76 research outputs found

    The foF2 depression over pameungpeuk during solar minimum and its application on HF radio communication

    Get PDF
    The foF2 depression of the ionosphere layer is a reference for determining the maximum usable frequency depression for an HF communication circuit. This paper discusses the foF2 depression observed at the Pameungpeuk observation station ((7.65°S, 107.96°E; inclination 32.38°S), in 2018 - 2021 when solar activity is minimum and the sun is at a minimum, but the foF2 depression continues to occur up to the severe level. Likewise, geomagnetic disturbances also occur to a moderate level, so that geomagnetic disturbances are a potential cause of foF2 depression. Another result is that the temporal variation pattern of the foF2 depression is less clear so that statistical models cannot be used. The correlation between the number of occurrences of foF2 depression in a month and the number of occurrences of geomagnetic disturbances is relatively low and found in months without the occurrence of geomagnetic disturbances but still foF2 depression occurs, so that geomagnetic disturbances are not the only cause of foF2 depression. Another possibility is the cause of foF2 depression is solar eclipse. In the application, information on the prediction of the foF2 depression that will occur can be used in frequency management, so that a frequency channel is obtained that matches the reflectivity of the ionospheric layer during operation. Anomalies of solar activity and geomagnetic disturbances can be used as inputs in predicting the foF2 depression

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalui Penerapan Metode Guided Inquiry Discovery Pada Siswa Kelas III SD Negeri 2 Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2012/2013

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA kelas III SD Negeri 2 Ngraji Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan melalui penerapan metode guided inquiry-discovery. Penelitian ini menggunkan metode Pnelitian Tindakan Kelas yang berisi alur penelitian meliputi empat tahapan, di mulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,observasi dan refleksi. Empat tahapan tersebut membentuk siklus. Penelitialan ini berlangsung dalam tiga siklus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, tes hasil belajar, lembar observasi,wawancara. Teknik analisis data yang di gunakan adalah model analisis interaktif ,yaitu keterkaitan antara tiga penarikan kesimpulan/verikasi. Hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan : penerapanmetode guided inquiry – discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi pembelajaran gerak benda pada siswa kelas III SD Negeri 2 Ngraji kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Hal ini dapat dilihat dalam prosentase kenaikan nilai ulangan IPA materi gerak benda pada siswa kelas III, dari siklus 1 siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 9 anak atau 47,37% dari 19 anak , pada siklus 2 siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 10 anak atau 52,63% dari 19 siswa dan siklus 3 siswa yang mendapat nilai minimal 60 ada 17 anak atau 89,47% dai 19 anak. Dari siklus 1 kemudian dilaksanakan siklus 2 hasil belajar siswa mengelami prosentase kenaiakan 5,26%, dari siklus 2 kemudian dilaksanakan siklus ke 3 mengalami kenaikan 36,84% Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan proses pembelajaran melalui penerapan metode guided inquiri discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gerak benda pada siswa kelas III SD Negeri 2 Ngraji kecamatan Purwodadi Kabupaten Groboga

    ANALISIS PROPAGASI GELOMBANG RADIO PADA SIRKIT KOMUNIKASI DISTRIK PAMEUNGPEUK-BANDUNG DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONDISI LAPISAN IONOSFER [ANALYSIS OF RADIO WAVE PROPAGATION OVER PAMEUNGPEUK-BANDUNG DISTRICT COMMUNICATION CIRCUIT AND ITS RELATIONS WITH CONDIT

    Get PDF
    Makalah ini membahas kaitan antara keberhasilan 9 kanal frekuensi untuk sirkit komunikasi distrik Pameungpeuk-Bandung dengan variasi harian lapisan ionosfer. Tujuannya untuk mengetahui ketergantungan keberhasilan kanal frekuensi yang dapat digunakan pada sirkit tersebut terhadap variasi lapisan ionosfer. Keberhasilan kanal frekuensi diamati dengan perangkat Automatic Link Establishment (ALE) dan data ionosfer diamati menggunakan ionosonda IPS51 di Pameungpeuk (7,65°LS, 107,96°BT). Sebagai contoh kasus digunakan data pengamatan bulan Juni 2013. Dari analisis disimpulkan bahwa dari 9 kanal frekuensi hanya 5 kanal yang dapat digunakan yaitu frekuensi 3,596 MHz, 7,0495 MHz, 7,102 MHz, 10,1455 MHz, 14,109 MHz. Kanal frekuensi 3,596 MHz dapat digunakan optimal pada malam hari karena pengaruh peningkatan absorpsi pada siang hari. Frekuensi 7,0495 MHz, 30MHz, dan 10,1455 MHz dapat digunakan dengan baik pada siang hari karena terjadi peningkatan kerapatan elektron lapisan ionosfer. Frekuensi 14,109 MHz dapat digunakan pada siang hingga malam hari karena adanya kemungkinan pemantulan oleh lapisan E-Sporadis. Frekuensi 18,106 MHz, 21,096 MHz, 24,926 MHz, 28,146 MHz tidak bisa digunakan karena lebih tinggi dari frekuensi maksimum lapisan ionosfer. Semua ini menujukkan bahwa keberhasilan komunikasi radio pada sirkit Pameungpeuk-Bandung bergantung kepada perubahan frekuensi lapisan ionosfer.Kata kunci: Propagasi, Distrik, Kanal, Absorpsi, Kerapatan elektron, E-Sporadi

