30 research outputs found

    KAJIAN HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN FISIK DENGAN INDEKS PERKEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

    Get PDF
    Ketimpangan Indeks Perkembangan Wilayah kecamatan di Kabupaten Mojokerto disebabkan beberapa faktor pengaruh seperti interaksi, interelasi dan interdependensi dari berbagai wilayah, yang berbentuk faktor faktor pengaruh terhadap sebuah perkembangan. Diduga disebabkan oleh beberapa variabel, antara lain, tingkat pendidikan masyarakat, jumlah kendaraan bermotor, kepadatan penduduk, jumlah industri, jarak kecamatan terhadap Kota Mojokerto, dan jalan panjang beraspal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah-wilayah kecamatan di Kabupaten Mojokerto dan wilayah kecamatan potensial berdasarkan faktor sosial ekonomi dan fisik lingkungan. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif berdasarkan statistik yang dianalisis dengan persamaan regresi berganda dan analisis SIG.  Variabel-variabel bebas yang digunakan adalah tingkat pendidikan masyarakat, jumlah kendaraan bermotor, kepadatan penduduk, jumlah industri, jarak kecamatan terhadap Kota Mojokerto, panjang jalan aspal dari satuan wilayah fungsional kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan indeks perkembangan wilayah kecamatan di Kabupaten Mojokerto sebesar 67,9% yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan sisanya sebesar 32,1% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel bebas. Indeks perkembangan wilayah kecamatan diregresikan terhadap variabel bebas, didapatkan beta tertinggi pada variabel tingkat pendidikan masyarakat dengan nilai sebesar 1,086 dan dengan taraf signifikansi sebesar 0,005. Pengukuran potensi wilayah digunakan 3 variabel yang memiliki nilai beta tertinggi pada kolom unstandardized coefficients berturut-turut yaitu panjang jalan aspal dengan nilai beta sebesar 1,099, tingkat pendidikan masyarakat dengan nilai beta sebesar 0,740, dan jarak ke kota dengan nilai beta sebesar 0,143. Kecamatan Mojosari merupakan kecamatan yang memiliki potensi tertinggi untuk berkembang, sedangkan Kecamatan Mojoanyar merupakan kecamatan yang memiliki potensi terendah. Kata Kunci: Indeks Perkembangan Wilayah, Faktor-Faktor Pengaruh, Wilayah Potensia

    ORIENTASI PEMIKIRAN ULAMA’ NU (Jender dalam Perspektif Ulama Skriptualis dan Subtansialis di NU Cabang Sumenep)

    Get PDF
    Semenjak akhir abad ke 18 atau awal abad ke -19 Masehi telahtumbuh perjumpaan intensif antara dunia Islam dan duniaBarat. Pada periode ini, kaum Muslim harus menghadapipilihan yang sangat dilematis, antara keinginan untukmenjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam dengan kebutuhanmengikuti gagasan-gagasan modern. Ini kemudianmelahirkan corak pemikiran skriptualis dan substansialis.Melalui topik jender, kedua corak pemikiran ini juga terjadi dikalangan ulama’ NU Cabang Sumenep. Secara ideologis,keduanya berbeda karena metode pemaknaan merekaterhadap teks ajaran Islam juga berbeda. Sedangkan secarasosiologis, keduanya berbeda dalam memandang fenomenasosial yang berkembang. Dalam hal jender, ulama’ skriptualisberpegang teguh kepada ketidakbolehan perempuan menjadipemimpin berdasarkan atas ayat al-Qur’ân dan Hadîts.Sedangkan kalangan ulama’ substansialis meneguhkankebolehan perempuan untuk memegang jabatan publik. Inididasarkan atas pemaknaan substansial terhadap al-Qur’ânsurat al-Nisâ’: 34 dan hadîts Nabi

