152 research outputs found

    PERKEMBANGAN PENELITIAN, FORMULASI, DAN PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI

    Get PDF
    Meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan produk pertanianyang bebas residu pestisida mendorong para ahli mempelajarikemungkinan substitusi penggunaan pestisida sintetis denganpestisida nabati. Penggunaan pestisida sintetis selain meninggalkanresidu yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan, jugamenyebabkan resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya musuhalami baik serangga parasit maupun predator, dan mengakibatkanpencemaran air, tanah, dan udara yang pada akhirnya dapatmengganggu keseimbangan ekosistem. Penggunaan rodentisida,moluskisida, akarisida, dan nematisida sintetis yang kurang bijaksanadisinyalir mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan bagilingkungan. Oleh karena itu, sudah saatnya dicari bahan pengendalihama yang efektivitasnya setara dengan pestisida sintetis namunlebih aman bagi organisme hidup maupun lingkungan. Pemanfaatanpestisida nabati diyakini mampu menjawab permasalahan tersebutkarena tersusun dari senyawa tanaman yang mudah terurai. Hasilpenelitian mengindikasikan spesies-spesies tanaman yang tumbuhdi Indonesia seperti cengkih, mimba, serai wangi, jeringo, tembakau,pyrethrum, kunyit, dan jarak pagar dapat dimanfaatkan untukmengendalikan hama dan penyakit tanaman. Untuk meningkatkanefektivitas pengendalian dan mempermudah penggunaan, bahantanaman tersebut diformulasi menjadi pestisida yang siap pakai.Untuk memperoleh manfaat yang optimal, penggunaan pestisidanabati sebaiknya ditujukan untuk mencegah terjadinya serangan,bukan untuk tindakan pengendalian

    Nematoda Patogen Serangga Heterorhabditis Spp. untuk Pengendalian Hama Penggerek Batang Lada

    Full text link
    Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pengendalian penggerek batang lada (L. piperis) dengan nematoda patogen serangga (Heterorhabditis spp). Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan Kebun Percobaan Sukamulya Jawa Barat mulai bulan Januari hingga Desember 2010. Rancangan yang digunakan acak lengkap, 5 perlakuan yaitu: 0 (kontrol), 250 ekor JI/ml, 500 JI/ml, 1000 JI/ml, dan 1500 JI/ml. Perlakuan diaplikasikan pada potongan cabang lada yang berisi larva penggerek. Masing-masing perlakuan diambil potongan cabang lada dari tiga pohon, masing-masing pohon diambil 10 ranting/cabang lalu dimasukkan ke dalam stoples plastik. Perlakuan diulang 3 kali. Tujuh hari setelah aplikasi dilakukan pembelahan potongan cabang untuk mengamati persentase kematian larva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan nematoda patogen serangga Heterorhabditis spp dapat membunuh larva L. piperis 61,24 % pada stadia larva akan tetapi belum menunjukkan efektifitasnya pada fase imago

    Technology in Controlling of Sucking Pest of Shoot and Flowers on Cashew

    Full text link
    The major pests of cashew plant (Anacardium occidentale L.) are Helopeltis spp. and Sanurus spp. A number of cashew trees damaged be attacked by the pest are increasing from year to year. Some research found on effectiveness technologies, environmentally friendly and easily adopted by farmers have been done. One kind of controlling technologies that provides great expectations to be developed by farmers was biological control by utilizing parasitoids, predators and pathogens. Development of rangrang ants (Oecophylla smaragdina) and the fungus Beauveria bassiana as biological agent of Helopeltis spp. on a large scale will suppress the population of the insects. Meanwhile, the egg parasitoid Aphanomerus sp., moth parasitoids Epieurybrachys nsp. and the fungus Synnematium sp. are potentially developed as a biological control agents for Sanurus spp. in the field. The results of these studies should be integrated as a technology package on which the farmers should be involved in implementation of the technology

    Pengelolaan Ekosistem Untuk Pengendalian Hama Lada

    Full text link
    Ecosystem Management for Controlling Black Pepper PestPest is one of the obstacles of black pepper production in Indonesia. The pest attacks all parts of the plant such as inflorescens, fruits, shoots, branches and stems at nursery as well as in the field. In Indonesia black pepper was infested by 3 species of pests, namely stem borer, Lophobaris piperis Marsh, pepper berry bug, Dasynus piperis China and lace bug, Diconocoris hewetti (Dist.). The population of stem borers always presents in the field with different stages (egg, larvae, pupa and adult), while lace bug and pepper berry bug are found in the field during flowering and fruit stages. Control of black pepper pests by farmers is usually using syntetic pesticide. Other alternative to manage black pepper pest namely ecosystem management and natural enemy such as parasitoid. To increase the natural enemy population can be done by natural enemie conservation through cover crops, mix cropping and limited weeding. Arachis sp., Orthosiphon sp., Ocimum sp. and Coffea sp. plants can be used in cropping system with black pepper

