15 research outputs found
Gambaran Kejadian Infeksi Pada Usia Lanjut
ABSTRACT Infection in the elderly is the second leading cause of morbidity and death in the world after cardiovascular disease. This event is closely related to the increase in the elderly population in the last few decades caused by an increase in human life expectancy. The causes of infection in elderly due to the presence of considerable chronic comorbidities, decreased resistance or immunity to infection, decreased communication power in the elderly and difficulty recognizing signs of infection early. Infection in the elderly is not only more frequent and more severe, but also have specialties related to clinical, laboratory and microbiological presentations. The purpose of this review is to provide an overview of the predisposition of infectious diseases in the elderly, immunesenescence in the elderly, the appropriate diagnostic and treatment approach in cases of infection in the elderly.Keywords : infection, elderly, immunesenescence Correspondence to : [email protected] ABSTRAK Infeksi pada usia lanjut merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbanyak kedua di dunia setelah penyakit kardiovaskuler. Kejadian ini berhubungan erat dengan peningkatan populasi penduduk usia lanjut pada beberapa dekade terakhir yang diakibatkan oleh peningkatan usia harapan hidup manusia. Penyebab terjadinya infeksi pada usia lanjut banyak disebabkan oleh karena adanya adanya penyakit komorbid kronik, penurunan daya tahan atau imunitas tubuh terhadap infeksi, penurunan kemampuan komunikasi pada usia lanjut sehingga jarang didapatkan keluhan serta sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Infeksi pada usia lanjut tidak hanya lebih sering terjadi dan lebih berat, namun juga memiliki kekhususan terkait presentasi klinis, laboratorium maupun mikrobiologi. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai predisposisi penyakit infeksi pada usia lanjut, gangguan respon imun pada usia lanjut (immunesenescence), pendekatan diagnosis dan tatalaksana yang tepat pada kasus infeksi pada usia lanjut. Kata kunci : infeksi, usia lanjut, gangguan respon imunKorespondensi : [email protected]
Hubungan Hiperglikemia Reaktif pada Stroke Iskemik Fase Akut dengan Gangguan Motorik Terhadap Keluaran Pasien Stroke Berdasarkan Indeks Barthel di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang
Latar Belakang: Menurut data WHO tahun 2012, stroke merupakan penyakit yang menyebabkan kematian terbesar ketiga di seluruh dunia setelah kanker dan penyakit jantung koroner serta terdapat 6,2 juta kematian disebabkan oleh stroke. Pada kondisi stroke akut sering kali mengalami hipertensi, hiperglikemia,dan leukositosis. Kenaikan kadar gula darah pada pasien stroke yang tidak memiliki riwayat diabetes sebelumnya disebut dengan hiperglikemia reaktif. Hal ini dapat mempengaruhi mortalitas dan morbiditas dari penderita stroke. Dimana kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan drastis sekresi kortisol sebagai respon terhadap segala jenis situasi stress yang diperantarai oleh susunan sistem saraf pusat melalui peningkatan aktivitas sistem aksis hipotalamus-pituitari-adrenal. penelitian ini dilakukan untuk melihat outcome atau hasil keluaran dari pasien stroke akut yang mengalami hiperglikemia dan akan dievaluasi dengan Indeks Barthel.Tujuan: Untuk mengetahui adanya hubungan antara hiperglikemia reaktif pada stroke fase akut dengan keluaran pasien stroke berdasarkan Indeks Barthel di Rumah Sakit Siti Khodijah SepanjangMetode: Menggunakan desain cross sectional dengan teknik pengambilan sampel sampling from consecutive admission yaitu menurut kasus yang datang berturut-turut sampai jumlah sampel terpenuhi. Penelitian ini dimulai dengan mengambil daftar pasien yang mengalami stroke iskemik di Instalasi Gawat Darurat, kemudian mengambil data pasien di ruangan rawat inap dengan melihat berkas rekam medis pasien untuk melihat nilai gula darah acak pasien pada fase akut serangan stroke, setelah itu melakukan penilaian Indeks Barthel pada hari kelima pasien dirawat.Hasil: Hasil uji statistik menggunakan Koefisien Kontingensi didapatkan nilai signifikan p: 0.039 (p<0,05)Simpulan:Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara hiperglikemia reaktif pada stroke fase akut dengan keluaran pasien stroke berdasarkan Indeks Barthel di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Background: According to World Health Organization (WHO) data in 2012, stroke is the third leading cause of death worldwide after cancer and coronary heart disease and there are 6.2 million deaths caused by stroke. Hypertension, hyperglycemia