14 research outputs found

    Analisis Keandalan Dan Nilai Ekonomis Di Penyulang Pujon PT. Pln (Persero) Area Malang

    Full text link
    Sebagian pemadaman listrik yang terjadi adalah disebabkan oleh gangguan yang ada pada sistem distribusi. Ketidakandalannya setiap komponen peralatan distribusi mempengaruhi kontinuitas penyaluran tenaga listrik dan rugi-rugi yang dialami PLN. Metode Section Technique adalah pengembangan dari metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) yang digunakan untuk melakukan analisis keandalan pada Penyulang Pujon. Analisis nilai Penyulang Pujon berdasarkan energi tidak tersalurkan dari PLN digunakan untuk menghitung kerugian PLN saat terjadi pemadaman. Dengan menggunakan metode Section Technique didapatkan indeks keandalan SAIDI Penyulang Pujon yang bernilai 0,078712287 dimana dapat diperbaiki dengan penurunan laju kegagalan menjadi 0.078429816 atau pemasangan tie switch pada jaringan menjadi 0,060765313. Perbaikan pada indeks keandalan Penyulang Pujon setelah penambahan tie switch juga berbanding lurus dengan berkurangnya kerugian PLN akibat terjadinya pemadaman dari Rp 2.778.609.501 menjadi Rp 2.465.794.065Kata Kunci - Penyulang Pujon,indeks keandalan, section technique, analisis nilai, laju kegagalan, tie switc

    Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Dan Penutup Balik Otomatis (Recloser) Pada Penyulang J

    Full text link
    Di dalam jaringan distribusi 20 kV sering terjadi gangguang, salah satunya adalah gangguan arus hubung singkat. Dalam mengatasi gangguan arus hubung singkat ini diperlukan koordinasi antar pengaman jaringan distribusi agar dapat mengisolasi gangguan dan melindungi jaringan distribusi serta perlatan yang berada di jaringan tersebut. Koordinasi antara Penutup Balik Otomatis (Recloser) sebagai pengaman utama dengan Rele arus lebih baik pada sisi penyulang maupun masukan 20 kV sebagai pengaman cadangan haruslah tepat. Pada penelitian ini dihitung besar arus gangguan hubung singkat 3 fasa dan 2 fasa yang akan digunakan sebagai penyetelan Recloser dan Rele arus lebih. Dari hasil perhitungan dan analisis didapatkan bahwa terjadi kesalahan koordinasi antara Recloser dengan Rele arus lebih sisi penyulang, dimana Rele pada sisi penyulang sudah bekerja dengan karakteristik rele instant (t = 40 milidetik) pada daerah kerja Recloser yang memiliki waktu kerja 0,3 detik. Hal ini dapat mengakibatkan Rele arus lebih di sisi penyulang yang merupakan pengaman cadangan bekerja terlebih dahulu dibandingkan Recloser yang merupakan pengaman utama. Dilakukan perhitungan dan analisis ulang dengan merubah penyetelan Rele arus lebih di sisi penyulang menggunakan karakteristik invers. Penyetelan Rele arus lebih di sisi penyulang ini berhasil memperbaiki koordinasi antara Recloser dengan Rele arus lebih sisi penyulang maupun masukan 20 kV dengan waktu tunda 0,4 detik sesuai dengan ketentuan PLN.Kata kunciā€” hubung singkat, recloser, rele arus lebi

    Hubungan Tenaga Air Terhadap Keluaran Daya Listrik Dan Aspek Ekonomis Di Pltmh Gunung Sawur 2 Lumajang

    Full text link
    Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Gunung Sawur 2 adalah pembangunan pembangkit listrik yang digunakan untuk kebutuhan listrik warga dan untuk menambah pasokan energi listrik yang kurang. Pembangunan PLTMH ini terletak di Dusun Gunung Sawur di lereng selatan Gunung Semeru Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang dengan memanfaatkan aliran sungai dari mata air Gunung Semeru. Namun pembangunan PLTMH Gunung Sawur 2 kurang maksimum dikarenakan ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa potensi daya yang dapat dibangkitkan pada PLTMH Gunung Sawur 2 secara teori adalah sebesar 6,88583 kW dengan debit air yang digunakan sebesar 0,34998 ā„ dan ketinggian jatuh air bersih (head nett) 4,5 meter. Dalam melakukan pengukuran pembangkit dengan mengambil data pada generator saat PLTMH Gunung Sawur 2 mengalami beban puncak. Potensi daya sebenarnya yang dapat dibangkitkan oleh PLTMH Gunung Sawur 2 yang sudah dibangun adalah sebesar 47,3268% dari daya teori atau sebesar 3,2588 kW. Hal ini terdapat perbedaan antara daya yang dihasilkan secara teori jauh lebih besar dibandingkan dengan daya yang dihasilkan ketika melakukan pengukuran pembangkit dikarenakan saat pengukuran debit air musim kemarau, beban generator yang belum maksimum, dan pembagian beban tiga fasa yang tidak seimbang. Dalam perhitungan harga pokok produksi (HPP) per kWh PLTMH Gunung Sawur 2 yang sudah dibangun menggunakan energi yang terbangkitkan selama setahun sebesar 19983,22523 kW. Perhitungan HPP per kWh PLTMH Gunung Sawur 2 didapatkan harga sebesar Rp 1.110,-. Ini jauh lebih mahal jika dibandingkan harga listrik PLN. Oleh karena itu harga tariff listrik dari PLTMH Gunung Sawur 2 ditentukan dengan musyawarah warga.Kata Kunciā€”debit air, ketinggian jatuh air (head), PLTMH Gunung Sawur 2, potensi daya, Energi per tahu

    Kajian Unjuk Kerja Kelistrikan Arester Porselen Dan Arester Polimer Pada Sistem Tegangan 20 Kv