    THE APPLICATION OF SHARI’A IN EGYPT ACCORDING TO AL-‘ASHMAWI

    Get PDF
    Kemunculan gerakan Islamis yang dahsyat di Mesir telahmenarik perhatian para ilmuwan, sebagai usaha untukmengontrolnya pada level politik dan kebijakan. Sedikitperhatian diberikan oleh orang-orang yang merespontantangan ini pada level perdebatan ideologis. Salah seorangdi antaranya adalah seorang hakim terkenal, MuhammadSa’id al-‘Ashmawi. Ia beralasan bahwa penyebutan“penerapan syarî’ah” (tatbîq al-syarî’ah) atau kodifikasisyarî’ah (taqnîn al-syarî’ah), semboyan dari gerakan Islamis,sesungguhnya tidak lebih dari sekedar slogan kosong, yangdimaksudkan untuk mendapatkan dukungan rakyatmenuju sebuah usaha politik tetapi tidak jelas sama sekalidan secara substansial mungkin tidak signifikan. al-‘Ashmawi menjelaskan bahwa pada awalnya istilah syarî’ahmencakup semua aturan yang berkenaan dengan ibadahdan masyarakat yang ada di dalam al-Qur’an, al-Sunnah.Tetapi dalam perkembangannya selanjutnya, istilah itumelebar sehingga mencakup ijtihâd para ulamâ. Padahalyang terakhir ini lebih tepat disebut sebagai fiqh. yakniserangkaian aturan dan hukum yang difikirkan danditetapkan oleh manusia, bukan oleh Allah, untukmempertemukan kondisi historis masa lalu yang tidak lagiberlaku. Di dalam membahas ribâ, al-‘Ashmawisesungguhnya sudah menyimpulkan bahwa baik hukumMesir yang sedang berlaku saat ini maupun hukum-hukummesir lainnnya sesuai dengan syarî’ah. Hal yang sama jugaberlaku bagi hukum Mesir lainnya

    Orientasi Pemikiran Kiai Pesantren Di Madura

    Get PDF
    Since the last of 18th century or in the beginning of 19th AD has known intensive interaction between Moslem and the West. In this period, moslems have to face the dilemma, between the wish to revere the Islamic teaching values with the need to follow modern arguments. It causes skripturalis and substansialis thinkings. Through the topic of women leadership, these two thinkings also happen in kiais of pesantren in Sumenep of Madura. Ideologically, both of them are different since their method of meaning to islamic teaching also different. While sosiologically, those are different in thinking the developing social phenomenon. In women leadership, skripturalis kiais keep thinking of forbidding the women of being the leader based on the Qur`an verse and Hadits. On the contrary, substansialis kiais keep thinking of allowing the women in having the public position based on substantial meaning to the Qur`an (al-Nisâ:34) and Hadits.Copyright (c) 2015 by KARSA. All right reservedDOI: 10.19105/karsa.v23i2.73

    PELATIHAN PEMULASARAAN JENAZAH BAGI SISWA/I MTS INSAN MADANI DESA TEGALLEGA KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR

    Get PDF
    Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barang siapa memandikan (jenazah) seorang muslim seraya menyembunyikan (aib) nya dengan baik, maka Allah akan memberikan ampunan empat puluh kali kepadanya. Barang siapa membuatkan lubang untuknya lalu menutupinya, maka akan diberlakukannya pahala seperti pahala orang yang memberikan tempat tinggal kepadanya sampai hari kiamat kelak. Barang siapa mengkafaninya, niscaya Allah akan memakaikannya sundus (pakaian dari kain sutera tipis) dan istabraq (pakaian sutera tebal) Surga di hari kiamat kelak.” (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi. Al-Hakim berkata; Shahih dengan syarat Muslim. Disepakati oleh Adz-Dzahabi). Latar belakang PKM INI adalah Kondisi kesedihan keluarga di mana sering mengalami ketidakmampuan dalam pengurusan jenazah. Menjadi fardhu kifayah bagi umat Islam dalam menyelenggarakan pengurusan jenazah dengan kewajiban untuk memandikan, mengkafani, menshalatkan serta menguburkan, karena rangkain prosesi pengurusan jenazah bermakna dalam nilai nilai kehidupan masyarakat. Permasalahan di atas menjadi alasan bagi kami dosen agama UNPAM untuk membentuk tim pengabdian kepada masyarakat (PKM) dan mengadakan pelatihan pemulasaraan jenazah sebagai usaha untuk membantu pengetahuan dalam pengurusan penyelenggaraan jenazah. PKM ini berjudul "Pelatihan Pemulasaraan Jenazah bagi Siswa/i MTs Insan Madani Desa Tegallega Kecamatan Desa Tegallega Cigudeg Kabupaten Bogor. PKM ini menggunakan metode ceramah yaitu dengan memberikan materi ilmu pengetahuan secara teori dan praktik. Harapannya semua masyarakat khususnya Siswa/I dapat mengetahui dan menguasai pemulasaraan jenazah agar kewajiban bersama atau fardhu kifayah dapat terlaksana dengan baik. Adapun kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan peran dan fungsi serta pengkaderan amil jenazah dalam penyelenggaraan pemulasaraan jenazah. Harapannya pelatihan ini dapat memaksimalkan peran nilai-nilai humanis dan religius kemaslahatan untuk masyarakat

