7 research outputs found

    The Activity of Marine Microalgae Extract Chlorella vulgaris Against Propionibacterium acnes and Formulated As Emulgel

    Get PDF
    Chlorella vulgaris merupakan salah satu jenis mikroalga yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai antibakteri. Aktivitas antibakteri tersebut diketahui karena adanya kandungan asam lemak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari mikroalga Chlorella vulgaris terhadap bakteri Propionibacterium acnes. Chlorella vulgaris ditumbuhkan dalam medium Walne dan dikultivasi dengan kondisi suhu ruang (±25-27°C), fotoperiod 12:12 (gelap:terang), intensitas cahaya 10.000 lux dan aerasi selama 24 jam. Ekstraksi Chlorella vulgaris dilakukan dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, kloroform dan etanol. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode Broth Microdillution pada konsentrasi 65.536 µg/mL hingga diperoleh konsentrasi terkecil 64 µg/mL dengan pengenceran. Berdasarkan hasil diperoleh nilai KHM pada konsentrasi 8.192 µg/mL dan KBM pada konsentrasi 16.384 µg/mL pada ekstrak n-heksana. Kemudian dilanjutkan dengan uji bioautografi yang menunjukan senyawa aktif antibakteri berasal dari asam lemak galaktolipid. Aktivitas antibakteri Chlorella vulgaris terhadap bakteri P. acnes berpotensi untuk dikembangkan dalam bentuk sediaan emulgel.  Hasil uji aktivitas sediaan emulgel pada konsentrasi 8% diperoleh diameter zona hambat 12,63 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa ekstrak dan sediaan emulgel dari mikrolaga Chlorella vulgaris mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes.   Kata Kunci : Antijerawat, Propionibacterium acnes, Chlorella vulgaris, EmulgelChlorella vulgaris is a microalgae which is potent to be produced as beneficent healthcare product. Chlorella vulgaris has an antibacterial activity due to its fatty acid contents. The purpose of this research was to verify the antibacterial activity of Chlorella vulgaris against Propionibacterium acnes. Chlorella vulgaris is grown in Walne medium and cultivated in room temperature (±25-27°C), with photoperiod of 12:12 (dark:bright), light intensity of 10.000 lux and 24 hours aeration. Multilevel maceration was performed as the extraction method using n-hexane, chloroform and ethanol. The activity test was performed using Broth Microdilution in concentration of 65.536 µg/mL and 64 µg/mL was found to be the smallest concentration by dilution. The result shows the minimum inhibition concentration (MIC) is 8.192 µg/mL and minimum bactericidal concentration (MBC) is 16.384 µg/mL in extract of nhexane. Bioautography was performed to identify the antibacterial active compounds which is fatty acid of galactolipid. Antibacterial activity of Chlorella vulgaris against P. acnes is potential to be developed in emulgel dosage form. The ability of Chlorella vulgaris emulgel against P. acnes in concentration of 8% with inhibition zone of 12,63 mm. Based on the results, it is concluded that extract and emulgel of Chlorella vulgaris has antiacne activity against Propionibacterium acnes.     Keywords : Antiacnes, Propionibacterium acnes, Chlorella vulgaris, Emulge

    Effects of Yeast Weight and Starter Volume on The Percentage Kepok Banana Based Bioethanol

    Get PDF
    The low availability of energy resources is in line with the increasing human need for these resources, such as fossil fuels which are increasingly expensive because they are difficult to obtain right. Bioethanol is an environmentally friendly liquid produced from the glucose fermentation process from carbohydrate sources of natural raw materials with the help of microorganisms in baker's yeast. The focus of the research is on the waste of kepok banana peels because it has a high starch content of 18.5%. In addition, kepok banana peel waste is easy to obtain and has not been widely used by the community. This study aims to determine the effect of yeast weight and starter volume in the manufacture of bioethanol and the quality of the bioethanol produced by comparing the levels with the reference levels of bioethanol as an alternative fuel. The bioethanol obtained from the starch of the kepok banana peel has gone through a fermentation process with Saccharomyces cerevisiae and refined into pure bioethanol. Based on the related literature review, it shows that the greater the weight of yeast and the volume of starter used in the manufacture of kepok banana peel bioethanol influences the yield of bioethanol content which also increases so that it affects the quality of the bioethanol produced. However, the level of bioethanol that is obtained has not reached the standard range of SNI 7390:2012 with a minimum level of bioethanol as a substitute for fuel being 94.0-95.5%. Thus, bioethanol cannot be used as a substitute for fossil fuels and further research is needed with the use of the optimum amount of yeast and starter volume and re-purification