and leukocytosis can be occurred in acute stroke. Blood sugar levels that increase in acute phase stroke patients without a history of diabetes are referred to reactive hyperglycemia. This condition can affect the mortality and morbidity of stroke patients. this condition is likely caused by a drastic increase in cortisol secretion in response to all types of stressful situations mediated by the arrangement of the central nervous system through increased activity of the hypothalamic-pituitary-adrenal axis system. This research was conducted to see the outcome of acute stroke patients who have reactive hyperglycemia and will be evaluated with the Barthel Index.Objective: To know the relationship between reactive hyperglycemia in acute stroke patients with outcome of stroke patients based on Barthel Index in Siti Khodijah Hospital.Method: Using cross sectional design with sampling from consecutive admission sampling technique that is, according to consecutive cases until the number of samples are fulfilled. This research began by taking a list of patients who had an ischemic stroke in the Emergency Department, then taking patient data in the inpatient room by looking at the patient's medical record file to see the random blood sugar value in the acute phase of a stroke, after five days evaluated the outcome with the Barthel Index.Results: Statistical test results using Contingency coeffisience obtained significant value P: 0.036 (p< 0.05)Conclusion: The results of this study indicate the relationship between reactive hyperglycemia in acute stroke patients with outcome of stroke patients based on Barthel Index in Siti Khodijah Hospital Sepanjang Sidoarj
ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KONVERSI SPUTUM BASIL TAHAN ASAM PADA PENDERITA TUBERKULOSIS
Tuberculosis (TB) is caused by bacteria (Mycobacterium tuberculosis) that most often affect the lungs. The incidence of tuberculosis in Indonesia is high because the success rate of tuberculosis treatment has decreased which causes the chain of transmission continues to occur. The main government programs to decrese the incidence and increasing the success treatment with the Directly Observed Treatment (DOTS) program. One important indicator of the DOTS program to assessing the success of tuberculosis treatment is the conversion of positive AFB sputum to negative at the end of the intensive phase of treatment. AFB sputum conversion to negative at the end of the intensive phase of treatment is influenced by several internal factors such as level of education and income, gender, adherence, patient's nutritional status, and comorbidities. Then external factors can also influence the AFB sputum conversion in anti-tuberculosis treatment such as environmental conditions, smear positivity, drug taking supervisors (PMO), and availability of drugs in health facilities
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RS SITI KHODIJAH SEPANJANG
Terjadi peningkatan kasus diabetes mellitus dibanyak negara termasuk Indonesia. Salah satu komplikasi yang terjadi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 adalah hipertensi. Obesitas sendiri adalah kondisi tubuh yang memiliki berat badan diatas berat badan ideal. Obesitas menjadi salah satu faktor resiko yang meningkatkan seseorang untuk mengalami hipertensi. Melihat dari hasil beberapa penelitian sebelumnya pada tahun 2015 dan 2019 di Kabupaten Sintang dan Kota Tebing Tinggi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi pada pasien diabetes RS Siti Khodijah. Tujuan: Mengetahui adanya obesitas terhadap kejadian hipertensi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 RS Siti Khodijah. Metode: Penelitian yang dilakukan adalah bersifat analisis observasional dengan metode yang digunakan dalam penelitian adalah cross- sectional. Hasil: berdasarkan hasil uji koefisisen kontingensi didapatkan p = 0,933 (>0,05).Kesimpulan: tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada pasien diabetes mellitus tipe II di RS Siti Khodijah Sepanjang
Sedentary Lifestyle Phenomenon and Obesity Risk on Students at School and College during Transitions from Conventional School to Online School
Background: Online School was actively carried out during the COVID-19 pandemic in order to reduce social interaction, minimize outdoor activities, and decreasing airborne virus transmission. This activities mainly uses virtual media. During activities, students are advised and ordered to stay inside their house, which causes reduction towards physical activities. Said actions, causes a significant change in their lifestyle and can increase the risk of obesity.
