32 research outputs found
Linguistiq Al Qurâan
-newline"> Kajian linguistiq Al-Qurâan dalam tulisan ini adalah sebuah kajian komperhensif terpadu dan sistematika bertujuan membahas Al-Qurâan dari sisi linguistiq dan penggunaannya. Al-Qurâan adalah wahyu ilahiyah, pembumian wahyu dalambeingkai kata dalam lafadz danstruktur kalimat yan mengandung maâna dengan pesan-pesan nilai yang dikemas dalam untaian ayat-ayat yang menyebar sebanyak enam ribu enam ratus ayat. Dari analitas tersebut diatas sehingga dikatakan bahasa Al-Qurâan adalah sebuah koleksi linguistiq yang sangat apik teruntai dalam rangkaian ayat secara struktural terdiri dari kalimat induk dan awal kalimat, frasa klausa yang memerlukan kajian serius untuk memahaminya dan untuk bisa menyimak kemudian menempatkan wahyu ilahiayah secara proporsional
PENGARUH SELF-EFFICACY TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB PESERTA DIDIK DI MTS AL-IKHWAN BAUBAU
This study aims to describe the self-efficacy and learning achievement of Arabic students at Mts Al-Ikhwan Baubau, as well as to examine the effect of self-efficacy on Arabic learning achievement of students at Mts Al-Ikhwan Baubau. This research uses quantitative method with causal associative type. The population of this study were all students at Mts Al-ikhwan Baubau who were in class VIII and IX as many as 46 students, the sample in this study were all members of the population. Data collection techniques were carried out using questionnaires and tests. The collected data were analyzed using descriptive analysis and inferential analysis. The results obtained: 1) self-efficacy and Arabic learning achievement of students at Mts Al-Ikhwan Baubau are in the medium category. 2) the results of inferential statistical calculations obtained p-value <α (0.008 <0.05) and the regression coefficient (b) of 0.224 so that H0 is rejected and H1 is accepted, this means that self-efficacy has a positive effect on participants' Arabic learning achievement educate
Arabic Learning Management; Methodological And Psychological Perspective
This study aims to analyze the planning, implementation and evaluation of learning Arabic from a methodological and psychological perspective at UPT SMA Palopo City. This research is a type of field research whose study is descriptive-qualitative to reveal the meaning behind the reality of learning Arabic at UPT SMA Palopo City. The data collection method was through interviews which were then analyzed qualitatively using data reduction, data presentation and research conclusions. The results showed that: Learning Arabic at UPT SMA Palopo City includes three processes, namely: 1) The planning process for learning Arabic at UPT SMA Palopo City includes making syllabus, lesson plans and learning media to be used; 2) Implementation, learning Arabic at UPT SMA Palopo City includes initial activities, delivery of material and closing. Implementing learning Arabic at UPT SMA Palopo City could be more optimal; 3) Evaluation, which includes evaluation of students in the form of semester exams, assignments and so on
USLUB AL-INSYA DALAM QS. AL-MAIDAH (KAJIAN ANALISIS BALAGAH)
Artikel ini merupakan penilitian terhadap QS al-Maidah dengan memfokuskan kepada bentuk-bentuk analisis uslub insya dengan menjadikan disiplin ilmu balagah sebagai tolak ukur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode kualitatif melalui pendekatan bahasa yaitu kaidah bahasa Arab ilmu balagah untuk dianalisa dalam QS. al-Maidah. Pemilihan apsek ini menjadi fokus penelitian berangkat dari adanya fenomena pemisah kajian nahwu, sharaf dan balagah yang memiliki kemiripan pembahasan pada objek kajian uslub insya. Analisis terhadap qurâan surah al-Maidah tampak sangat memperhatikan makna yang terkandung dibalik uslub insya. Oleh sebab itu, penulis dalam mengkaji uslub tersebut tidak hanya melihat dari aspek struktur dan pola pembentukannya semata, akan tetapi lebih jauh mempertimbangkan aspek makna. Hasil penelitian ini, dapat dikemukakan bahwa uslub insyaâ dalam Surat al-Maidah 68 ayat yaitu amar (perintah) 27, nahi (larangan) 14 ayat, istifham (pertanyaan) 9, nidaâ (panggilan) 16, dan tamanni (harapan) 2 ayat. Adapun dilihat dari segi bentuknya, ayat-ayat Surat al-Maidah terdapat berbagai bentuk uslub insyaâ yang meliputi amar (perintah), nahi (larangan), istifham (pertanyaan), nidaâ (panggilan), dan tamanni (harapan). Adapun dari segi makna uslub insyaâ mempunyai makna haqiqi yaitu makna asli dan makna idhafi di antaranya adalah taâjiz (melemahkan), iltimas (ungkapan kepada yang sebaya), tahdid (ancaman), irsyad (petunjuk), dan doa (permohonan), taubikh (menghina) dan taqrir (penegasan).ABSTRACTThe purpose of this reseach is to analyse form and meaning of uslub insyaâ in surah al-maidah. This reseach is using the descriptive method of content analysis. The procedur of data analysis includes tables and classification of uslub insyaâ. The result of this reseach reveals that there are 68 verses of uslub insyaâ  in surah al-Maidah. Those are amar (command) 27 verses, nahi (prohibition) 14 verses, istifham (question) 9 verses, nidaâ (call) 16 verses, and tamanni (hope) 2 verses. According to its form, uslub insyaâ in surah al-Maidah has several forms including amar (command), nahi (prohibition), istifham (question), nidaâ (call), and tamanni (hope). Based on the meaning, uslub insyaâ has two meanings. The first is denotative (haqiqi) and the second is connotative (idhafi). Denotative means the sentence expression does not have a certain purpose, while connotative means the sentence has a certain purpose depends on the context and the situation expressed by the sentence. The other meanings of uslub insyaâ  that can be found in the verses of surah al-maidah are taâjiz (weaken), iltimas (expression to the same age), tahdid (threat), irsyad (guidance), doa (prayer), taubikh (insult), and taqrir (confirmation)
THE APPLICATION OF THE SEMIOTICS OF QURâAN TOWARD THE STORY OF THE CHOSEN SERVANTS IN SURAH MARYAM
This study elaborates the application of semiotic theory in Surah Maryam (Maryam). This study is library research. The library research was conducted through various literature studies related to the problem investigated. The approach used is a semiotic approach. The data sources are divided into two; primary and secondary data. The primary data source is the Qur'an (surah Maryam) and the secondary data sources are books of interpretation, semiotics and linguistics. The data collection is done by quoting, adapting, and analyzing the representative literature and relevant to the problems discussed, then reviewing and concluding. The study results showed three forms of semiotic application in Surah Maryam: first, semiotics of significance from Ferdinand de Saussure's (synchronic-diachronic theory). Second, semiotics of communication from Charles S. Peirce's includes iconic, indexical, and symbolic theories. Third, connotative semiotics from Roland Barthes' which consists of denotative meaning and connotative meaning. This study implies that the semiotic reading of the Qurâan prioritizes the interpretation of the text in a synchronic and diachronic, denotative and connotative way. Hopefully, by this reading, religious and Islamic moderation could be achieved
KORELASI ANTARA KEMAMPUAN BAHASA ARAB DENGAN PEMAHAMAN AYAT-AYAT AL-QURâAN TERHADAP SISWA KELAS XII MADRSAHALIYAH AL-AMANAH KOTA BAUBAU
Penelitian ini membahas tentang tingkat kemampuan bahasa Arab dan tingkat pemahaman ayat-ayat al-Qurâan serta korelasi antara keduanya terhadap siswa kelas XII Madrasah Aliyah (MA) Al-Amanah Baubau. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach) bersifat kuantitatif dalam bentuk ex-post facto atau kasual komparatif karena penelitian ini berusaha mencari informasi tentang hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. Data dikumpulkan melalui tes (soal) dari hasil jawaban Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN). Hasil penelitian dan pembahasan: (1) Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menjawab tes soal bahasa Arab dan al-Qurâan pada Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional. Tingkat pemahaman siswa kelas XII MA Al-Amanah Baubau dapat menerima/menyerap pelajaran al-Qurâan dengan sangat positif dan signifikan; (2) Korelasi antara tingkat kemampuan bahasa Arab dengan tingkat pemahaman ayat-ayat al-Qurâan dipengaruhi oleh kemampuan bahasa Arab siswa kelas XII MA Al-Amanah Baubau. Penelitian ini dapat memberi sumbangsih pemikiran dan pengetahuan bagi siswa dan guru agar lebih giat menguasai dan memahami pembelajaran bahasa Arab dan al-Qurâan, menjadi referensi atau rujukan yang relevan bagi kaum akademisi, lembaga pendidikan atau institusi penelitian lainnya dalam melakukan kajian dan penelitian yang terkait dengan tingkat kemampuan bahasa Arab dan tingkat pemahaman ayat-ayat al-Qurâan di MA Al-Amanah Baubau
Al-Tasybih fi al-Akhadis al-Nabawiyyah min Kitab âal-Luâluâ wa al-Marjan fima Ittafaqa âalaihi al-Syaikhonâ