    Microwave-assisted extraction (MAE) method for optimization of dates seed (Phoenix dactilifera) extraction

    Get PDF
    Dates (Phoenix dactylifera) is a palm-type plant that belongs to the Phoenix genus, which widely grows in the Middle East and South Africa. The use of date seeds was still limited. Dates seeds contain high amounts of nutrient and bioactive compounds, such as fiber, phenols, and antioxidants. The microwave-assisted extraction (MAE) method could increase the extract yields in a shorter time and reduces the solvent volume. This research aimed to evaluate the optimal extraction time and material: solvent (w/v) ratio. The response surface methodology (RSM) with the Central Composite Design (CCD) experimental design with two factors of extraction time (5 - 7 minutes) and the material: solvent ratio (1:10 - 1:50 (w/v)) was employed in this study. The responses were antioxidant activity (IC50), total flavonoid, and density. The results show that the optimum solution was an extraction time of 5.451 minutes and the ratio of material: solvent of 1:10 (w/v). This treatment produced dates seed extract with antioxidant activity IC50 of 28.406 ppm, total flavonoid of 2544.951 mg QE/g, and density of 0.886 g/mL. The verification of the center point was antioxidant activity IC50 of 27.849 ppm (98.04%), total flavonoids of 2573.723 mg QE/g (98.87%), and density of 0.8889 g/mL (99.67%), respectively

    PERTUMBUHAN BIBIT 11 GENOTIPE KOPI PADA TIGA UKURAN POLIBAG

    No full text
    Rendahnya mutu kopi Indonesia dapat diatasi dengan penyediaan bibit unggul melalui teknik penyambungan pada fase serdadu di pembibitan. Ketidak optimalan pertumbuhan bibit hasil sambungan di pembibitan juga menjadi kendala dalam mendapatkan bibit yang berkualitas. Salah satu kendala tersebut adalah pemilihan ukuran media pembibitan yang kurang tepat sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya bibit selama pembibitan. Hal ini disebabkan ukuran media pembibitan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan perakaran. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sifat pertumbuhan sebelas genotipe bibit kopi pada tiga ukuran polibag. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai Maret 2008 bertempat di lahan Bentiring Permai Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu, dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara Split Plot. Sebagai petak utama (main plot) adalah tiga ukuran polibag (P), terdiri dari: P1: 10 cm x 15 cm, P2: 15 cm x 20 cm, P3: 15 cm x 30 cm. Sedangkan sebagai anak petak (sub plot) adalah 11 genotipe kopi yang terdiri dari 5 genotipe kopi Arabika (A1A1, A2A2, A3A3, A4A4, A5A5), 5 genotipe kopi Robbika (RA1, RA2, RA3, RA4, RA5) dan 1 genotipe kopi Robusta (RR). Dari kedua faktor tersebut didapat 33 kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 kali dan setiap ulangan terdapat 5 tanaman sampel sehingga diperoleh 660 tanaman. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis varians. Hasil yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara ukuran polibag dengan genotipe kopi yang berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, panjang ruas batang, panjang tangkai daun, berat basah sepasang daun, luas sepasang daun, jumlah stomata, berat basah brangkasan, berat basah akar, jumlah akar dan berat kering brangkasan, dimana rata-rata genotipe cukup baik terdapat pada 3 genotipe S-1934 - S-1934 pada perlakuan polibag 15 x 30 cm. Perlakuan ukuran polibag berbeda nyata terhadap variabel diameter batang, tingkat kehijauan daun, panjang ruas batang, berat basah sepasang daun, jumlah stomata, berat basah brangkasan, panjang akar, jumlah akar dan berat kering brangkasan, dimana rata-rata ukuran polibag terbaik terdapat pada 15 x 20 cm. Perlakuan genotipe memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, tingkat kehijauan daun, panjang ruas batang, panjang tangkai daun, berat basah sepasang daun, luas sepasang daun, jumlah stomata, berat basah brangkasan dan berat kering brangkasan., dimana rata-rata genotipe cukup baik terdapat pada genotipe Sigararutang - Sigararutang. Masih perlu dilakukan penelitian lanjutan pada tahap pembibitan main-nursery untuk melihat lebih jelas pertumbuhan bibit tersebut

