5 research outputs found

    KELUHAN PENDENGARAN DAN PEMETAAN KEBISINGAN PADA INDUSTRI PENGGERGAJIAN KAYU UD. MAYOA KABUPATEN JEMBER

    Get PDF
    Keluhan pendengaran, menurut banyak penelitian telah dinyatakan berkorelasi positif dengan kehilangan pendengaran. Kehilangan pendengaran merupakan penyebab kecacatan keempat tertinggi di dunia dan dapat disebabkan oleh paparan kebisingan di tempat kerja. Banyak penelitian mengungkapkan bahwa salah satu sektor pekerjaan dengan tingkat kebisingan tinggi di area kerjanya adalah pengolahan kayu. WHO merekomendasikan adanya tindakan identifikasi gangguan pendengaran beserta penyebabnya, dan menerapkan tindakan pencegahan untuk membatasi dampak merugikan yang ditimbulkan oleh paparan kebisingan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan keluhan pendengaran yang dialami pekerja dan memetakan intensitas kebisingan di tempat kerja industri penggergajian kayu UD. Mayoa Jember guna menentukan jenis alat pelindung telingan / pendengaran yang dibutuhkan oleh pekerja. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang didapatkan melalui wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada seluruh pekerja yang berjumlah 32 orang. Observasi dilakukan dengan melakukan pengukuran intensitas kebisingan pada 139 titik pengukuran yang tersebar di seluruh area kerja. Pengolahan data untuk pembuatan peta sebaran kebisingan dilakukan dengan bantuan aplikasi Surfer ver.16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami keluhan pendengaran pada level yang tidak mengganggu aktifitas. Pemetaan intensitas kebisingan menunjukkan bahwa kebisingan yang terjadi pada saat jam kerja berkisar antara 73,8 – 105,2 dBA dan luas area dengan tingkat kebisingan di atas NAB adalah sekitar 500 m2. Intensitas pada saat jam istirahat berkisar antara 68,2 – 101,0 dBA dengan luas area dengan tingkat kebisingan di atas NAB adalah kurang dari 30 m2. APT yang direkomendasikan untuk tingkat kebisingan 86 - 95 dBA adalah sumbat telinga, untuk kebisingan 96 – 100 dBA adalah sumbat telinga/penutup telinga, sedangkan untuk kebisingan lebih dari 100 dBA adalah perlindungan ganda yakni sumbat telinga dan penutup telinga. Saran yang dapat diberikan kepada pengurus usaha adalah untuk melakuan redesain jam kerja atau melakukan rotasi kerja

    EFEKTIVITAS METODE EDUKASI TRICKY CARD GAME DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN LANSIA TERHADAP PENCEGAHAN HIPERTENSI DI SEKOLAH EYANG-EYANG KABUPATEN JEMBER

    Get PDF
    Provinsi Jawa Timur memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi (36.8%) dibandingkan dengan prevalensi nasional (34.1%) pada tahun 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Jember (2016) menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi primer pada usia lanjut yang ditangani puskesmas di Kabupaten Jember sebanyak 59.736 kasus sedangkan prevalensi hipertensi pada lanjut usia di kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember sebesar 41,88 %. Kejadian hipertensi ini akan terus meningkat apabila tidak dicarikan solusi yang tepat dalam penanganannya. Padahal akan timbul beberapa dampak negatif bagi penderita hipertensi terutama lansia salah satunya timbulnya komplikasi yang berujung kepada kematian. Metode edukasi tricky card game dapat dijadikan sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Desain penelitian ini adalah intervensi menggunakan metode tricky card game. Metode edukasi tricky card game ini meliputi empat kegiatan inti antara lain penyuluhan yang interaktif, permainan yang edukatif, pemberian buku panduan hidup sehat bebas hipertensi dan konsultasi serta pengukuran tekanan darah. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota sekolah eyang – eyang di Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember. Intervensi dilakukan selama satu bulan. Hasil dari intervensi menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan lansia terhadap pencegahan hipertensi (p value < 0.05). Terjadi peningkatan jumlah lansia yang memiliki nilai tes ≥ 70 pada sebelum (33.33%) dan sesudah (60%) intervensi. Selain itu, terjadi penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik dari lansia sebelum dan sesudah intervensi (p value < 0.05). Jumlah lansia yang mengalami penurunan tekanan darah sistolik sebesar 66.67% dan distolik (33.3%). Dengan demikian, metode edukasi tricky card game dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk pencegahan hipertensi pada lansia

    Posyandu on the Road

    Get PDF
    Health is a basic right for every human being from the age of infants, toddlers, teens, adults to old age as stated in the Constitution of the Republic of Indonesia 1945 section 28H paragraph 1 (UUD RI 1945 pasal 28H ayat 1) and also as an investment, so it needs to be pursued and enhanced by each individual, in order to achieve an optimal level of public health. One form of community empowerment efforts in the health sector is to develop Posyandu. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) is a container-managed public health services and hosted from, by, for, and with the community with support services and technical guidance from health professionals, which aims to develop human resources. Community awareness nutrition and health still lack, especially to the rural communities. Most mothers of infants and toddlers lazy to bring them to the Posyandu, as well as pregnant women. Posyandu on the Road is one of the solutions to overcome the problem of lazy mothers who come to the Posyandu. Posyandu on the Road carried from door to door that meaning volunteers and health workers visited one of the houses that have infants, toddlers, and pregnant women. Posyandu on the Road have the same activity with regular Posyandu. Difference of Posyandu on the Road with normal Posyandu lies in the place, where Posyandu on the Road using the car, while the regular Posyandu held in resident’s house or in the village hall. Posyandu on the Road is expected to contribute to improving the quality of human resources that will be the potential for the development of the nation's health.

