15 research outputs found

    Pandangan Etnis Tionghoa Surabaya terhadap Perempuan Etnis Tionghoa Shio Macan 泗水华人对属虎女性华人之看法

    Full text link
    Penelitian meneliti pandangan etnis Tionghoa bukan shio macan dan shio macan terhadap etnis Tionghoa perempuan shio macan, mengenai sifat dan perjodohannya. Kajian pustaka meliputi pengertian dua belas shio; pengertian shio macan di antara dua belas shio dan sifat perempuan shio macan; jenis-jenis unsur shio macan; keadaan pernikahan perempuan shio macan dengan shio lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan responden berjumlah sebelas responden yang terdiri atas tiga laki-laki dan tiga perempuan bukan shio macan, serta lima perempuan shio macan. Hasil analisis menemukan sebagian besar responden mengerti tentang shio; semua responden mengatakan perempuan shio macan unsur api galak; semua responden mengatakan perempuan shio macan tidak cocok menikah dengan lelaki shio monyet, sebagian responden mengatakan perempuan shio macan tidak cocok menikah shio ular; responden perempuan shio macan sendiri justru berpendapat perempuan shio macan juga tidak cocok menikah dengan laki-laki shio kelinci dan ayam

    LAPORAN KASUS: TRANSFORMASI ERITRODERMA PSORIATIKA MENJADI LIMFOMA SEL T-KUTAN

    Get PDF
    Background: Erythrodermic psoriasis (EP) is a severe type of psoriasis, a chronic inflammatory disease characterized by general erythematous condition with thick scale all around the body. The treatment of EP consists systemic medications like cyclosporine or methotrexate and biologic agents, which lately suggested related to the development of cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) in severe psoriasis patients. Case Report: A 45-year old, Javanese male was diagnosed previously with EP that transformed to CTCL. His previous history, he was histologically confirmed as psoriasis vulgaris since 2014 and was treated regularly with methotrexate. After 5 years, he gradually suffered several episodes of erythrodermic condition and was diagnosed with erythrodermic psoriasis with unusual pruritic hyperkeratotic plaques and ulcers on his trunks without any general lymph nodes enlargement. Peripheral blood smear showed Sezary cell and histopathology result confirmed CTCL. He was treated with combination of radiotherapy, phototherapy and topical regiments with a good result and acceptable. Discussion: Several studies suggested that severe psoriasis had increased the susceptibility of CTCL, especially with the use of cyclosporine, methotrexate or biologic agents as the treatment. In this case, methotrexate might play role in the development of CTCL or enhanced the transformation of EP to CTCL. Combination of localized radiation therapy, NBUVB and topical therapy gave a quiet good result for the skin condition and increased patient’s quality of life. Conclusion: Erythrodermic psoriasis might transform or develop to CTCL which in this case was probably related to the use of methotrexate.    Latar Belakang. Eritroderma psoriatika (EP) merupakan bentuk psoriasis yang berat dan kronik, ditandai dengan kemerahan disertai sisik yang tebal di hampir seluruh tubuh. Tatalaksana EP terdiri dari pengobatan sistemik sepertik siklosporin atau metotreksat, seta agen biologis, yang akhir-akhir ini diperkirakan berhubungan dengan perubahan bentuk klinis dari psoriasis menjadi limfoma sel-T kutan (CTCL). Laporan Kasus. Seorang laki-laki, suku Jawa berusia 45 tahun sebelumnya telah didiagnosis sebagai eritroderma psoriatika berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologik yang mendukung psoriasis sejak tahun 2014. Pasien mendapatkan terapi berupa metotreksat secara regular. Setelah 5 tahun, pasien mengalami beberapa kali episode eritroderma dan gambaran klinis terakhir, terdapat lesi plak hiperkeratotik anuler disertai dengan ulserasi dan gatal yang hebat. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan Sel Sezary dan pada pemeriksaan histopatologik mendukung diagnosis CTCL. Pasien diterapi dengan kombinasi radioterapi, fototerapi dan topikal dengan hasil yang memuaskan. Diskusi. Beberapa penelitian menyatakan psoriasis berat meningkatkan risiko kerentanan menjadi CTCL, terutama pada penggunaan siklosporin, metotreksat dan agen biologi sebagai lini pertama tatalaksananya. Pada kasus ini, penggunaan metrotreksat diduga berperan pada transformasi eritroderma psoriatika menjadi CTCL. Kombinasi terapi dengan radioterapi lokal dengan NBUVB serta terapi topikal memberikan hasil yang cukup baik pada kulit dan meningkatkan kualitas hidup pasien Kesimpulan. Eritroderma psoriatika dapat mengalami transformasi menjadi CTCL dalam kasus ini diduga akibat penggunaan metotreksat

    Korelasi Akurasi antara Kateter dengan Ultrasonografi Transabdominal untuk Mengukur Volume Kandung Kemih

