6 research outputs found

    Uji Aktivitas Antimalaria dari Spons Xestospongia sp. Asal Pulau Yapen secara In Vivo

    Get PDF
    It is generally admitted that marine sponge has rich of secondary metabolite as alkaloids, peptides and terpene. Those various compounds can be used for antimalarial drug.  This study aims to evaluate the in vivo antimalarial activity and to characterize the effectiveness of dose (ED50) of n-hexane extracted from Xestospongia sp. by using the Plasmodium berghei infected to mices. In the present study, we used Peter’s four day suppressive test, where the mice infected with Plasmodium berghei intra peritoneal with a suspension containing infected red blood cell origin from donor mice with parasitemia. Results of present study exhibited that the sponge Xestospongia sp. contains secondary metabolite including tritepenoid/steroid, alkaloid and saponin. Furthermore, an in vivo test revealed the affectivity dose (ED50) was 0.24 mg/kg of body weight. This finding is categorized a signifant decreasing level of parasitemia.   Secara umum, spons laut mempunyai kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, peptide dan terpena. Berbagai senyawa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat antimalaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dan mengevaluasi aktivitas antimalarial secara in vivo untuk efektivitas dosis (ED50) ekstrak n-heksana dari spons Xestospongia sp. dengan menggunakan Plasmodium berghei yang diinfeksi ke tikus. Penelitian ini digunakan metode the 4-day Supresive Test, dimana mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei secara intra peritoneal dengan suspensi yang mengandung sel darah merah terinfeksi yang berasal dari mencit donor. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kandungan metabolit sekunder diantaranya tritepenoid/steroid, alkaloid dan saponin. Selanjutnya, uji in vivo diperoleh nilai ED50 sebesar 0,24 mg/kg BB dikelompokan sangat baik, yang dapat menurunkan tingkat parasitemia secara signifikan. Dengan demikian, spons laut asal pulau Yapen dapat dijadikan sebagai sumber metabolit potensial untuk obat antimalaria

    PRODUKSI BIOETANOL DARI BUAH BEBERAPA JENIS MANGROVE DI PAPUA

    Get PDF
    Mangrove plant has played important role in Papua, both to support the health of ecosystem and the livelihood of its community. As of now, there is only limited knowledge on the utilization of mangroves in Papua. Several varieties in Papua are known to contain carbohydrate and cellulose that can be used to produce food or bioethanol. This study aimed to examine the production of bioethanol using dry grinding and wet grinding methods. The varieties of mangroves used in this research were Rhizophora mucronata Lmk., Rhizophora stylosa Griff., and Bruguiera gymnorrizha. The content of bioethanol as well as the shape and dimension of these varieties were measured in this study. The shape of the mangroves fruit was cylindrical. The mass averages of these mangroves were 180.80 g, 40.39 g and 37.62 g, respectively. The length of the mangrove fruits were 72.33 cm, 41.00 cm and 23.33 cm respectively. The result of the research showed that the best method to produce bioethanol from mangrove fruit was the dry grinding method which resulting in average bioethanol content 6% v/m. Rhizophora stylosa Griff produced the highest bioethanol content, 9.26% v/m, using the dry grinding method and 7.14% with the wet grinding method. Keywords:mangrove fruits, bioethanol, dry grinding,wet grindin

    KARAKTERISTIK MUTU MIKROENKAPSULAT MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus) DENGAN PERBANDINGAN KONSENTRAS: The Characteristics of Quality of Microencapsulate Red Fruit Oil (Pandanus conoideus) With a Comparison of the Composition of the Emulsifying Material and the Coating Material