    Analisis Kandungan Gizi Mikro Biskuit Crackers Berbahan Dasar Ikan Patin (Pangasius sp.) dan Daun Kelor (Moringa oleifera)

    Get PDF
    Pengembangan produk crackers berbahan dasar ikan patin dan daun kelor dapat menjadi alternatif pilihan dalam mengatasi rendahnya kandungan gizi khususnya sumber zat gizi mikro pada makanan selingan. Penelitian ini bertujuan  untuk menganalisis kandungan dari zat gizi mikro yaitu vitamin A, vitamin B2, vitamin E , seng dan kalsium pada biskuit crackers berbahan dasar patin dan daun kelor. Metode penelitian ini menggunakan desain experimental study. Penelitian dilaksanakan dilaksanakan selama dua bulan dari oktober-november 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa crackers memiliki kandungan gizi vitamin A sebesar 40,35 µg/100 g, vitamin B2 sebesar 2,39 mg/100 g, vitamin E 11,09 mg/100 g, seng sebesar 2,76 mg/100, dan kalsium 334,2 mg/100 g. Vitamin B2, vitamin E, seng dan kalsium pada crackers dapat memberikan kontribusi >10% dari total kecukupan gizi harian remaja sedangkan kandungan vitamin A berkontribusi 5-6.5% terhadap kecukupan gizi remaja. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan biskuit crackers berbahan dasar ikan patin dan daun kelor dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif cemilan yang kaya akan zat gizi mikro bagi remaja

    Inisiasi Peran Guru Sekolah Dasar dalam Upaya Pengendalian Risiko Green Tobacco Sickness (GTS) pada Siswa Anak Buruh Tembakau

    No full text
    Tembakau merupakan komoditas potensial yang massif dikembangkan di Indonesia. Di sisi lain, proses budidaya dan kegiatan pasca panen tembakau menimbulkan masalah kesehatan, sosial, dan ekonomi yang saling berkaitan seperti adanya risiko Green Tobaco Sickness (GTS) pada anak yang terlibat dalam proses pengolahan tembakau karena terpaksa membantu orang tuanya yang terdesak masalah ekonomi. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk menginisiasi  peran guru sekolah dasar di desa penghasil tembakau dalam upaya mengendalikan risiko GTS pada siswanya yang merupakan anak buruh tembakau. Kegiatan ini dilaksanakan di MI Darussalam 02 yang berlokasi di Desa Bagon Kecamatan Puger Kabupaten Jember pada Agustus - Oktober 2021 dengan seluruh guru di sekolah tersebut sebagai khalayak sasaran. Tahapan kegiatan ini dibagi menjadi 3 yakni persiapan, penyuluhan tentang pengendalian GTS, serta monitoring pelaksanaan pendekatan dan edukasi tentang pengendalian risiko GTS oleh khalayak sasaran kepada siswa. Kegiatan pengabdian ini dinilai telah mampu mengisiasi khalayak sasaran untuk berperan dalam mengendalikan risiko GTS pada siswa MI Darussalam 02 yang biasa membantu orang tuanya mengolah daun tembakau segar. Hal ini didukung dengan adanya peningkatan literasi khalayak sasaran tentang tata cara pengendalian risiko GTS, munculnya kemauan dan kemampuan khalayak sasaran untuk berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan edukasi tentang tata cara pengendalian risiko GTS kepada siswanya.Tembakau merupakan komoditas potensial yang massif dikembangkan di Indonesia. Di sisi lain, proses budidaya dan kegiatan pasca panen tembakau menimbulkan masalah kesehatan, sosial, dan ekonomi yang saling berkaitan seperti adanya risiko Green Tobaco Sickness (GTS) pada anak yang terlibat dalam proses pengolahan tembakau karena terpaksa membantu orang tuanya yang terdesak masalah ekonomi. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk menginisiasi  peran guru sekolah dasar di desa penghasil tembakau dalam upaya mengendalikan risiko GTS pada siswanya yang merupakan anak buruh tembakau. Kegiatan ini dilaksanakan di MI Darussalam 02 yang berlokasi di Desa Bagon Kecamatan Puger Kabupaten Jember pada Agustus - Oktober 2021 dengan seluruh guru di sekolah tersebut sebagai khalayak sasaran. Tahapan kegiatan ini dibagi menjadi 3 yakni persiapan, penyuluhan tentang pengendalian GTS, serta monitoring pelaksanaan pendekatan dan edukasi tentang pengendalian risiko GTS oleh khalayak sasaran kepada siswa. Kegiatan pengabdian ini dinilai telah mampu mengisiasi khalayak sasaran untuk berperan dalam mengendalikan risiko GTS pada siswa MI Darussalam 02 yang biasa membantu orang tuanya mengolah daun tembakau segar. Hal ini didukung dengan adanya peningkatan literasi khalayak sasaran tentang tata cara pengendalian risiko GTS, munculnya kemauan dan kemampuan khalayak sasaran untuk berperan aktif dalam melaksanakan kegiatan edukasi tentang tata cara pengendalian risiko GTS kepada siswanya. &nbsp
    corecore