Objective: To find out the phenomenon of obesity in conventional education school students, from elementary to high school, during the transition from face-to-face learning to long distance learning.
Methods: Reviewing several published scientific articles regarding the phenomenon of increased risk of obesity due to online school during the COVID-19 Pandemic.
Results: There is a relationship between online school that increased risk of obesity where are sedentary behavior, stress, and diet. This is because online school makes decreased physical activity, increased screen time, irregular sleep patterns, and stress. This can be experienced by any students.
Conclusion: Online learning during the COVID-19 pandemic is proven to escalate risks in students becoming obese, according to an additional increase in their sedentary lifestyle. Hence a modification in their lifestyle and routine is highly needed
Hubungan Intensitas Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FK UM Surabaya
Latar Belakang: Mahasiswa kedokteran memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya intensitas aktivitas fisik menjadi salah satu pemicunya. Maha-siswa mendengarkan perkuliahan dari pagi sampai sore dalam posisi yang sama yaitu duduk. Sehingga mahasiswa memiliki intensitas aktivitas fisik sedentary. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan intensitas aktivitas fisik dengan tingkat stres pada mahasiswa program studi pendidikan dokter FK UM SurabayaMetode: Penelitian dilakukan dengan metode analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Sampel sebesar 75 sampel. Pengambilan sampel secara simple random sampling. Pengukuran intensitas aktivitas fisik menggunakan kuisoner International Physical Activity Queistionnaire (IPAQ). Pada tingkat stres pengukuran menggunakan kuisioner Depression Anxiety Stress Scale 21 (DASS-21). Analisis data mengguanakan analisis SpearmanHasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan intensitas aktivitas fisik dengan tingkat stres dengan nilai signifikansi sebsar 0,000. Yang mana tingkat signifikansi <0,05 memiliki korelasi cukup. Nilai korelasi didapatkan sebesar -0,517. Hal ini menunjukkan adanya korelasi negatif yang kuat dimana intensitas fisik memiliki hubungan terbalik dengan tingkat stres.Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan berlawanan yang siginifikan antara intensitas aktivitas fisik dengan tingkat stress. Semakin tinggi tingkat intensitas aktivitas fisik, maka semakin rendah tingkat stress yang dialami mahasiswa kedokteran
EFEK PEMBERIAN SUPLEMEN WHEY PROTEIN TERHADAP KADAR PROTEIN KARBONIL PLASMA MENCIT (MUS MUSCULUS) YANG DIBERI PERLAKUAN AKTIVITAS EKSENTRIK
Latar belakang: Protein karbonil merupakan marker terjadinya okidasi protein di dalam tubuh. Oksidasi protein terjadi oleh karena kadar ROS yang meningkat pada kondisi stress oksidatif. Whey protein mengandung asam amino sistein, yang dapat mensintesis glutation endogen, sehingga mampu menghabat terjadinya stress oksidatif.
Tujuan: Mengetahui efek suplemen whey protein terhadap penurunan kadar protein karbonil plasma pada aktivitas fisik eksentrik
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan randomized post-test only control group design dan menggunakan 30 ekor mencit jantan (Mus musculus) strain Balb/c, dibagi menjadi lima kelompok, yaitu K1 (placebo, langsung diambil darah), K2 (placebo selama 3 hari + lari downhill, darah diambil 4 jam setelah lari), K3 (whey protein selama 3 hari + lari downhill, darah diambil 4 jam setelah lari), K4 (placebo selama 3 hari + lari downhill, darah diambil 72 jam setelah lari), K5 (whey protein selama 3 hari + lari downhill, darah diambil 72 jam setelah lari). Pengambilan darah tersebut digunakan untuk pemeriksaan kadar protein karbonil plasma.
Hasil: Analisis statistik uji Post Hoc Games Howell menunjukkan kadar protein karbonil menurun signifikan pada kelompok yang diberi whey protein, dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi whey protein terutama pada jam ke 72 setelah lari downhill (p = 0,006)
Kesimpulan: Terdapat efek positif pemberian whey protein terhadap penurunan kadar protein karbonil plasma pada aktivitas fisik eksentri