    Get PDF
    ABSTRACT             Red fruit oil is very sensitive to oxygen. One effort that can be done to improve its stability is using microencapsulation technology. This study aims to produce a stable formula of red fruit oil microencapsulated with the best quality characteristics. Formulation of emulsion of red fruit oil to be encapsulated using 11% degumed red fruit oil, mixture of emulsifier and stabilizer (maltodextrin, gum arab, gelatin, tween 80 and Carboxymethyl Celluloce (CMC)) 22%, and water 67%. The emulsion materials are homogenized and dried using a spray dryer. The parameters observed include the color, viscosity and stability of the emulsion, as well as the physicochemical character and the active components of red fruit microcapsules inamely rendemen, color, moisture content, solubility, total carotenoids and carotenoid retention. The results of this study indicate that the concentration of the coating material and the stabilizer affect the quality of the resulting red fruit oil microencapsules. The formula of stable red fruit oil microenkapulates (F4 and F5) consisting of degummed red fruit oil (11%), maltodextrin (18%), gum arab (1.8-2.6%), gelatin (0.9-1.3%) ), CMC (0.4%) and tween 80 (0.4-0.9%). Comparison of oil fraction, fraction of dry matter and water fraction which can form microencapsulated red fruit oil comprises 11% degummed red fruit oil, 22% emulsifier, coating and stabilizer; and water 67%. Characteristics of red fruit oil microenkapsulat (F4 and F5) are old orange color, 29-30% rendement, 24-25% fat content, total carotenoid 108-111 ppm, carotenoid retention 47-48%, and 73-80% solubility. Keywords: microencapsulation, emulsion, red fruit (Pandanus conoideus) oil, carotenoid.   ABSTRAK Minyak buah merah bersifat sangat sensitif terhadap oksigen, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan stabilitasnya yaitu melalui teknologi mikroenkapsulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik mutu mikroenkapsulat minyak buah merah dengan perbandingan konsentrasi bahan pengemulsi (tween 80 dan CMC) dan bahan pelapis (maltodekstrin, gum arab dan gelatin). Formulasi emulsi minyak buah merah yang akan dienkapsulasi menggunakan minyak buah merah hasil degumming 11%, campuran bahan pengemulsi dan penstabil (maltodekstrin, gum arab, gelatin, tween 80 dan CMC) 22% dan air 67%. Bahan-bahan emulsi dihomogenisasi dan dikeringkan menggunakan spray dryer. Parameter yang diamati meliputi warna, kekentalan dan stabilitas emulsi, serta sifat fisikokimia (rendemen, warna, kelarutan, kadar air dan kadar lemak) dan komponen aktif (total karotenoid dan retensi karotenoid) mikrokapsul buah merah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengemulsi dan pelapis mempengaruhi kualitas mikroenkapsulat minyak buah merah yang dihasilkan. Formula F4 dan F5 adalah mikroenkapsulat minyak buah merah yang paling stabil dengan komposisi minyak buah merah hasil degumming (11%), maltodekstrin (18%), gum arab (1,8-2,6%), gelatin (0,9-1,3), CMC 0,4% dan tween 80 0,4-0,9%. Karakteristik mikroenkapsulat minyak buah merah (F4 dan F5) yaitu warna oranye tua, rendemen 29-30%, kadar lemak 24-25%, total karotenoid 108-111 ppm, retensi karotenoid 47-48%, dan kelarutan 73-80%. Kata Kunci: mikrokapsul, minyak buah merah (Pandanus conoideus), stabilitas minyak

    Buah Merah And Papuan People

    Full text link
    Buah merah (Pandanus Conodeis Lam) dilaporkan telah banyak dimanfaatkan atau digunakan oleh masyarakat Papua sejak ratusan tahun yang lalu, sebagai bahan pembantu pengolahan pangan dengan cara mengekstrak menjadi pasta dalam pengolahan kentang, daging dan sayuran. Buah merah diketahui banyak mengandung karoten, lemak dan vitamin E. Selain itu mengandung protein, karbohidrat dan mineral yag kecil. Minyak buah merah mengandung empat jenis karotenoid yaitu:alpha-karoten, beta-karoten, alpha-cryptoxanthin. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang sejarah buah merah, kandungan nilai gizi dan manfaat serta keamanannya

    Karakteristik Fisiko-kimia , Organoleptik, dan Kandungan Gizi Mayones Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus)

    Full text link
    Mayones adalah produk nabati berbasis minyak dalam bentuk emulsi minyak semi-padat dalam air (o/w). Oleh karena itu, penggunaan berbagai jenis minyak dapat mempengaruhi sifat fisik dan penerimaan dari mayones. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat penerimaan panelis terhadap mayones yang terbuat dari beberapa jenis minyak yaitu minyak buah merah kasar (MBMK), minyak buah merah hasil degumming (MBMD), minyak wijen dan minyak sawit (sebagai pembanding), serta karakteristik fisikokimia dan organoleptiknya. Mayones dibuat menggunakan rasio minyak dan air 35:40 sesuai dengan jenis minyak, dengan bahan aditif lainnya yaitu kuning telur, pati jagung, selulosa karboksimetil, mustard, cuka, gula dan garam. Parameter mayones yang diamati adalah kadar air, viskositas, stabilitas emulsi, dan sifat organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur, dan tingkat penerimaan secara keseluruhan), serta kandungan gizi dan bahan aktif (total karotenoid dan tokoferol). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayones minyak buah merah memiliki karakeristik fisik yaitu berwarna merah-oranye, beraroma khas buah merah, stabil 3-6 hari penyimpanan pada suhu ruang, dengan viskositas 127-167 d.Poise. Penggunaan MBMD dapat meningkatkan stabilitas emulsi, viskositas dan tingkat kesukaan panelis terhadap warna, aroma dan rasa, tekstur dan penerimaan keseluruhan mayones; panelis menyukai mayones dengan aroma khas buah merah (original), tidak berbeda dengan aroma minyak wijen. Mayones minyak buah merah (MBMK dan MBMD) mengandung kadar air 46,3-48,8% (bb), abu 4,50-4,60% (bk), lemak 61,0-62,2% (bk), protein 1,58-1,95% (bk), karbohidrat 31,65-32,50% (bk), dengan kadar serat 0,30-0,38% (bk) dan total gula 10,66-10,84% (bk); dengan kadar total karotenoid 3160-4605 ppm (bk) dan total tocopherol 966-1105 ppm (bk), dimana formula mayones MBMK mengandung komponen aktif tertinggi
    corecore