan bahwa di wilayah ini keanekaragaman jenis lamun sedang bila dibandingkan dengan 13 lokasi lainnya di Indonesia.Sea grasses are flowering plants that can grow well in shallow marine environments. This research was conducted in Tongkaina Beach using field observation, with purposive sampling using line transect squares. Data analysis was performed using the formula of Krebs and Fachrul. Identification of sea grass and determination of diversity index is done using Shannon Wiener. Results obtained in this research showed that there are seven types of sea grasses, namely Enhalus acaroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodecea rotundata, Cymodocea serrulata, Holodule pinifolia, and Syringodium isoetifolium. Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have wide distribution because they can be found in all transect line at research site. Species that are rarely found are Halophila ovalis and Holodule pinifolia. Number of individual found was 2993. Value of diversity index at Tongkaina Beach showed that this area has moderate sea grass diversity compared to other 13 locations in Indonesia

    Keanekaragaman Echinodermata Di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara

    Full text link
    Keanekaragaman fauna banyak ditemukan di ekosistem pesisir. Salah satu Filum yang memiliki daya tarik tersendiri di lingkungan pesisir yaitu Echinodermata. Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara belum pernah ada penelitian Echinodermata sebelumnya. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Random Sampling dan metode kuadrat. Hasil Penelitian didapatkan 13 spesies Echinodermata yaitu kelas Asteroidea diwakili oleh Linckia laevigata, Protoreaster nodosus dan Nardoa tuberculata. Ophiomastix annulosa termasuk pada kelas Ophiuroidea. Kelas Echinoidea diwakili oleh Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinothrix diadema dan Echinothrix calamaris. Kelas Holothuroidea diwakili oleh Synapta maculata, Holothuria atra, Holothuria scabra dan Bohadschia marmmota. Indeks keanekaragaman Echinodermata sedang ditemukan pada habitat mangrove yaitu H\u27=1,21 dan habitat terumbu karang H\u27=1,97, sedangkan pada habitat padang lamun indeks keanekaragamannya rendah dengan H\u27=0,88.The animal diversity can be found in beach-side ecosystem. One of animal phylum wich has its own uniqueness is Echinoderms. According to the information and data, in Basaan Satu beach, Ratatotok district, North Sulawesi, there\u27s no research related to Echinoderms has been done there yet. Method used in sampling was Purposive Random Sampling and square method. In this research, 13 species of Echinoderms were found. They are Linckia laevigata, Protoreaster nodosus and Nardoa tuberculata from Asteroidea class. Ophiomastix annulosa from Ophiuroidea class. Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinothrix diadema and Echinothrix calamaris from Echinoidea class. Synapta maculata, Holothuria atra, Holothuria scabra and Bohadschia marmmota from Holothuroidea class. Diversity index of Echinoderms in mangrove habitat and coral habitat are moderate (H\u27=1,21 and H\u27=1,97, respectively), while in seagrass habitat it is low (H\u27=0,88)

    Keanekaragaman Echinodermata Di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara

    Get PDF
    Keanekaragaman fauna banyak ditemukan di ekosistem pesisir. Salah satu Filum yang memiliki daya tarik tersendiri di lingkungan pesisir yaitu Echinodermata. Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, di Pantai Basaan Satu Kecamatan Ratatotok Sulawesi Utara belum pernah ada penelitian Echinodermata sebelumnya. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Random Sampling dan metode kuadrat. Hasil Penelitian didapatkan 13 spesies Echinodermata yaitu kelas Asteroidea diwakili oleh Linckia laevigata, Protoreaster nodosus dan Nardoa tuberculata. Ophiomastix annulosa termasuk pada kelas Ophiuroidea. Kelas Echinoidea diwakili oleh Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinothrix diadema dan Echinothrix calamaris. Kelas Holothuroidea diwakili oleh Synapta maculata, Holothuria atra, Holothuria scabra dan Bohadschia marmmota. Indeks keanekaragaman Echinodermata sedang ditemukan pada habitat mangrove yaitu H\u27=1,21 dan habitat terumbu karang H\u27=1,97, sedangkan pada habitat padang lamun indeks keanekaragamannya rendah dengan H\u27=0,88.The animal diversity can be found in beach-side ecosystem. One of animal phylum wich has its own uniqueness is Echinoderms. According to the information and data, in Basaan Satu beach, Ratatotok district, North Sulawesi, there\u27s no research related to Echinoderms has been done there yet. Method used in sampling was Purposive Random Sampling and square method. In this research, 13 species of Echinoderms were found. They are Linckia laevigata, Protoreaster nodosus and Nardoa tuberculata from Asteroidea class. Ophiomastix annulosa from Ophiuroidea class. Diadema setosum, Tripneustes gratilla, Echinometra mathaei, Echinothrix diadema and Echinothrix calamaris from Echinoidea class. Synapta maculata, Holothuria atra, Holothuria scabra and Bohadschia marmmota from Holothuroidea class. Diversity index of Echinoderms in mangrove habitat and coral habitat are moderate (H\u27=1,21 and H\u27=1,97, respectively), while in seagrass habitat it is low (H\u27=0,88)

