11 research outputs found

    Combination of Bonding, Bridging and Linking Social Capital in a Livelihood System: Nomadic Duck Herders Amid the Covid-19 Pandemic in South Sulawesi, Indonesia

    Get PDF
    Livelihood systems of nomadic duck herders make a unique study subject due to the livelihood assets, strategies, and outcomes they manage, which involve interactions with various actors that keep moving around. Social capital the duck herders build in their interaction with other actors, namely rice farmers, play an important role to face different vulnerability context, including those brought by the Covid-19 pandemic. This study aims to characterize components of bonding, bridging and linking social capital in the context of relationships between duck herders and other actors, and seeks to find the essential role of the combination of the three types of social capital for livelihood outcomes, particularly in facing vulnerabilities due to the pandemic. The method of grounded theory research was applied for its ability to allow researchers to reveal processual relationships between duck herders and other actors. Data were collected through semi structured interviews, analyzed by open, axial, and selective coding. The duck herders combine components of bonding, bridging, and linking social capital selectively depending on the interests behind each interaction with different actors. The bridging and linking role that social capital plays in herders’ interactions with farmers and irrigation officials is undertaken in order to gain access to natural capital (rice fields and irrigated water), while in their interaction with egg traders, they utilize bridging social capital to gain access to financial capital (in the form of cash and loans). The vulnerability context due to the pandemic has shaken the livelihood system of the duck herders by upsetting the egg supply chain due to social restriction policies. Social capital therefore plays an important role in facing vulnerability, in the context of forming good will among egg traders that continued to buy eggs from the duck herders, which served as a kind of pay back for the loyalty of the duck herders. We find that social capital plays a vital role in a livelihood system, within which the access to livelihood assets depend on social relations. This study also explored the impact of the Covid-19 pandemic as it resonates more on supply chains than production processes

    ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK ITIK PETELUR SISTEM PEMELIHARAAN NOMADEN DI DESA KALIANG, KECAMATAN DUAMPANUA, KABUPATEN PINRANG

    Get PDF
     ABSTRACT. Animal husbandry laying ducks is dominated breeder by maintenance system the that is still traditional where laying ducks shepherding in the paddy field or in the place many waters. Maintenance system that many applied by breeder ie system nomadic maintenance, breeder sometimes do not know how much income obtained from the business of laying ducks of system nomadic maintenance. Therefor the in developing businesses laying ducks which run, it is important to know how much revenue the breeder itself with system nomadic maintenance. The purpose of this study is to describe the nomadic maintenance system and the income of breeder laying ducks in the kaliangvillage, District Duampanua, Regency Pinrang. This study was implemented on months April to May 2014 and data retrieval is housed in the kaliang Village, District Duampanua, Regency Pinrang. This type of research used in this study was descriptive  quantitative research is research that describes the type of the variable in which questionable without testing the hypothesis. Analysis of the data used are descriptive statistics. Results showed that System nomadic maintenance laying ducks in the kaliang Village, District Duampanua, regency Pinrang done with laying ducks grazing in the paddy field that already been harvested, later transferred to other areas when planting season arrives and revenue breeder laying ducks of system nomadic maintenance highest is Rp. 7.520.832 with the R/C ie 1,15% and a low of Rp. 1.703.144 ie the R/C is 1.07%. The difference in the income of breeder due to differences in the number of livestock laying ducks owned .

    The Dynamics of Livelihood Assets on Moving Duck Farmers

    Get PDF
    Moving duck farming is a livelihood system that does not occupy a settled location but moves. Therefore, the relationship between livelihood assets, livelihood strategies, and livelihood outcome is influenced by the characteristics of the moving. This study aims to explain the dynamics of livestock capital of duck farmers moving at various distances in their moving cycle. Data collection techniques were participatory observation, in-depth interviews, and documentation. Comparative analysis was applied to see the dynamics of livelihood assets composition based on sequences and moving distances. The result showed that there was a dynamic utilization of livelihood assets based on the moving cycle between the travel process and the settling process at the grazing location. It was concluded that there were differences in the composition of the use of human capital, financial capital, physical capital, natural capital, and social capital between short-distance, medium-distance, and long-distance movements. This study found that the livelihood assets usage on moving duck farming was attributed to the moving traveled distance. At nearby movements, livelihood assets tend forgone for moving duck farming since they are also used for paddy fields. Livelihood assets, such as human, natural, and physical capital, are more dominant than the financial and social capital. The capital carries out to retrieve the fields after harvesting as a grazing site while sustaining that access. It can be concluded that the livelihood assets utilization in moving duck-based livelihood systems are dynamics based on the cycle and the distance of moving covered

