45 research outputs found

    PEMBERDAYAAN DAI LOKAL DARI DAKWAH KONVENSIONAL MENUJU DAKWAH PROFESIONAL DI KABUPATEN PASAMAN, SUMATERA BARAT

    Get PDF
    Program Da’i Nagari merupakan program pemberdayaan elemen masyarakat di kabupaten Pasaman khususnya di bidang keagamaan dengan mengangkat Da’i yang berasal dari SDM lokal nagari (desa) untuk membangun nagari. Program yang dimulai sejak tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pasaman bernomor: 188.45/321/BUP-Pas/2003 hingga saat ini program Da’i Nagari masih tetap berjalan (Arsip Kesra Kabupaten Pasaman).Program Da’i Nagari yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat, terinspirasi dari keberadaan ulama di Minangkabau pada masa lalu yang memiliki andil besar dan memberikan kontribusi yang luar biasa dalam membangun masyarakat Minangkabau.Keberadaan Ulama “tempo doeloe” bukan sekedar sebatas pendakwah, namun lebih dari itu sebagai motor penggerak pembangunan masyarakat menuju masyarakat yang egaliter, demokratis dan mandiri di Minangkabau. Peran ulama yang besar tersebut dalam masyarakat menjadikan keberadaan ulama pada masa lalu di Minangkabau setara dengan pemimpin pucuk atau yang dikenal dengan “Rajo Tigo Nan Tigo Selo” (Raja yang Tiga Sela) yaitu pertama, Raja Alam yang berkedudukan di Pagaruyung sebagai pimpinan yang menyatukan adat dan dan Agama, kedua, raja adat yang berkedudukan di Buo sebagai pemegang kekuasaan tertingi dibidang adat dan ketiga, Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di bidang agama.Perjalanan panjang sejarah di Minangkabau khususnya berbagai peristiwa yang mewarnai perjalanan masyarakat tersebut, mulai dari penaklukan Minangkabau oleh Belanda dan melemahnya otoritas tradisional di Minangkabau, secara perlahan-lahan memberi pengaruh terhadap pelemahan peran dan kedudukan tokoh agama di masyarakat. Tokoh agama pada awalnya setara dengan pimpinan tertinggi di masyarakat melalui pola kepemimpinan Tungku T igo Sajarangan (ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai/ umara, ulama dan cendikia) yang intinya sebagai pimpinan yang memiliki peran penting dalam pembangunan masyarakat. Peran itu lambat laun mulai menyempit dengan pengertian dakwah yang sempit. Dakwah di maknai sebatas hubungan manusia dengan tuhannya (Hablum min Allah), dan sering mengabaikan bahkan melalaikan perannya sebagai transformasi sosial (Hablum min Annas).Keberadaan program pemberdayaan Da’i nagari di Kabupaten Pasaman, memperluas fungsi Da’i bukan saja sebagai pendakwah yang berkutat pada ceramah dan kajian agama semata (dakwah konvensional) tetapi lebih dari itu sebagai transformasi sosial dalam menanggapai dan menyelesaikan persoalan- sosial kemasyarakatan, baik ekonomi, sosial dan budaya umat (Dakwah profesional). Konsekuensi dari Da’i Nagari profesional ini pemerintah kabupaten Pasaman juga memberikan berbagai persyaratan dalam pengangkat Da’i Nagari tersebut berupa persyaratan pendidikan seperti sarjana, dan persyaratan kompetensi sosial, kompetensi personal dan kompetensi profesional lainnnya

    HARMONY IN DIVERSITY: STUDY ON POTENTIAL HARMONIOUS MULTICULTURAL SOCIETY "PANTARA" REGIONS (PANTI-TAPUS-RAO) NORTHERN BORDER OF WEST SUMATRA

