31 research outputs found

    WATER WITHIN LIGHTWEIGHT AGGREGATE CONCRETE AND ITS RELATION TO AUTOGENOUS SHRINKAGE

    Get PDF
    Abstract Autogenous shrinkage of lightweight aggregate concrete (LAC) has been investigated with the aims of studying if water within LAC is effective in preventing autogenous shrinkage as suggested by Bentz’s model. By calculating ratios of water supplied by lightweight aggregate (LA) at various degrees of saturation to water required for maximum hydration and plotting these against ultimate values of autogenous shrinkage, it seems that only when the ratio is high (above 3.5) then the water within LAC supplied from LA is immediately ready to fill the empty pores and in turn, reducing autogenous shrinkage. The case is also confirmed when ratios of total void (porosity) of concrete to total volume of water within concrete are plotted against autogenous shrinkage. Keywords: autogenous shrinkage, Bentz’s model, lightweight aggregate, porosity

    PENGARUH FRAKSI BERAT SEKAM DAN ADDITIVE CaCl2 TERHADAP NILAI KONDUKTIVITAS PANAS KOMPOSIT SEMEN-SEKAM

    Get PDF
    Abstract This Research focuses on investigating the thermal conductivity characteristic of cement-rice husk composite containing various weight fractions of husk and CaCl2 contents. The thermal conductivity was characterized by Thermal Conductivity Measuring App-Ogawa Seiki Co. Ltd. The highest thermal conductivity (0.1355 W/moC) was reached at 5 % weight fraction of rice husk and at 30 % CaCl2 content. Keywords: CaCl2 content, cement-rice husk composite, thermal conductivity

    Pengembangan concrete patch repair material dengan bahan polymer cement based matrix yang tahan retak dan delaminasi akibat restrained shrinkage