    ORIENTASI PEMIKIRAN ULAMA’ NU (Jender dalam Perspektif Ulama Skriptualis dan Subtansialis di NU Cabang Sumenep)

    Get PDF
    Semenjak akhir abad ke 18 atau awal abad ke -19 Masehi telahtumbuh perjumpaan intensif antara dunia Islam dan duniaBarat. Pada periode ini, kaum Muslim harus menghadapipilihan yang sangat dilematis, antara keinginan untukmenjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam dengan kebutuhanmengikuti gagasan-gagasan modern. Ini kemudianmelahirkan corak pemikiran skriptualis dan substansialis.Melalui topik jender, kedua corak pemikiran ini juga terjadi dikalangan ulama’ NU Cabang Sumenep. Secara ideologis,keduanya berbeda karena metode pemaknaan merekaterhadap teks ajaran Islam juga berbeda. Sedangkan secarasosiologis, keduanya berbeda dalam memandang fenomenasosial yang berkembang. Dalam hal jender, ulama’ skriptualisberpegang teguh kepada ketidakbolehan perempuan menjadipemimpin berdasarkan atas ayat al-Qur’ân dan Hadîts.Sedangkan kalangan ulama’ substansialis meneguhkankebolehan perempuan untuk memegang jabatan publik. Inididasarkan atas pemaknaan substansial terhadap al-Qur’ânsurat al-Nisâ’: 34 dan hadîts Nabi

    Model-Model Pembelajaran bagi Anak Usia Dini

    Get PDF
    Artikel ini menjelaskan tentang pentingnya masa depan anak sebagai investasi masa depan. Masa anak-anak adalah masa yang paling bagus dalam menciptakan anak yang cerdas. Masa keemasan (golden age) seorang anak adalah merupakan masa paling penting bagi pembentukan pengetahuan dan perilaku dalam kehidupan. Permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini bagaimana hubungan antara anak usia dini dengan golden age dan bagaimana model-model pembelajaran yang tepat bagi anak usia dini agar menjadi anak yang cerdas. Hasil penelitian menunjukan bahwa masa anak-anak adalah usia emas untuk membentuk karakter yang baik dan cerdas. Para orangtua harus mendidik anaknya dengan hal-hal yang positif dengan memberikan keteladanan sesuai dengan karakter anak. Jika para orangtua menyia-nyiakan usia emas (golden age) anak, berarti mereka telah kehilangan satu momen yang sangat baik untuk memberikan landasan bagi pendidikan anak selanjutnya