    Peningkatan pengetahuan dan keterampilan peternak itik melalui budidaya maggot sebagai sumber pakan ternak itik di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

    Get PDF
    Permasalahan mitra pengabdian yaitu penyediaan pakan untuk ternak itik masih terbatas pada saat musim tanam di sawah, sehingga peternak harus menjamin ternak itiknya dengan pakan pabrikan yang harganya mahal dan juga mengandalkan sisa makanan di dapur.  Adanya keterbatasan biaya pakan, sehingga peternak itik harus mencari alternatif untuk menekan biaya pakan tersebut. Salah satu solusi yang diberikan adalah melakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan mengenai budidaya maggot.  Kegiatan ini  bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat khususnya kelompok Tani Samalewae dalam budidaya maggot. Diharapkan, hasil akhir dari kegiatan ini, peternak bisa menambah populasi ternak itiknya dengan mengurangi pembelian pakan pabrikan dan pada kondisi  tidak ada panen di sawah. Metode pengabdian yang dilakukan yaitu ceramah, diskusi dan praktek. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini terlihat bahwa selama pemberian materi berlangsung dari awal sampai akhir, para peserta terlihat sangat serius dan antusias dalam menerima dan menanggapi materi yang disampaikan. Begitu Pula pada saat praktek, terlihat partisipasi peserta membantu tim pengabdian membuat kandang maggot dan mengatur peralatan bahan dan peralatan di kandang maggot.  Hasil monitoring pasca kegiatan pengabdian terlihat bahwa sudah ada pengetahuan peternak mengenai budidaya maggot, walaupun belum maksimal.  Untuk keberlanjutannya diharapkan pihak pemerintah setempat melakukan pendampingan dengan tujuan budidaya maggot ini dapat berkembang di daerahnya

    HUBUNGAN ANTARA CURAHAN WAKTU KERJA WANITA DAN PENDAPATAN PADA USAHA PENETASAN TELUR ITIK DI KELURAHAN MANISA, KECAMATAN BARANTI, KABUPATEN SIDRAP

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara curahan waktu kerja wanita dan pendapatan pada usaha penetasan telur itik. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap selama 3 (tiga) bulan. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Jumlah sampel yang diambil adalah 30 responden. Data yang diperoleh bersumber dari data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah statistik parametrik dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product Moment (r). Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya hasil korelasi yaitu 0,762 yang bermakna bahwa terdapat hubungan yang kuat antara curahan waktu kerja wanita dengan pendapatan pada usaha penetasan telur itik di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidra

    ANALISIS PEMASARAN TELUR ITIK DI KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model saluran pada setiap lembaga pemasaran telur itik, mengetahui marjin pemasaran yang diperoleh pada setiap lembaga pemasaran dan untuk mengetahui keuntungan pemasaran yang diperoleh oleh setiap lembaga pemasaran. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru yang merupakan tempat pengembangan usaha ternak itik selama 2 bulan. Metode Pengambilan sampel dilakukan secara purposif Sampling dengan pertimbangan peternak yang mempunyai skala usaha itik 20 ekor ke atas sejumlah 31 peternak itik. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis Pemasaran Telur Itik di Kecamatan Tanete Riaja, Kapaten Barru yaitu Bentuk saluran pemasaran telur itik di lokasi penelitian ada dua bentuk yaitu : I. Peternak???Pedagang Pengecer???Konsumen dan II. Peternak???Pedagang Pengumpul???Pedagang Pengecer???Konsumen. Marjin pemasaran yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran berbeda, dan yang memperoleh marjin pemasaran terbesar yaitu pedagang pengecer pada bentuk saluran pemasaran I. Keuntungan pemasaran telur itik pada masing-masing lembaga pemasaran berbeda dan yang memperoleh keuntungan pemasaran tebesar adalah pedagang pengecer pada bentuk saluran pemasaran I

    PERANAN USAHA WANITA PETERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA (Studi Kasus di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap)