    ANALISA KETELITIAN PEMETAAN MULTIQUADRATIC UNTUK FREKUENSI KRITIS IONOSFER REGIONAL [ANALYSIS ACCURACY OF MULTIQUADRATIC METHOD FOR MAPPING OF CRITICAL FREQUENCY OF IONOSPHERIC LAYER REGION]

    Get PDF
    Dalam makalah ini kami membahas pengujian ketelitian peta frekuensi kritis lapisan ionosfer (foF2) regional Indonesia, yang ditentukan menggunakan metode Multiquadratic. Pengujian telah dilakukan menggunakan data pengamatan di Biak, Pontianak, Kototabang, Sumedang, dan Pameungpeuk selama tahun 2006-2007 dan 2009-2010, serta menggunakan data tambahan yang diturunkan dari model ionosfer. Hasil analisis adalah Pertama, penerapan metode Multiquadratic menggunakan data pengamatan menghasilkan peta foF2 yang relatif lebih teliti dibandingkan dengan menggunakan data asimilasi. Kedua, nilai foF2 hasil pemetaan berkorelasi linier dengan data pengamatan dan akan semakin mendekati nilai sebenarnya jika jarak antar titik rujukan terdekat juga semakin kecil. Ketiga, penerapan metode Multiquadratic menggunakan data pengamatan dengan jarak antar titik rujukan terdekat kurang dari 1600 km menghasilkan galat relatif hingga 0,25 dan simpangan baku 0,24. Sedangkan penerapan dengan data asimilasi menghasilkan galat relatif hampir sama dan jarak antar titik rujukan terdekat kurang dari 1000 km. Keempat, ketelitian peta foF2 yang dihasilkan dengan metode ini dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan titik rujukan sedemikian sehingga jarak antar titik rujukan terdekat hanya beberapa ratus kilometer saja. Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan data asimilasi. Kelima, khususnya daerah-daerah di Indonesia yang belum memiliki stasiun pengamatan ionosfer maka perlu dilakukan pemetaan dengan menggunakan data asimilasi.Kata kunci: Frekuensi kritis, Multiquadratic, Asimilasi, Titik rujukan, Galat realtif, Simpangan baku1 PENDAHULUA

    Perubahan Lapisan F Ionosfer di Atas Pontianak pada Saat Gerhana Matahari Cincin 26 Desember 2019

    Get PDF
    The Annular Solar Eclipse (ASE) occurred on December 26, 2019, across parts of Indonesia, including Pontianak. In connection with this event, we investigated the changes in the critical frequency of the F1 (foF1) layer, F2 (foF2) layer, and in the height of the peak density of the F2 (hmF2) ionosphere layer above Pontianak (0.03°S, 109.33°E, inclination -15.97°LS). Observations are every 5 minutes made using CADI ionosonde from a few days before until after the ASE. The result of the ionogram is then manually interpreted (scaling). The research results show: (1) response to eclipse by F2 layer is slower than F1 layer; (2) in the ASE period, the foF1 value drops to 1.55 MHz with an average NmF1 decrease rate of about 29 electrons/ /sec, then increases in the recovery phase with an average increase rate of about 15 electrons/ /sec, indicating asymmetry of the process of decreasing and increasing electron density in the F1 layer; (3) During the decreasing phase, foF2 decreases by 19% with an average NmF2 decrease rate of ~21 electrons/ /s, then NmF2 increases in the recovery phase at an average rate of ~20 electrons/ /s; (4) There was an increase in the peak F2 electron density a few minutes after the peak of eclipses with an average upward movement rate of about 27.8 m/s. It is due to a reduction in electron density and an upward drift caused by the polarization of the electric field in the eclipsed region. These results confirm the previous study on the effect of solar eclipses at low latitude ionospheric layers