This research aims to determine the types of adat al-Syibhi, the differences and the roles in understanding the texts of the hadith of the Prophet, as well as facilitating the identification of tasybih elements in a hadith text. This research is a Library Research, that relies on a descriptive analytical approach (al-Manhaj al-Washfi al-Tahlili). Descriptive approach is to analyze scientific material that is related to the subject, through library research and then presented and explained systematically. The analytical approach is to analyze the hadith of the Prophet which contains the aspects of tasybih and the words of the âulama (clerics) and balaghah experts. Adat al-Shibh is the link between musyabbah and musyabbah bih. Tasybih will not be considered as completed without adat al-Syibh. Adat al-Syibh has a big role in tasybih, which can be mentioned in the sentence or omitted, and with omitting, it will give a stronger meaning than mentioning. Tasybih in terms of the Adat of al-Sibh is divided into two, namely the tasybih mursal, if its adat al-syibh is mentioned and tasybih muakkad if its adat syibih is omitted. Adat al-Syibh in the hadith uses four kinds of kaf, kaanna, mislu, and nahwu. This research confirms the ability of bayan nabawi to describe abstract meanings and thoughts, especially something that is related to occultism, which the meaning is transformed into a motion picture, because something visible and concrete can strengthen meaning and can give a greater influence in heart and mind
SIMBOL MITOLOGI DALAM KARYA SASTRA TEKS AL-BARZANJI (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES PADA PASAL 4)
Tulisan ini membahas tentang pendekatan semiotika Roland Barthes terhadap karya sastra al-barzanji. Jenis penelitian ini adalah penelitian library research dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan linguistik dan semiotika. Adapun sumber data penelitian diperoleh langsung dari teks al-barzanji serta penelusuran berbagai literatur atau referensi. Data dikumpulan dengan memilih dari beberapa pasal dalam barzanji kemudian memilah dan menganalisis leksia per leksia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada 5 pasal tersebut, setiap pasalnya dimulai dengan kata ÙÙÙÙÙ
ÙÙۧ yang penulis bedah menjadi 87 leksia. Selanjutnya penulis analisis teks tersebut dan mengkategorikan 16 leksia mengandung kode hermeneutika, 13 leksia tergolong kedalam kode gnomik/budaya, 33 leksia yang termasuk kode prioretik/aksi, 11 leksia terkandung kode semik/konotatif dan terakhir kode simbolik terdapat dalam 14 leksia yang ada pada teks tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan pembacaan semiotik Roland Barthes, bisa katakan bahwa Abu Jaâfar Al-Barzanji menulis karya sastra ini tidak sekedar mengungkapkan kekagumannya terhadap Rasulullah saja saw., tapi juga mengisahkan secara tersirat budaya-budaya bangsa Arab khususnya di wilayah Makkah dan Negeri Syam. Simbol mitologi pada 5 pasal yang dikaji masih mengalami eksistensi hingga saat ini, meliputi: hakikat status yatim, Bani Najjar, juru kunci Kaâbah atau Bani Syaibah, usia Rasulullah saw. menginjak 4 tahun, Umur saat pernikahan Rasulullah saw., Umur ketika Nabi saw. diangkat menjadi Rasul Allah, simbol mitologi mimpi, serta Mahallul Qiyam disetiap pembacaan al-barzanji khusunya pada pasal 4, hingga saat ini masih tetap berlaku. Dan juga kata Atthir di setiap awal pasalnya, pada dasarnya kata ini termasuk kinayah yang bisa bermakna asli dan bisa juga tidak, namun jika dijabarkan bahwa keharuman bau harum yang disandarkan kepada Nabi saw. dalam bentuk rahmat. Implikasi dari penelitian ini adalah 1) Al-Barzanji adalah sebuah karya sastra yang paling akrab ditelinga bisa dikaji melalui berbagai pisau pendekatan, baik dari balaghah, Ilmu Arudh, Semantik, Sintaksis, dan berbagai cabang disiplin ilmu kebahasaan dan kesusastraan yang lainnya. Hal tersebut bisa menjadi salah satu sudut pandang bagi kaum intelektual muda di tengah maraknya isu bidâah dan haram terkait barzanji. 2) Isi teks dari barzanji bukan hanya tentang syair namun juga sirah Rasulullah serta gambaran kondisi budaya Arab saat itu, tentu hal ini bisa juga menjadi bahan perbandingan bagi penggelut sejarah keislaman maupun sirah Nabawiyah. 3) Dengan adanya penelitian ini kedepannya bisa memberi sumbangsih terhadap penelitian selanjutnya, khususnya penelitian dibidang semiotika, bahasa dan sastra. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih membutuhkan pengkajian yang lebih dalam maka dibutuhkan saran dan masukan yang membangun demi kebaikan penulisan ke depannya