    Get PDF
    Pantara region (Panti-Tapus-Rao) is an area that lies on the border north Sumatra Indonesia consists of diverse cultures, ethnicities, races and religions. This area is a picture of a multicultural society, scattered in various corners of the village. The society of Pantara is a homogeneous society both in terms of custom and religion in Minangkabau. During the era Pagaruyung Kingdom in Minangkabau, Pantara region was given region's special autonomy status called "Lordship of Padang Nunang" located in Rao. The status of “Lordship” as shoreline areas (regions in power) is given by the special autonomous kingdom of Pagaruyung, contributing to strengthen society of "Pantara" as an honor for indigenous of Minangkabau tradition which holds the tradition of, "Tradition founded upon Islamic law, Islamic law founded upon the Qur'an" (adat basandi syara', syara' basandi Kitabullah). The massive arrival of Batak Toba and Mandailaing in the early days of independence to Pantara region(Panti-Tapus-Rao), change homogenous society into a heterogeneous society. The diversity in Pantara region covers ethnicity and culture as well as diversity in religion. Batak Toba and Mandailing society share the same patrilineal culture, but they are different in terms of religion. Batak Toba society made Protestants association or better known as HKBP while Mandailing community embraced Islam. Minangkabau people have the same religion as the Mandailing, because both are Moslem but they are different in customs. Mandailing embraced patrilineal while indigenous Minangkabau is matrilineal. On the other hand, Batak and Minang people different both in religion and culture. Batak are Christians while the Minangkabau are Muslims. The presence of Javanese people who come when it was brought by the Dutch, and the arrival of Malay people who chose to stay in the region participated Pantara enrich the diversity of Pantara region. Pantara region now has turned into a society that is heterogeneous in terms of ethnicity, religion, culture and language, they are live together in harmony, although sometimes arise, but can be mitigated and resolved quickly.There are some factors to live in harmony in diversity within the multicultural society of Pantara: 1). Understanding of religious teachings which are sublime and peaceful, 2). Values of local wisdom, 3). Recognition of newcomers, 4). And the pattern of leadership in the communit

    Pemberdayaan Dai Lokal Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah Profesional Di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat

    Get PDF
    Program Da\u27i Nagari merupakan program pemberdayaan elemen masyarakat di kabupaten Pasaman khususnya di bidang keagamaan dengan mengangkat Da\u27i yang berasal dari SDM lokal nagari (desa) untuk membangun nagari. Program yang dimulai sejak tahun 2003 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pasaman bernomor: 188.45/321/BUP-Pas/2003 hingga saat ini program Da\u27i Nagari masih tetap berjalan (Arsip Kesra Kabupaten Pasaman).Program Da\u27i Nagari yang dicanangkan oleh pemerintah kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat, terinspirasi dari keberadaan ulama di Minangkabau pada masa lalu yang memiliki andil besar dan memberikan kontribusi yang luar biasa dalam membangun masyarakat Minangkabau.Keberadaan Ulama “tempo doeloe” bukan sekedar sebatas pendakwah, namun lebih dari itu sebagai motor penggerak pembangunan masyarakat menuju masyarakat yang egaliter, demokratis dan mandiri di Minangkabau. Peran ulama yang besar tersebut dalam masyarakat menjadikan keberadaan ulama pada masa lalu di Minangkabau setara dengan pemimpin pucuk atau yang dikenal dengan “Rajo Tigo Nan Tigo Selo” (Raja yang Tiga Sela) yaitu pertama, Raja Alam yang berkedudukan di Pagaruyung sebagai pimpinan yang menyatukan adat dan dan Agama, kedua, raja adat yang berkedudukan di Buo sebagai pemegang kekuasaan tertingi dibidang adat dan ketiga, Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di bidang agama.Perjalanan panjang sejarah di Minangkabau khususnya berbagai peristiwa yang mewarnai perjalanan masyarakat tersebut, mulai dari penaklukan Minangkabau oleh Belanda dan melemahnya otoritas tradisional di Minangkabau, secara perlahan-lahan memberi pengaruh terhadap pelemahan peran dan kedudukan tokoh agama di masyarakat. Tokoh agama pada awalnya setara dengan pimpinan tertinggi di masyarakat melalui pola kepemimpinan Tungku T igo Sajarangan (ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai/ umara, ulama dan cendikia) yang intinya sebagai pimpinan yang memiliki peran penting dalam pembangunan masyarakat. Peran itu lambat laun mulai menyempit dengan pengertian dakwah yang sempit. Dakwah di maknai sebatas hubungan manusia dengan tuhannya (Hablum min Allah), dan sering mengabaikan bahkan melalaikan perannya sebagai transformasi sosial (Hablum min Annas).Keberadaan program pemberdayaan Da\u27i nagari di Kabupaten Pasaman, memperluas fungsi Da\u27i bukan saja sebagai pendakwah yang berkutat pada ceramah dan kajian agama semata (dakwah konvensional) tetapi lebih dari itu sebagai transformasi sosial dalam menanggapai dan menyelesaikan persoalan- sosial kemasyarakatan, baik ekonomi, sosial dan budaya umat (Dakwah profesional). Konsekuensi dari Da\u27i Nagari profesional ini pemerintah kabupaten Pasaman juga memberikan berbagai persyaratan dalam pengangkat Da\u27i Nagari tersebut berupa persyaratan pendidikan seperti sarjana, dan persyaratan kompetensi sosial, kompetensi personal dan kompetensi profesional lainnnya