    RELIABILITAS FREKUENSI KRITIS DAN KETINGGIAN LAPISAN IONOSFER HASIL SCALING OTOMATIS MENGGUNAKAN SISTEM PINTAR ESIR-CADI

    Get PDF
    Scaling adalah metode untuk membaca dan menginterpretasikan nilai parameter ionosfer dari ionogram yang diperoleh melalui pengamatan menggunakan ionosonda. Metode ini mengacu kepada Report UAG-23A yang telah digunakan sebagai rujukan baku secara internasional. Pada awalnya, scaling dilakukan secara manual oleh teknisi yang terlatih. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi pemrograman, scaling dapat dilakukan secara otomatis menggunakan sistem pintar atau software. Salah satu software tersebut adalah The Expert System Ionogram Reduction (ESIR) yang telah beroperasi secara otomatis bersamaan dengan beroperasinya ionosoda CADI (Canadian Advanced Digital Ionosonde) di stasiun Kupang-Undana (10,16ºLS, 123,67ºBT) dan Manado-Tomohon (1,48ºLU,  124,85ºBT). Hasil scaling otomatis menggunakan ESIR-CADI diantaranya berupa frekuensi kritis lapisan ionosfer (foE, foF1, dan foF2) dan ketinggiannya (h’E, h’F, dan h’F2). Dalam makalah ini kami membandingkan parameter-parameter tersebut dengan parameter yang sama hasil scaling secara manual. Data yang digunakan merupakan hasil pengamatan di dua stasiun tersebut pada saat puncak siklus aktivitas matahari 2013 - 2015. Tujuannya untuk mengetahui reliabilitas frekuensi kritis dan ketinggian hasil scaling menggunakan ESIR-CADI. Hasil riset menunjukkan bahwa nilai individual dan median foE dan foF2, yang dihasilkan ESIR-CADI di stasiun Kupang-Undana dan Manado-Tomohon semuanya reliabel, sedangkan foF1 dan h’E tidak. Nilai individual dan median h’F2 yang reliabel hanya hasil scaling ESIR-CADI di stasiun Kupang-Undana, sedangkan untuk stasiun Manado-Tomohon hanya nilai mediannya saja. Parameter h’F yang reliabel hanya nilai median hasil scaling ESIR-CADI di Stasiun Kupang-Undana. Dengan demikian nilai foE dan foF2 hasil scaling ESIR-CADI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi ionosfer pada sistem layanan SWIFtS, sedangkan h’F2 yang dapat digunakan hanya hasil ESIR-CADI Kupang-Undana

    Logística aplicada no setor de insumos odontológicos : proposta de reestruturação através de sistema informatizado

    Get PDF
    Orientador : Luciana Schleder GonçalvesProjeto Técnico (especialização) - Universidade Federal do Paraná, Setor de Ciências Sociais Aplicadas. Curso de Especialização em Gestão SaúdeInclui referênciasResumo: Este projeto propõe a implantação de um sistema informatizado para a gestão logística de insumos e materiais odontológicos na rede das Unidades de Saúde da Prefeitura Municipal de Curitiba. A reestruturação do gerenciamento de materiais torna-se relevante quando se busca um controle mais rigoroso dos recursos gastos na área da saúde, objetivando evitar o desabastecimento, desperdícios e excessos de estocagem de insumos. Além otimizar substancialmente o trabalho e o tempo ao dispensar a contagem manual de material. Neste contexto a logística aplicada no setor de materiais e insumos odontológicos deve ser pensada de modo a operar em um fluxo eficaz. O sistema que contempla um planejamento logístico condicionado a uma apuração fidedigna de dados estatísticos e de indicadores pode fazer com que toda a cadeia de serviços por ela encarregada seja executada com a máxima eficiência. Outro ponto consideravelmente importante é em relação ao recurso financeiro, pois ao deixar de fazer compras desnecessárias de materiais e evitar o desperdício de certos itens, a logística causa um impacto econômico positivo no ponto de vista orçamentário

    Drug utilisation in medical intensive care unit: a retrospective analysis from a tertiary care teaching hospital

    Get PDF
    Background: The World Health Organisation has defined drug utilization study as “the marketing, distribution, prescription and use of drugs in a society, with special emphasis on the resulting medical, social, and economic consequences. The objective was to evaluate drug utilization pattern in medical intensive care unit (MICU) in a tertiary care teaching hospital.Methods: A retrospective observational study was conducted in MICU for adult patients admitted from October to December 2013. Data collected was analysed for demographics, indication, duration of stay, World Health Organisation (WHO) prescribing indicators including anatomical therapeutic chemical classification and defined daily dose (DDD).Results: A six hundred encounters from 63 male and 44 female patients with a mean age of 60.88±16.87 were studied. Average duration of stay was 5.61±3.88 days. The common indications for admission were dyspnoea 20 (18.69%), upper gastrointestinal bleed 16 (14.95%), cerebrovascular accident 14 (13.08%) and sepsis 13 (12.15%). Total number of drugs prescribed was 246. Total drug encounters were 7695. Average number of drugs per encounter was 12.83. Percentage of drugs prescribed by generic name was 38.21%, 44.7% and 40.65% of the drugs were prescribed from National and WHO essential medicine list respectively. Among the drugs prescribed 65.44%, 32.93% and 17.48% were oral, injectable and fixed dose combination preparations respectively. Percentage of encounters resulting in prescription of an antibiotic and an injection were 59% and 85.83% respectively. The most commonly prescribed drugs were pantoprazole (100%), human regular insulin (52.83%), piperacillin + tazobactam (45%) and ceftriaxone (38%). Their DDD/100 bed days were found to be 83.79, 12.78, 12.50, and 17.81 respectively.Conclusions: Overall the prescribing pattern seems to be rational but may be further strengthened by increasing generic drug prescription, judicious use of pantoprazole and periodic longitudinal surveillance studies
    • …
    corecore