    Get PDF
    Struktur beton bertulang sering mengalami kerusakan yang disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti bencana gempa, beban yang berlebihan serta faktor lingkungan yang mengakibatkan terjadinya korosi pada tulangan. Jenis kerusakan yang nampak dapat berupa retak, pengelupasan selimut beton bahkan sampai pada kondisi patahnya elemen struktur. Kerusakan dalam bentuk pengelupasan dapat direhabilitasi dengan cara penambalan (patch repair) yang mana perbaikan dengan cara ini dimaksudkan untuk mengembalikan bentuk dan ukuran penampang, melindungi tulangan dari bahaya korosi berlanjut serta secara parsial dapat mengembalikan kekuatan penampang. Material yang dipakai sebagai patch repair harus memiliki kompatibilitas dengan material beton induk yang akan diperbaiki. Kompabilitas yang dimaksud dapat ditinjau dari sifat mekanik, deformasi dan durabilitas. Ditinjau dari karakteristik mekanik, repair material harus memiliki kekuatan yang setara dengan beton induk agar distribusi tegangan dan regangan yang terjadi pada penampang dapat seimbang. Sedangkan salah satu isu kompatibilitas deformasi dapat dilihat dari perbedaan besaran shrinkage. Perbedaan shrinkage antara beton induk dengan repair material merupakan isu dimensional incompatibility yang mengakibatkan retak dan delaminasi pada repair material. Persoalan retak dan delaminasi akibat dimensional incompatibility ini dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain besaran shrinkage, creep, modulus elastisitas, kuat tarik, kuat lekat serta derajat pengekangan. Pengembangan repair material yang diharapkan dapat mengeliminasi retak dan delaminasi akibat differential shrinkage (restrained shrinkage) harus mengkuantifikasi faktor-faktor tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan repair material dengan bahan dasar mortar yang didalamnya ditambahkan polymer untuk memodifikasi sifat fleksibilitas dari repair material tersebut. Sifat fleksibilitas ini penting peranannya dalam mereduksi besarnya tegangan tarik yang timbul akibat restrained shrinkage. Dengan demikian pemakaikan polymer ini diharapkan dapat membantu dalam mengeliminasi retak dan delaminasi. Untuk mencapai tujuan akhir ini penelitian dibagi dalam beberapa tahapan. Pada tahun pertama telah diteliti komposisi campuran dan mengevaluasi karakateristik mekanik dan deformasinya yaitu kuat tekan, kuat tarik, kuat lekat, shrinkage dan creep. Sedangkan penelitian tahun kedua diarahkan untuk mengeksplorasi sifat-sifat tersebut serta kompatibilitas dimensinya dikaitkan dengan performanya dalam melawan kecenderungan retak dan delaminasi sehingga dapat diperoleh komposisi campuran patch repair yang sesuai. Penentuan komposisi campuran didasarkan pada evaluasi sifat workability dan kuat tekan. Melalui serangkain uji pendahuluan maka diperoleh komposisi sebagai berikut: proporsi semen:pasir sebesar 1:2.5 dengan faktor air semen 0.5 dan berbahan tambah superplasticizer dan accelerator masing-masing sebesar 2% dan 0.4% dari berat semen yang digunakan. Sedangkan kandungan polymer yang ditambahkan bervariasi yaitu sebesar 2%, 4% dan 6% dari berat semen. Selanjutnya dari berbagai komposisi repair material ini ditambah dengan repair material produksi pabrik sebagai pembanding, dilakukan pengujian kompatibilitas modulus elastisitas, kompatibilitas susut dan rangkak, kecenderungan retak akibat susut terkekang serta kecenderungan delaminasi. Hasil penelitian pada tahun kedua ini dapat disimpulkan sebagai berikut: ditinjau dari kompatibilitas modulus elastisitas, maka apabila antara repair material dengan beton induk memiliki perbedaan regangan tertentu pada beban yang sama, maka ketika keduanya dipadukan akan memiliki perbedaan regangan 20% lebih kecil dari nilai semula. Ditinjau dari kompatibilitas susut, maka nilai penyimpangan susut antara repair material dan beton induk setara dengan 20% dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kompatibel tidaknya repair material dengan beton induk. Ditinjau dari kompatibilitas rangkak, maka nilai selisih rangkak dan rasio rangkak dapat menjadi bahan evaluasi. Rasio rangkak dapat ditentukan sebesar 1,2 sebagai batasan penerimaan kompatibilitas. Polymer menyebabkan repair material menjadi fleksibel sehingga mampu menurunkan resiko retak dan delaminasi akibat susut terkekang. Damaged on reinforced concrete strucures can be due to a variety causes including earthquake, excessive loading or corrosion of reinforcement. The appearences of the damaged may be in the form of cracking, spalling or delamination of concrete cover or particular element of concrete structure is broken. In the case of spalled or delaminated concrete cover, patch repair may be applied to recover size and appearence, to protect reinforcement from further corrosion, and partially to regain its strength capacity. Material used for patching application should have compatibilities with the existing concrete. These include compatible in mechanical, dimensional dan durability characteristics. In term of mechanical compatibility, repair material should have comparable in strength to the existing concrete. This will guarantee that stress and strain are distributed evenly acros section. In term of dimensional compatibility, repair maerial could be subjected to tensile stress induced by differential shrinkage between repair material dan existing concrete. This dimensional incompatibility can lead to cracking and delamination. Whether particular repair material will crack/delaminate or not depends on a variety factors: shrinkage, creep, elastic modulus, tensile strength, bond strength and degree of restraint. Any effort to develop repair material should consider all these paremeter in order to have repair material that will resist againts cracking and delamination due to restrained shrinkage. The aim of this research is to obtain repair mortar containing polymer for application in patch repair system. The use of polymer is intended to modify mortar so it will become flexible. The flexibility property is important to reduce tensile stress induced by restrained shrinkage as with this property repair material tends to deform more under restrained shrinkage stress. This deformation results in releasing tensile stress developed in repair material which, in turn, reduces the possibility of cracking and delamination. The goal of this research can be achieved into two stages. The first stage, which is carried out in the first year of the research, focus on obtaining proportion of repair material and quantifying mechanical dan deformability characteristics: compressive strength, tensile strength, bond strength by mean of slant shear, shrinkage and creep. These parameters are then will be used to formulate prediction model to estimate tensile stress developed in repair material. The formulation of prediction model will be carried out in the second year together with validation of the model from the observation of restrained shrinkage cracking and delamination tendency. The model proposed will be usefull for examining cracking and delamination tendency of particular repair material. Proportions of repair material were determined from the workability and strength properties. After several preliminary investigation, the proportions were found to be as follows: cement: sand rasio equals to 1:2.5, with water/cement rasio 0.5, and superlasticizer and accelerator respectively 2% and 0.4% by weight of cement. Meanwhile, the amount of polymer added to the mixes were 2%, 4% and 6% by weight of cement. In addition to that mixes composition, commercial repair mortar produced by manufacture was used for comparison purpose. All these composition were subjected to testing to determine shrinkage, creep, compressive strength, tensile strength and slant shear

    AUGMENTED REALITY MEASUREMENT SEDERHANA MENGGUNAKAN OS ANDROID (ARealSure)

    Get PDF
    Aplikasi pengukuran telah banyak digunakan di sistem IOS maupun android. Namun, aplikasi pengukuran berbasis android tidak sebaik dengan aplikasi pengukuran berbasis sistem IOS. Beberapa orang masih meragukan keakuratan aplikasi ini karena terkadang hasil pengukuran tidak akurat dan masih banyak eror atau bug. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan aplikasi pengukuran berbasis android dengan tingkat keakuratan 90%. Apikasi pengukuran ini menerapkan AR (Augmented Reality). Proses pembuatan aplikasi menggunakan software android studio, library dan ARcore. Untuk Bahasa pemrograman yang digunakan yaitu Java Output. Pertimbangan menggunakan perangkat tersebut aplikasi pengukuran untuk smartphone berbasis Android dapat mengukur atau mengetahui dimensi benda bangun datar dan bangun ruang dengan satuan cm dan hasil pengukuran yang akurat. Kata Kunci: Augmented Reality, Android, Aplikasi, Pengukuran, Akur

