642,357 research outputs found

    The spectroscopic evolution of the symbiotic-like recurrent nova V407 Cygni during its 2010 outburst. I. The shock and its evolution

    Full text link
    On 2010 Mar 10, V407 Cyg was discovered in outburst, eventually reaching V< 8 and detected by Fermi. Using medium and high resolution ground-based optical spectra, visual and Swift UV photometry, and Swift X-ray spectrophotometry, we describe the behavior of the high-velocity profile evolution for this nova during its first three months. The peak of the X-ray emission occurred at about day 40 with a broad maximum and decline after day 50. The main changes in the optical spectrum began at around that time. The He II 4686A line first appeared between days 7 and 14 and initially displayed a broad, symmetric profile that is characteristic of all species before day 60. Low-excitation lines remained comparatively narrow, with v(rad,max) of order 200-400 km/s. They were systematically more symmetric than lines such as [Ca V], [Fe VII], [Fe X], and He II, all of which showed a sequence of profile changes going from symmetric to a blue wing similar to that of the low ionization species but with a red wing extended to as high as 600 km/s . The Na I D doublet developed a broad component with similar velocity width to the other low-ionization species. The O VI Raman features were not detected. We interpret these variations as aspherical expansion of the ejecta within the Mira wind. The blue side is from the shock penetrating into the wind while the red wing is from the low-density periphery. The maximum radial velocities obey power laws, v(rad,max) t^{-n} with n ~ 1/3 for red wing and ~0.8 for the blue. (truncated)Comment: Accepted for publication, A&A (submitted: 9 Oct 2010; accepted: 1 Dec 2010) in press; based on data obtained with Swift, Nordic Optical Telescope, Ondrejov Observatory. Corrected typo, Fermi?LAT detection was at energies above 100 MeV (with thanks to C. C. Cheung

    PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SAMPAH PASAR TERHADAP WAKTU PENGOMPOSAN DAN KUALITAS KEMATANGAN KOMPOS DENGAN BIOAKTIVATOR LINGKUNGAN

    Get PDF
    Sampah sayuran dari pasar dibuang ke TPA tanpa adanya pemanfaatan. Sampah terung, sawi hijau, daun ubi dan brokoli dimanfaatkan sebagai bahan baku kompos., karena memiliki kandungan karbon, nitrogen, fosfor dan kalium yang dibutuhkan oleh tanaman dan kesuburan tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi sampah pasar terhadap waktu pengomposan dan kualitas kematangan kompos dengan Bioaktivator Lingkungan. Pengomposan ini menggunakan prinsip aerobic dengan tube composter yang dimodifikasi. Variasi komposisi yang digunakan yaitu perbandingan terung 50%:brokoli 50% (TB & KTB) dan sawi hijau 60%:daun ubi 40% (SD & KSD). Proses pengomposan ini diamati selama 30 hari. Kompos yang diperoleh dianalisis warna, bau, suhu, pH, kadar air, C-Organik, N-Total, P, K, reduksi volume dan GI%. Hasil analisis dibandingkan dengan SNI 19-7030-2004. Analisis kompos dilakukan pada hari ke 0,7,14,21 dan 28. Hasil analisis kompos menggunakan bioaktivator lebih efektif dan memerlukan waktu yang lebih cepat untuk mendekomposisi bahan organik dalam kompos daripada kontrolnya, yaitu hari ke 14. Kualitas kompos yang memenuhi SNI 19-7030-2004 (rasio C/N, kadar N, P, K, warna dan bau), yaitu kompos dengan bioaktivator (TB & SD) pada hari ke 14, sedangkan yang tidak menggunakan bioaktivator pada hari ke 21 (KSD) dan 28 (KTB & KSD). Tetapi, C-Organik yang memenuhi SNI 19-7030-2004 yaitu kompos dengan bioaktivator (TB) (28,20%; hari-28). Semua kadar air pada kompos tidak memenuhi SNI 19-7030-2004. GI (%) paling tinggi yaitu kompos dengan bioaktivator (TB; 128,87%) Kata Kunci: Sampah Sayuran, Proses Pengomposan, Bioaktivato