    Deskripsi Alga Makro di Taman Wisata Alam Batuputih, Kota Bitung

    Full text link
    DESKRIPSI ALGA MAKRO DI TAMAN WISATA ALAM BATUPUTIH, KOTA BITUNG Marnix L.D. Langoy1), Saroyo1), Farha N.J. Dapas1), Deidy Y. Katili 1), dan Syamsul Bachry Hamsir2) 1)Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115 2)Mahasiswa Program Sarjana Program Studi Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado 95115 ABSTRAK Penelitian tentang biodiversitas alga telah dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis keanekaragaman alga makro di Taman Wisata Alam Batuputih Sulawesi Utara. Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Batuputih, Kota Bitung dari bulan Januari sampai dengan Desember 2009. Pada lokasi penelitian dibuat 5 garis transek dengan jarak antara satu transek dengan transek berikutnya adalah 50 m. Setiap transek diambil 5 plot dengan ukuran 1 m x 1 m. Penempatan plot adalah 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, dan 50 m dari garis pantai. Dengan demikian total plot penelitian sebanyak 50 plot. Pada setiap plot dihitung jumlah spesies alga yang ditemukan serta luas penutupannya, serta jumlah individu/koloni. Identifikasi jenis dilakukan di lapangan dengan menggunakan buku-buku identifikasi alga dan dilakukan konfirmasi di laboratorium. Hasil penelitian yang dilakukan di Taman Wisata Alam Batuputih pada 50 plot ditemukan 411 individu alga makro dengan 18 spesies yang berasal dari 3 divisi yakni Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta. Dalam Divisi Rhodophyta dan Chlorophyta terdapat 7 spesies dengan 6 famili yang ditemukan, lebih banyak dibandingkan dengan Divisi Phaeophyta yang hanya ditemukan 4 spesies dengan 3 famili. Kata kunci: alga, biodiversitas, Taman Wisata Alam Batuputih BIODIVERSITY OF ALGAE AT BATUPUTIH TOURISM PARK, BITUNG DISTRICT ABSTRACT A research about algae diversity has been conducted to analysis macro-algae biodiversity at Batuputih Tourism Park, Bitung City, North Sulawesi from January to December 2009. At the above location, 5 line transects were made and the distance between previous and next transect was 50 m. In each transect, 5 plots were formed as representation to the the location. Plot size was 1 m x 1 m placed at 10 m, 20 m, 30 m, 40 m, and 50 m from zero point. Therefore, the total of plot in this research was 50 plots. In all plots, algae species richness, its covering and total of individuals/colony. Species identification was done in the field by using some algae identification manuals and confirmation was done at laboratory. Results of the research showed that: there were 411 individuals of algae in 50 plots at Batuputih Tourism Park. All individuals were classified into 18 species that included in 3 divisions, those were Rhodophyta, Chlorophyta and Phaeophyta. In the Division Rhodophyta and Chlorophyta, there were 7 species within 6 families, more than Division Phaeophyta that only consisted of 4 species within 3 families
    corecore