    Perkembangan Penelitian, Formulasi, dan Pemanfaatan Pestisida Nabati

    Full text link
    Meningkatnya kesadaran masyarakat dunia akan produk pertanianyang bebas residu pestisida mendorong para ahli mempelajarikemungkinan substitusi penggunaan pestisida sintetis denganpestisida nabati. Penggunaan pestisida sintetis selain meninggalkanresidu yang berbahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan, jugamenyebabkan resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya musuhalami baik serangga parasit maupun predator, dan mengakibatkanpencemaran air, tanah, dan udara yang pada akhirnya dapatmengganggu keseimbangan ekosistem. Penggunaan rodentisida,moluskisida, akarisida, dan nematisida sintetis yang kurang bijaksanadisinyalir mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan bagilingkungan. Oleh karena itu, sudah saatnya dicari bahan pengendalihama yang efektivitasnya setara dengan pestisida sintetis namunlebih aman bagi organisme hidup maupun lingkungan. Pemanfaatanpestisida nabati diyakini mampu menjawab permasalahan tersebutkarena tersusun dari senyawa tanaman yang mudah terurai. Hasilpenelitian mengindikasikan spesies-spesies tanaman yang tumbuhdi Indonesia seperti cengkih, mimba, serai wangi, jeringo, tembakau,pyrethrum, kunyit, dan jarak pagar dapat dimanfaatkan untukmengendalikan hama dan penyakit tanaman. Untuk meningkatkanefektivitas pengendalian dan mempermudah penggunaan, bahantanaman tersebut diformulasi menjadi pestisida yang siap pakai.Untuk memperoleh manfaat yang optimal, penggunaan pestisidanabati sebaiknya ditujukan untuk mencegah terjadinya serangan,bukan untuk tindakan pengendalian

    Observasi Dan Identifikasi Penyakit Jamur Akar Pada Tanaman Pala Di Kabupaten Aceh Selatan

    Full text link
    Pala (Myristica fragrans Hout) merupakan salah satu tanaman rempah yang memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional, Salah satu kendala dalam budidaya tanaman ini adalah adanya serangan penyakit jamur akar. Penelitian observasi dan identifikasi penyakit jamur akar pada tanaman pala telah dilakukan bulan April sampai Juli 2011 di kebun petani di Kabupaten Aceh Selatan dan Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Sukabumi. Survey dilakukan pada lima kecamatan, yaitu Tapak Tuan (Desa Air Berudang dan Air Pinang), Sawang ( Simpang Tiga dan Lhok Pawoh), Meukek (Alue Meutuah dan Blang Kuala), Labuan Haji Timur ( Gunung Rotan dan Keumumu Hilir), Kluet Utara (Gunong Pulo dan Krueng Batu). Pengamatan dilakukan terhadap persentase serangan, gejala serangan hama dan penyakit, dan kondisi lahan. Setiap kebun yang diamati diambil sampel akar, batang dan tanah untuk diisolasi dan diidentifikasi secara konfensional dan molekuler di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab matinya tanaman pala di Aceh Selatan adalah jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus dengan persentase serangan 5-100%

    Organic Acid Salt from Complete Feed Silage Corn Based by Product as an Alternative to Substitute Antibiotic Function as a Growth Promotor for Broiler

    Get PDF
    This study was designed to evaluate the efficacy of organic acid salt Zn from complete feed silage based on corn by product as an alternative to subtitute antibiotic function as a growth promotor for broiler. Ninety day old commercial Cobb broiler chickens were randomly distributed into six groups having three replicates of five birds in each group. Negative control (R0) birds were offered standard basal diet and no challenged, positive control (R1) birds were offered standard basal diet and challenged with 107 Salmonella typhimurium. Treatment R2, R3, R4 and R5 were challenged by 107 CFU of Salmonella typhimurium which added in feed with 0.1% flouroquinolone, 0.1%, 0.2%, and 0.3% of organic acid salts. The result showed that dietary of organic acid salts affect consumption, weight gain, and final body weight (P<0.05). Meanwhile, feed conversion (FCR) was not affected by antibiotics nor  organic acids. Our conclusion, Dietary organic acid salt from complete feed silage corn based by product until dose 0.2% can improve the performance of broiler chickens infected Salmonella typhimurium. (Animal Production 11(3): 170-175 (2009) Key Words: broiler, organic acid, Salmonella typhimuriu

    Identifikasi bakat atlet gulat menggunakan pendekatan analytic hierarchy process method

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakat atlet gulat usia 10 sampai 14  tahun. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan aplikasi Expert Choice v. 11 untuk mengetahui elemen mana yang memiliki peran penting dalam mendukung atlet gulat. Mixed-Methods Research (MMR) digunakan dalam penelitian ini dengan studi literatur dan memberikan kuesioner memalui Google Form kepada 25 pelatih yang ada di Indonesia. Hasil penelitian ini memiliki 3 kriteria dan 15 sub-kriteria. Kriteria tersebut yaitu antropometri (33,1%), biomotorik (33,3%) dan somatotype (33,3%). Sedangkan pada sub-kriteria yaitu mesomorph (16.3%), endomorph (8.7%), ectomorph (8.3%), daya tahan paru-paru (7,9%), kelincahan (7,0%), kecepatan (6,9%), kekuatan (6,2%), IMT (6%), tinggi badan (5,9%), kelenturan (5,3%), berat badan (5,1%), panjang tungkai (4,4%), panjang lengan (4,0%), lemak tubuh (3,9%) dan tinggi duduk (3,8%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa somatotype merupakan kriteria terpenting dan mesomorph merupakan sub-kriteria terpenting dalam penentuan bakat atlet gulat dibandingkan kriteria dan sub-kriteria lainnya. Model identifikasi bakat ini dapat menentukan variabel prioritas dalam identifikasi bakat atlet gulat
    • …
    corecore