    Pengaruh Penyiangan Dan Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Kimiawi, Mikrobiologis Dan Organoleptik Ikan Tongkol (Auxis Tharzard, Lac)

    Full text link
    Ikan tongkol merupakan salah satu bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat dan jika dibiarkanpada suhu kamar, maka terjadi proses penurunan mutu menjadi busuk. Ikan yang sudah mengalami prosespembusukan, bila dikonsumsi dapat menimbulkan keracunan (Histamine fish poisoning). Keracunan inidisebabkan oleh kontaminasi bakteri pathogen dengan dekarboksilasi asam amino histidin oleh enzimhistidin dekarboksilase menghasilkan histamin. Bakteri ini banyak terdapat pada anggota tubuh manusiayang tidak higienis, kotoran/tinja, isi Perut ikan, insang serta peralatan yang tidak bersih.Penelitian eksperimental dengan pola faktorial, yaitu faktor P adalah faktor penyiangan dengan 2 taraf,tanpa penyiangan dan penyiangan, sedangkan faktor T adalah suhu penyimpanan dengan 3 taraf yaitu suhupenyimpanan 30oC, 15oC dan 0oC.Analisis statistik terhadap mutu kimiawi seperti kadar histamin, kadar total volatil bases (TVB) dantrimetilamin (TMA) menunjukkan perbedaan nyata (P&lt;0,05) pada pengaruh penyiangan dan suhupenyimpanan. Terjadi peningkatan kadar histamin, kadar TVB dan TMA selama penelitian. Selamapenelitian terjadi peningkatan jumlah koloni bakteri, jumlah Coliform, kecuali bakteri Vibrioparahaemolyticus negatif. Perlakuan penyiangan dan suhu penyimpanan 0oC memiliki mutu kimiawi,mikrobiologis terbaik sampai hari ke 10 serta masih diterima panelis.Hubungan antara kadar histamin dengan jumlah bakteri mempunyai hubungan sangat kuat, ditunjukkandengan nilai r ? 0,7 kecuali kadar histamin dengan waktu memiliki hubungan agak lemah r ? 0,5.Keamanan ikan tongkol dengan penerapan teknologi tepat guna berupa tanpa penyiangan danpenyiangan pada suhu 30oC hanya aman untuk dikonsumsi sampai hari ke 0. Perlakuan tanpa penyiangandan suhu penyimpanan 15oC aman sampai hari ke 4, sedangkan dengan penyiangan aman sampai hari ke 6.Untuk perlakuan tanpa penyiangan dan penyiangan dengan suhu penyimpanan 0oC aman sampai hari ke 10

    Service Design Case Study: die Einschliessung der Mediathek in Brig in den Tourismus

    Get PDF
    Bei der vorliegenden Bachelorarbeit handelt es sich um eine Case Study, welche im Bereich Service Design durchgeführt wurde. Das touristische Forschungsprojekt fand in Zusammenarbeit mit der Mediathek in Brig, welche sich im schweizerischen Kanton Wallis befindet, statt. Das Ziel der Bachelorarbeit war es, der Möglichkeit einer Einschliessung der Mediathek in den Tourismus auf den Grund zu gehen. Der Autor befasste sich mit der touristischen Attraktivität einer Mediathek und untersuchte, ob eine Mediathek überhaupt Interesse bei den Touristen erwecken kann und welche Massnahmen dafür getroffen werden müssen. Zusätzlich sollte herausgefunden werden, was die Mediathek in Brig unternehmen sollte, um seinen Stammkunden einen touristischen Nutzen zu bieten

    Instability of standing waves of the Schrödinger equation with inhomogeneous nonlinearity

    Get PDF
    This paper is concerned with the inhomogeneous nonlinear Shrödinger equation (INLS-equation)iu_t + Δu + V(Єx)│u│^pu = 0, x Є R^N. In the critical and supercritical cases p ≥ 4/N, with N ≥ 2, it is shown here that standing-wave solutions of (INLS-equation) on H^1(R^N) perturbation are nonlinearly unstable or unstable by blow-up under certain conditions on the potential term V with a small Є > 0
    corecore