    Perilaku Sosial Remaja Awal Korban Broken Home di Jorong Patangahan Kec. Tilatang Kamang Kab. Agam

    Get PDF
    Permasalahan dalam penelitian ini ditemukan bahwa Broken home atau peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang mendalam. Kasus ini menimbulkan stres, tekanan dan menimbulkan perubahan fisik dan mental yang dapat dialami oleh semua anggota keluarga, ayah, ibu dan anak. Masalah yang dapat timbul oleh keadaan ini salah satunya adalah perilaku agresif yang ditunjukan oleh anak serta perubahan pada perilaku sosial lainya. Di jorong patangahan di temukan masalah bahwasanya anak yang broken home ini banyak yang memiliki masalah setelah kedua orang tuanya berpisah, karna hal itu memicu anak remaja memiliki perilaku sosial yang sedikit bemasalah, baik itu perilaku nya di masyarakat, sekolah, maupun di dalam lingkungan keluarga sekalipun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku sosial remaja awal korban Broken Home di jorong patangahan Kec. Tilatang Kamang, Kab.Agam. Penelitian  ini  merupakan  penelitian  lapangan  yang bersifat  Deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan atau penelitian yang menggambarkan, menuturkan dan menafsirkan suatu fenomena yang berkembang pada masa sekarang. Di mana penelitian ini memberikan suatu gambaran tentang perilaku sosial Remaja awal korban Broken Home di jorong Patangahan, Kec. Tilatang Kamang, Kab. Agam. Informan dalam penelitian ini terdiri dari  informan  kunci  yaitu  Remaja awal yang menjadi korban broken home, bapak jorong, masyarakat dan orang tua remaja korban broken home. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang  dilakukan dapat dikemukakan bahwa perilaku sosial remaja korban broken home di Jorong Patangahan, Kec. Tilatang Kamang, Kab. Agam. Seperti menjadi anak yang suka melawan dari sebelumnya serta suka berkelahi dari yang sebelumnya, suka bereselisih dan bertengkar, suka menggoda, Serta menimbulkan perilaku yang agresif seperti meenjadi anak yang keras kepala suka berkelahi dan membangkang kepada orang tua. Memiliki tingkah laku berkuasa, serta suka mentingkan diri sendiri dari yang sebelumnya.&nbsp

    PENERAPAN PERMAINAN TRADISIONAL “MANJALO” SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KETERAMPILAN

    Get PDF
    Penelitian ini beranjak dari masalah yang fundamental dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini khususnya pada Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal. Terindikasi beberapa kekeliruan yang dilakukan dalam pembelajaran pada TK/RA, misalnya pembelajaran yang mengedapankan pembelajaran Baca-Tulis-Berhitung (Calistung) kepada anak usia dini, padahal tidak semua anak memiliki kesiapan untuk pembelajaran yang berorientasi akademik tersebut.Pada sisis lain, para orang tua juga memiliki kekeliruan dalam memahami pembelajaran di TK/RA. Para orang tua memandang bahwa keberhasilan anaknya dalam belajar di TK/RA adalah ketika anaknya memiliki kemampuan Calistung. Tuntutan para orang tua di atas menjadikan para guru di TK/RA sehingga kebanyakan guru di TK/RA berorientasi pada pembelajaran yang bersifat akademik seperti Calistung dan mengabaikan pembelajaran yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada anak khususnya pada keterampilan sosial seperti bekerjasama, aktivitas sosial, percaya diri dan sebagainya. Pengabaian terhadap pengembangan keterampilan sosial anak sejak dini bisa berakibat fatal pada perkembangan anak selanjutnya dikehidupannya kelak. Berdasarkan berbagai permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial anak melalui penerapan permainan tradisional “Manjalo” sebagai upaya menumbuhkan Keterampilan sosial anak sejak dini. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian kuasi eksperimen dengan kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengungkap pengaruh penerapan permainan tradisional Manjalo terhadap peningkatan keterampilan sosial anak usia dini. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keterampilan sosial anak dengan penerapan permainan tradisional “Manjalo” lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak menerapkan permainan dalam proses pembelajaran

    PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI MASYARAKAT INDONESIA YANG MAJEMUK

    Get PDF
    The diversity of Indonesia is a national asset which has long been considered by the founders of this nation.  It is thought that being diversity is not a barrier to realize the unity of the Republic of Indonesia.  However, the current state of our nation building indicates that such a spirit has declined as conflicts among the tribes lead to unlawful acts which raise the issues of tribes, tradition or race, and religion.  Education as a tool to resolve problems either as a state or a nation.  As a multicultural country, Indonesia is striving to horizontal conflict which may break the unity.  Multicultural education is, therefore, expected to be able to resolve the national conflicts.Copyright © 2013 by Al-Ta'lim All right reservedDOI: 10.15548/jt.v20i3.4

    Penerapan Metode Demonstrasi Pada Santri Kelas Vii Oleh Guru Fiqih Di Pondok Pesantren Al-Mutaqin Balai-Belo Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam

    Get PDF
    Penelitian ini dilatar belakangi oleh guru mata pelajaran Fiqih yang belum sepenuhnya melaksanakan metode demonstrasi sesuai dengan langkah-langkah seharusnya di kelas VII MTs Al-Mutaqin, sehingga pengawasan terhadap seluruh siswa tidak menyeluruh, siswa menjadi pasif dalam belajar dan merasa bosan dan jenuh. Langkah-langkah yang tidak terlaksana tersebut diantaranya mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi, memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, belum keseluruhan siswa diberi kesempatan dalam mendemonstrasikan. Jenis penelitian ini penelitian lapangan (fiel research) dengan jenis pendekatan kualitatif (qualitatife research), penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa. Pengolahan data dilakukan dengan cara penyelesaian jawaban informan yang sesuai dengan hal-hal yang penulis teliti, adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Fiqih, dan yang menjadi informan pendukungnya adalah kepala sekolah dan siswa kelas VII Pondok Pesantren Al-Mutaqin Balai-belo Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam, teknik pengumpulan data penulis lakukan obeservasi, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi di kelas VII Pondok Pesantren Al-Mutaqin Balai-belo telah terlaksana tetapi belum maksimal. Langkah-langkah Pelaksanaan tersebut terdiri dari pembukaan seperti, merumuskan tujuan, mempersiapkan garis besar, mempersiapkan peralanan dan media, memperhitungkan waktu. Sedangkan dalam pelaksanaannya yaitu mengatur kelas, mengemukakan tujuan, memberikan tugas, memeperlihatkan tahapan kerja, dan memeberikan tugas lanjutan. Dan untuk penutupnya guru merangkum dan menyimpulkan pembelajaran, memberikan tugas atau pekerjaan rumah dan mengevalusi siswa. Dari langkah diatas yang belum dilakukan oleh guru yaitu mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, belum keseluruhan siswa diberi kesempatan dalam mendemonstrasikan

    Problematika Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Payakumbuh

    Get PDF
    Penelitian ini membahas problematika dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMKN 4 Payakumbuh. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui observasi langsung, evaluasi belajar, dan wawancara dengan kepala sekolah, siswa, dan guru. Hasil penelitian menunjukkan beberapa problematika dalam proses pembelajaran PAI, antara lain kurangnya keterampilan penyampaian materi dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, penggunaan media tradisional yang masih dominan, dan kurangnya kedisiplinan guru. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut termasuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyampaikan materi dan memanfaatkan teknologi, serta meningkatkan disiplin guru. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan partisipasi siswa dalam pembelajaran PAI di SMKN 4 Payakumbuh.Media pembelajaran di SMKN 4 Payakumbuh perlu ditingkatkan kembali karena masih banyak menggunakan media tradisional. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMKN 4 payakumbuh baik. Problematika dalam proses pembelajaran adalah kurangnya kedisiplinan guru. Berbagai upaya yang dilakukan untuk menanggulangi problematika dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, upaya yang dilakukan guru PAI dan kepala sekolah dapat memberikan rangsangan kepada siswa dan menarik minat siswa kepada pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan supaya pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat berjalan dengan baik
    corecore