    Change Management dalam Reformasi Birokrasi

    No full text
    x+140 hlm.: - ; 24 cm

    Perspektif Tindak Pidana Administrasi terhadap Tindak Pidana Pertambangan tanpa Ijin (Peti) dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batubara

    Full text link
    Latar belakang penelitian ini ialah tingginya tindak pidana Pertambangan Tanpa Izin (PETI). Hal tersebut bisa saja terjadi sehubungan dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan ancaman pidana dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan pertambangan. Menurut data yang didapat, dari tahun 1997 sampai 2016, dari 206 Perusahaan yang terdaftar memiliki ijin penambangan hanya sekitar 70 Perusahaan saja yang masih memiliki ijin aktif sampai 2017, sisanya memilih tidak memperpanjang ijin karena menganggap proses perijinan lebih sulit. Rumusan masalah di jurnal ini yaitu 1) bagaimana pengaturan penjelasan pertimbangan menurut UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Minerba serta peraturan pelaksanaannya dihubungkan dengan Pertambangan Tanpa Izin (PETI); 2) mengapa setelah diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemda kasus tindak pidana Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) di wilayah hukum Polres Rembang meningkat dari tahun ke tahun; dan 3) Solusi apa yang diperlukan untuk mengurangi penambangan tanpa izin (PETI) setelah diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Jurnal ini bersifat deskriptif kualitatif dengan pendekatan Yuridis Sosiologis dan pengambilan data melalui wawancara. Jenis wawancara yang digunakan adalah bebas terpimpin. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Hasil penelitian ini, pengaturan penjelasan pertimbangan menurut UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara serta peraturan pelaksanaannya dihubungkan dengan Pertambangan Tanpa Izin (PETI) berisi pokok pikiran dimana UU No. 4 Tahun 2009 bersifat hukum pidana administrasi dan UU No. 23 Tahun 2014 berwenang memberikan perizinan usaha pertambangan bercorak sentralistik terbukti dari pelimpahan wewenang dari pemerintah kabupaten atau kota ke pemerintah provinsi. Faktor penyebab kasus tindak pidana PETI yang meningkat dari tahun ke tahun yaitu dari aspek sosial & ekonomi, perizinan dan penegakan hukum. Solusi untuk mengurangi PETI setelah diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2014 dengan mengakomodasi masyarakat penambang dalam konsensus Perusahaan (organisasi) dalam skema lega

    Optimalisasi Pemakaian Waste Material pada Beton terhadap Kondisi Normal Beton Perbandingan 1 Pc:2 Ps : 3 Kr

    Full text link
    Material merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi dan pemakaiannya harus dikontrol dengan baik sehingga tidak banyak sisa-sisa material yang terbuang dan menumpuk. Untuk minimalisasi sisa material akan menguntungkan  pihak kontraktor dan bisa mengurangi dampak lingkungan. Sisa material konstruksi banyak sekali jenisnya seperti sisa material bata, pasir, split, begesting, dll. Pada pekerjaan plesteran membutuhkan pasir yang sudah diayak sesuai saringan yang dibutuhkan dan akan didapatkan sisa material ayakan pasir yang berbentuk kerikil. Sisa material kerikil dari ayakan pasir apabila tidak digunakan akan menumpuk dan dapat mengganggu pada penempatan material lain apabila lahannya tidak cukup luas. Sisa kerikil dari ayakan pasir tersebut dapat dipakai sebagai agregat kasar pada campuran beton sehingga sisa material tersebut dapat dioptimalkan lagi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik beton dengan mengoptimalisasikan sisa material, dalam hal ini kerikil sisa ayakan pasir sebagai pengganti agregat kasar campuran beton perbandingan 1 PC : 2 PS : 3 KR dengan variasi pengaruh material sisa ayakan pasir terhadap agregat normal beton sebesar 10%, 15%, 20%, 25%, 30%. Dari hasil uji laboratorium, karakteristik umum kuat tekan beton perbandingan 1 PC : 2 PS : 3 KR dengan agregat kasar memakai kerikil sisa ayakan pasir menunjukkan bahwa semakin besar persentase substitusi batu pecah dengan grosok maka kuat tekannya semakin turun. Karakteristik Kuat Tekan Kubus Beton Penambahan Portland Cement (PC) dengan Substitusi Grosok 5% cukup dipengaruhi oleh besarnya penambahan PC, semakin besar persentase penambahan  PC maka kuat tekannya semakin besar Kata Kunci: Agregat Kasar, Waste material, Karakteristik Beto
    corecore