    No full text
    ABSTRAK AGROKOMPLEKS 2008Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alokasi waktu yang dicurahkan wanita peternak dalam beternak itik dan melakukan pekerjaan rumah tangga serta untuk mengetahui peranan wanita peternak itik terhadap pendapatan keluarga. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap selama 7 (tujuh) bulan. Penelitian ini merupakan studi kasus, dimana metode pengambilan sampelnya dilakukan secara purposive sampling (sengaja) dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat wanita peternak yang melakukan usaha penetasan telur itik dan mempunyai usaha tani padi sebagai usaha pokok keluarga. Jumlah sampel adalah 30 orang yang diambil secara sampel jenuh. Data yang diperoleh bersumber dari data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian dengan melakukan pengamatan dengan menggunakan kuisioner dan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini serta sumber-sumber pustaka penunjang lainnya.\ud Analisis data yang digunakan adalah analisis deskritif untuk menjawab permasalahan pertama dan permasalahan kedua digunakan rumus :\ud \ud Total Pendapatan Usaha Ternak Itik\ud Kontribusi Usaha = -------------------------------------------- x 100%\ud Total Pendapatan Usaha Tani\ud \ud Hasil penelitian menunjukkan bahwa alokasi waktu wanita peternak itik di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap dalam mengelola usaha penetasannya rata-rata 3,57 jam per hari (14,86%) dan untuk mengurus rumah tangganya rata-rata dibutuhkan waktu 5,47 jam per hari (22,78%) dan waktu tersisa adalah 14,97 jam per hari (62,36%) digunakan untuk kegiatan lain. Peranan usaha wanita peternak itik di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap pada usaha penetasan telur itiknya memberikan kontribusi sebesar 71,86% yang menunjukkan bahwa usaha tersebut dapat digunakan sebagai usaha pokok untuk meningkatkan pendapatan keluarga

    Implementation of Importance Performance Analysis (IPA) Towards the Quality of Duck Products in a Begos Restaurant

    Get PDF
    Product quality is the overall features and characteristics of a product or service on the ability to satisfy stated or implied needs. This study aims to determine the level of consumer satisfaction with the quality of duck products at a restaurant. This research was conducted from November to December 2019 and the type of research used was quantitative descriptive. The sample in this study was 100 consumers who came to eat at Begos restaurant. Data collection was carried out using consumers who came to eat at Begos restaurants. Analysis of the data used in this research was descriptive statistics using the calculation formula Importance Performance Analysis (IPA). The results of this study indicated that the level of consumer satisfaction regarding the quality of processed duck products in the Begos restaurant is 84.14% in the very good category because of the suitability of the menu list with available products, food hygiene, and cleanliness of cutlery

    aloaksi waktu wanita peternak itik

    No full text
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alokasi waktu wanita peternak itik pada usaha penetasan telur itik. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap. Penelitian ini merupakan studi kasus dimana metode pengambilan secara purposive dengan pengambilan sampel sebanyak 30 orang. Sumber data dari data primer yaitu berdasarkan dari kuisioner dan wawancara dan data sekunder yaitu data dari instansi yang terkait dengan penelitian. Analisa data adalah secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan alokasi waktu yang dicurahkan wanita peternak di Kelurahan Manisa, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap dalam usaha penetasan telur itik rata-rata perhari 14,86 % (rata-rata dibutuhkan 3,57 jam per hari) dan untuk kegiatan domestik 22,78 % (rata-rata dibutuhkan waktu 5,47 jam per hari) , dan masih ada 62,36 % waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan lain

    adoption of biosecurity measures by layer smallholders

    No full text
    It was indicated that layer smallholders awareness of biosecurity was low. This paper aimed to determine the level of adoption within the South Sulawesi layer smallholders of a range of standard biosecurity measures. Sidrap Regency was choosen as a location of the research, because it was famous as a central of layer smallholders. Total sample was 60 respondents. The sample was choosen through random sampling from two districts which was the most populous of layer smallholders, namely Baranti and Maritengae. Data were collected using structured questionnaires and depth-interview. The data were tabulated and analysed using a simple method of scoring with regard to their biosecurity status. The status of biosecurity was used to know the level of biosecurity adoption. Biosecurity status was obtained based on the adoption of biosecurity measures which consisted of 9 stages: farm inputs, traffic onto farms, distance from sources of pathogens to shed, exposure of farm, biosecurity at farm boundary, biosecurity between farm boundary and shed, biosecurity at the shed door, traffic into the shed and susceptibility of the flock. Using adoption index, this research revealed that biosecurity adoption of layer smallholders in South Sulawesi was classified into a ???partial adopter???
    corecore