    Optimasi Ekstraksi Biji Kurma (Phoenix dactylifera) Menggunakan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE) (Kajian Lama Esktraksi dan Rasio Bahan: Pelarut)

    No full text
    Kurma (Phoenix dactylifera) merupakan jenis tanaman palma dalam genus Phoenix yang banyak tumbuh di Timur Tengah dan Afrika Selatan. Konsumsi buah kurma di Indonesia cukup tinggi, dimana data impor buah kurma berdasar Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 sebanyak 9,4 juta kilogram. Bagian buah kurma yang dikonsumsi hanya bagian daging buahnya, sedangkan bagian biji (6,10-11,47%) masih berperan sebagai limbah. Biji kurma mengandung serat, fenol dan antioksidan yang lebih tinggi dibanding dagingnya. Antioksidan biji kurma dapat diambil dengan cara ekstraksi. Microwave Assisted Extraction (MAE) merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan bantuan energi gelombang mikro untuk memanaskan dan mengekstrak bahan dalam sampel menggunakan pelarut, dengan waktu lebih singkat dan volume pelarut lebih kecil. Pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan lama ekstraksi dan rasio bahan: pelarut yang optimal pada ekstraksi biji kurma dengan metode MAE. Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan metode Response Surface Methodology (RSM) dengan desain eksperimen Central Composite Design (CCD) dengan dua faktor dan tiga respon. Faktor penelitian ini adalah lama ekstraksi yaitu 5 menit sebagai batas bawah dan 7 menit sebagai batas atas, sedangan faktor rasio bahan: pelarut yaitu 1:10 (b/v) sebagai batas bawah dan 1:50 (b/v) sebagai batas atas. Responnya yaitu aktivitas antioksidan, total flavonoid dan densitas. Hasil solusi optimum adalah lama ekstraksi 5,451 menit dan rasio bahan: pelarut 1:10 (b/v) dengan nilai aktivitas antioksidan 28,406 ppm, total flavonoid 2544,951 mg QE/g dan densitas 0,886 g/ml. Hasil verifikasi mendapatkan aktivitas antioksidan 27,849 ppm, total flavonoid 2573,723 mg QE/g dan densitas 0,8889 g/ml. Nilai ketepatan pada respon aktivitas antioksidan 98,04%, total flavonoid 98,87% dan densitas 99,67%. Nilai perbedaan atau simpangan pada respon aktivitas antioksidan 1,96%, total flavonoid 1,13% dan densitas 0,33

    Laporan Pelaksanaan KKN Reguler XX.A.1 Periode 101 Tahun Ajaran 2022/2023 Ngaliyan, Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo

    No full text
    Laporan ini merupakan laporan pelaksanaan KKN Reguler Periode 101 XX.A.1 yang dilaksanakan di Ngaliyan, Ngargosari, Samigaluh mulai 31 Januari hingga 2 Maret 2023. Dengan bimbingan dari DPL kami, Ibu Suci Musvita Ayu, S.KM., M.PH, laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini berisi program-program yang telah kami laksanakan selama di tempat KKN, seperti sosialisasi pembuatan wedang uwuh, pengadaan fasilitas pojok baca, pembaruan inventaris dan database penduduk, dan lain sebagainya. Selain itu, laporan ini juga dilengkapi oleh dokumentasi kegiatan-kegiatan yang telah kami laksanakan selama KKN berlangsung
    corecore