    MENANGKAL DEGRADASI MORAL DI ERA DIGITAL BAGI KALANGAN MILLENIAL

    Get PDF
    Kalangan millenial . Masa depan suatu bangsa sesungguhnya dipegang oleh para pemuda yang merupakan masyarakat yang berada pada usia remaja, maka dari itu penting sekali bangsa ini untuk meningkatkan kualitas para pemudanya untuk Indonesia yang lebih baik. Para Dosen agama Universitas Pamulang melihat fenomena yang berkembang di masyarakat tentang semakin menjauhnya Agama terhadap kehidupan bermasyarakat yang diakibatkan perkembangan teknologi digital yang semakin merebak di era digital akhirnya berdampak pada perkembangan pembelajaran PAI di lingkungan MTs Insan Madani Kp. Rahong Desa Tegallega Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor, dengan mengkaji masalah tersebut maka diperlukan tindakan nyata minimal mengadakan sosialisasi dan implementasi tentang pentingnya pemanfaatan teknologi sehingga dapat dijadikan solusi yang tepat.Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema “Menangkal Degradasi Moral di Era Digital bagi kalangan Millenial dilaksanakan oleh tim pengabdian kepada masyarakat program studi Manajemen Universitas Pamulang yang terdiri dari para dosen agama Universitas Pamulang untuk menjawab fenomena di atas.Kegiatan berlangsung selama tiga hari. Acara ini terlaksana atas kerjasama dengan berbagai pihak seperti Yayasan Sasmita Jaya, dosen Program Studi Manajemen serta pengurus di Mts Insan Madani. Pelatihan ini berhasil memberikan bekal softskill kepada anak-anak remaja di Mts tersebut.Saran dari pelatihan menangkal degradasi moral dalam rangka kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah hendaknya tim dosen ataupun berbagai pihak lainnya turut serta dalam mendukung program untuk membuat para generasi muda, termasuk pemuda agar mempunyai bekal moral yang baik yang berguna bagi mereka. Tidak hanya itu anak-anak remaja harus diarahkan dan dibantu agar tidak hanya cerdas dalam akademis tapi juga mempunyai kemampuan softskill yang baik, terutama baik anak-anak remaja yang sedang mencari jati diri. Harapannya pelatihan-pelatihan semacam ini dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan pada setiap jenjang pendidikan. Kata Kunci : Degradasi Moral, Era Digital Dan Millenia

    Mengenal al-Nasa’i dan Sunan-nya

    Get PDF
    Periwayatan hadits berbeda dengan sejarah pembukan al-Qur’an yang melalui pencatatan ketat oleh para sahabat. Sedangkan Hadits, peyampaiannya dari Nabi terhadap sahabat cendrung bersifat individu, ahad; tidak menyeluruh, sehingga diantara para sahabat menimbulkan sedikit banyak perbedaan. Apalagi Nabi pernah melarang bahwa apapun yang disampaikan oleh belaiau, selain al-Qur’an tidak boleh dicatat. Dengan begitu, penjagaan keotentikan hadits lebih bersifat hafalan daripada catatan. Kajian ini berupaya melakukan penelusuran sejarah pembukuan hadits untuk membuktikan keotentikan Hadits sehingga tetap layak dijadikan sebagai hukum Islam. Namun demikian, melalui berbagai pertimbangan akademik, maka kajian ini penulis fokuskan untuk menelaah Kitab Hadits Sunan Al-Nasa’I, metode penyusunan, sistematika dan juga keunggulan kitab Sunan Al-Nasai bila dibanddingkan dengan berbagai kitab Hadits lainnya

    ORIENTASI PEMIKIRAN KIAI PESANTREN DI MADURA

    Get PDF
    Since the last of 18th century or in the beginning of 19th AD has known intensive interaction between Moslem and the West. In this period, moslems have to face the dilemma, between the wish to revere the Islamic teaching values with the need to follow modern arguments. It causes skripturalis and substansialis thinkings. Through the topic of women leadership, these two thinkings also happen in kiais of pesantren in Sumenep of Madura. Ideologically, both of them are different since their method of meaning to islamic teaching also different. While sosiologically, those are different in thinking the developing social phenomenon. In women leadership, skripturalis kiais keep thinking of forbidding the women of being the leader based on  the Qur`an verse and Hadits. On the contrary, substansialis kiais keep thinking of allowing the women in having the public position based on substantial meaning to the Qur`an (al-Nisâ:34) and Hadits.Copyright (c) 2015 by KARSA. All right reservedDOI: 10.19105/karsa.v23i2.73
    corecore