    Get PDF
    Tujuan: Mencari korelasi antara kateterisasi dengan USG transabdominal untuk mengukur volume KK dan volume urin sisa dan menentukan nilai diagnostik USG transabdominal untuk mendiagnosa retensio urin. Rancangan penelitian: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan rancangan potong lintang (cross sectional) untuk menilai korelasi dan menentukan nilai diagnostik. Tempat penelitian: (1) Klinik Anggrek Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), (2) IGD Lt. III RSCM. Bahan dan cara kerja: Selama kurun Oktober 2003 sampai Agustus 2004, dilakukan pengukuran volume KK dan volume urin sisa pada 90 pasien postpartum nifas hari pertama, kedua dan ketiga. Volume KK dan volume urin sisa diukur secara USG transabdominal dibandingkan dengan hasil pengukuran secara kateterisasi yang merupakan baku emas. Volume KK dianggap merupakan kapasitas KK dan volume urin sisa ialah urin yang masih terdapat dalam KK segera setelah pasien berkemih. USG transabdomina1 digunakan untuk mendiagnosa adanya retensio urin dengan titik potong urin sisa 200 ml dan kateterisasi sebagai baku emas. Dilakukan 3 formula USG (formula 1, 2 dan 3). Hasil: Untuk pengukuran volume KK didapatkan korelasi yang kuat antara USG formula 1, 2 dan 3 dengan tindakan kateterisasi, masingmasing dengan R 0,84, 0,87 dan 0,80, tapi hanya formula 2 USG yang menghasilkan pengukuran volume KK yang tidak berbeda bermakna dengan tindakan kateterisasi. Pada pengukuran volume urin sisa didapatkan korelasi yang kuat antara USG formula 1, 2 dan 3 dengan kateterisasi masing-masing R 0,85, 0,87 dan 0,85, juga hanya formula 2 yang menghasilkan pengukuran urin sisa yang tidak berbeda bermakna dengan tindakan kateterisasi. USG formula 2 dapat mendiagnosa kondisi retensio urin dengan Se 87%, Sp 95,5%, NDP (nilai duga positif) 87% dan NDN (nilai duga negatif) 96%. Kesimpulan: Pengukuran volume KK dan volume urin sisa secara ultrasonografi transabdominal mempunyai korelasi yang kuat dengan tindakan kateterisasi. Sehingga USG transabdominal dapat dijadikan sebagai alternatif dari penggunaan kateter. Hal ini akan membuat tindakan kateterisasi menjadi lebih selektif. Terutama dalam hal diagnostik seperti kondisi retensio urin, sehingga penggunaan USG transabdominal akan mengurangi efek samping berupa infeksi dan trauma akibat penggunaan kateter yang bersifat invasif. [Maj Obstet Ginekol Indones 2006; 30-2: 104-11] Kata kunci: vo1ume KK, volume urin sisa. USG transabdominal, kateterisasi

    PERBEDAAN PREVALENSI PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Prof. dr. MARGONO SOEKARJO PERIODE 2010 – 2014

    Get PDF
    Infeksi menular seksual (IMS) saat ini menjadi masalah yang cukup besar selain karena jumlah kasus baru yang masih tinggi, juga karena IMS dapat menimbulkan gejala yang berat, infertilitas dan disabilitas baik pada laki-laki, perempuan maupun bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prevalensi dan karakteristik IMS berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) RSUD Prof dr. Margono Soekarjo pada kurun waktu 2010 – 2014. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik menggunakan data sekunder rekam medis elektronik. Hasil penelitian didapatkan jumlah kasus IMS di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo cukup tinggi, yaitu sebanyak 511 kasus selama kurun waktu 5 tahun penelitian. Pada kasus laki-laki sebanyak 54,9% dan perempuan sebanyak 45,1% dengan puncak kejadian pada usia 20 – 30 tahun. Uretritis gonore merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki (76,8%), sedangkan kondiloma akuminata terbanyak pada perempuan (62,2%) dan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok jenis kelamin (p=0,64; p>0,05). Uretritis gonore dan kondiloma akuminata merupakan penyakit IMS terbanyak pada laki-laki dan perempuan pada penelitian ini, serta tidak adanya perbedaan yang bermakna prevalensi IMS di antara kedua kelompok sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kerentanan yang sama dalam terpapar IMS. Dari penelitian ini tidak ada perbedaan yang bermakna prevalensi IMS pada pasien laki-laki maupun perempuan di IRJ RSUD Prof dr. Margono Soekarjo

    Revitalizing the unused urban space,case study : Lhokseumawe, Aceh -Indonesia

    No full text
    The phenomenon of urban decline in the highly industrialized nation is now slowly taking place in the developing world. Deindustrialization as defined as a decline in the manufacturing sectors led to the changes in social, economic and subsequently a shift in urban activities. By taking Lhokseumawe, Aceh, Republic of Indonesia as an example, this paper attempts to uncover the possibilities and opportunities in identifying the causes and tracing back on the decline. Lhokseumawe, Aceh was a well-known industrial region outside Java Island, and it has attracted thousands of workers from northern Sumatera and the nearby regions. After the downturn of the economy and the change in activities, the city slowly showed a decline. Scholars has estimated that one in six of the cities around the world that relied on oil and gas production activities will suffer from this phenomenological impact. Lhokseumawe is a good example of an industrial plants where PT Arun LNG (private limited company) operated since 1974 grew up rapidly and nicknamed "Petrodollar City". The trickle effect of the activities from the petrodollar business led to a few settlements popping up at the periphery as a result of urban sprawl from Lhokseumawe, however, the glory of the economic growth outlived within a short period. This was resulted from the production of PT Arun NGL which had dropped dramatically in the 2000s and suddenly closed the operation in October 2014. From these perspectives, this paper attempts to investigate the impact of deindustrialization within the urban space and activity in Lhokseumawe which have consequences to urban declining phenomena. By taking one of the revitalized urban space formerly known as Cunda Plaza (CP) as a case study area, the paper will apply synoptic method through observation, space mapping and interview techniques for gathering and examining the data. The findings indicates that Cunda Plaza is a magnet as a central hub of urban activities which can be integrated with other thriving activities from urban conurbation of academic related activities within the city
    corecore