    Full text link
    Pada pengujian arester dalam kondisi kering, nilai arus bocor yang terukur pada arester polimer lebih tinnggi daripada nilai arus bocor pada arester polimer. Tercatat nilai arus bocor pada arester polimer pada pengujian dengan tegangan uji 5 kV sebesar 6.3 Ī¼A. Sedangkan untuk nilai arus bocor pada arester porselen nilai tegangan uji yang sama tercatat sebesar 40.5 Ī¼A. Untuk pengujian arester dalam kondisi basah, arester diuji menggunakan tegangan 5 kV-20 kV dengan berbagai tingkat pembasahan. Tingkat pembasahan yang digunakan adalah 2.75 ā€“ 4.02 liter/menit. Tingkat pembasahan mengacu pada intensitas curah hujan kota Malang. Dalam kondisi basah, nilai arus bocor arester polimer lebih baik dibandingkan nilai arus bocor arester porselen. Pada nilai tegangan uji dan tingkat pembasahan yang sama, nilai arus bocor yang tercatat pada microampermeter sebesar 6070 Ī¼A untuk arester porselen dan 38.38 Ī¼A untuk arester polimer. Meningkatnya nilai arus bocor pada arester porselen dikarenakan menurunnya nilai resistansi pada permukaan arester. Hal ini disebabkan sifat dari permukaan kedua arester berbeda. Pada pengujian sudut kontak kedua arester, diketahui bahwa arester porselen memiliki sudut kontak sebesar 24.529Ā°. Nilai tersebut masuk dalam kategori hidrofilik. Sedangkan untuk arester polimer sudut kontaknya adalah 109.891Ā°. Berdasarkan perhitungan nilai sudut kontak, arester polimer dikategorikan bersifat hidrofobik atau sifat menolak air.Kunci kunci ā€“ arester, porselen, polimer, arus bocor, resistansi permukaan, sudut kontak, hidrofilik, hidrofobik

    Studi Perkiraan Susut Teknis Dan Alternatif Perbaikan Pada Penyulang Kayoman Gardu Induk Sukorejo

    Full text link
    Pada sistem tenaga listrik, susut energi merupakan salah satu ukuran efisien atau tidaknya suatu pengoperasian sistem distribusi tenaga listrik. Susut merupakan kerugian energi akibat masalah teknis dan non teknis pada penyaluran energi listrik. Selama ini perhitungan susut pada penyulang dilakukan dengan cara menghitung selisih kWh beli dan kWh jual pada penyulang. Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan susut teknis yang lebih rinci, yaitu dengan menghitung susut konduktor dan susut transformator pada penyulang sehingga akan diketahui seberapa besar susut yang disebabkan konduktor dan transformator pada penyulang. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai susut teknis pada penyulang Kayoman 103,23 kW dan susut non teknis sebesar 22,78 kW. Sehingga susut pada penyulang kayoman adalah 126,02 kW. Selanjutnya dilakukan upaya perbaikan pada jaringan SUTM sehingga susut konduktor berkurang 41,4%. Sedangkan upaya perbaikan pada transformator menurunkan susut transformator sebesar 7,7%. Upaya perbaikan yang terakhir dengan cara memparalelkan penyulang berhasil menurunkan susut mencapai 50%.Kata Kunci ā€“ Energi Listrik, Susut Teknis, Transformator, Perbaikan Susu

    Kajian Kelayakan Ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Gunung Sawur 1 Dan Gunung Sawur 2 Di Lumjang

    Full text link
    Wilayah Kabupaten Lumajang yang berada di Propinsi Jawat Timur memiliki banyak daerah aliran sungai (DAS) yang berpontensi untuk dimanfaatkan menjadi PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro). Salah satunya adalah potensi sumber daya air di DAS Besuk Semut yang terletak Ā± 450 m diatas permukaan laut di daerah tangkapan air selatan Gunung Semeru telah dimanfaatkan PLTMH Gunung Sawur. Peneitian ini dibuat kajian kelayakan ekonomi energi PLTMH yang berlokasi di Dusun Gunung Sawur di lereng selatan Gunung Semeru Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Parameter yang digunakan untuk analisis ekonomi energi adalah Pay Back Period (PBP). Net Present Value (NPV) dan Return Of Investment (ROI) dengan kondisi jika di kelola langsung oleh masyarakat atau dikelolah PT. PLN (Persero) (on grid). Hasil menunjukkan bahwa debit air sungai Besuk Semut mampu membangkitkan daya minimal sebesar 9,1408 kW Gunung Sawur 1 dan 3,2588 kW Gunung Sawur 2. Energi istrik yang dapat dibangkitkan pertahun sebesar 101478,33 kWh. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh biaya investasi yang dibutuhkan untuk mrealisasikan PLTMH Gunung Sawur sebesar Rp563.843.121 , Net Present Value (NPV) jika di kelola PT. PLN (Persero) Rp 4.121.417.655 Net Present Value (NPV) jika di kelola masyarakat = sebesar Rp1.166.816.006 pada alternatif 1 , Rp1.599.480.788 pada alternatif 2, Rp2.464.810.352 pada Alternatif 3,Pay Back Period (PBP) jika di kelola PT. PLN (Persero) = 8,1 tahun, Pay Back Period (PBP) jika di kelola masyarakat = 22 tahun pada alternatif 1 , 17,6 tahun pada alternatif 2 dan 12,6 tahun pada alternatif 3. dan Return Of Investment (ROI) jika di kelolah PT. PLN (Persero) = 2,07% Return Of Investment (ROI) jika di kelolah masyarakat = 0,13% pada alternatif 1, 0,42 % pada alternatif 2 dan 0,98% pada alternatif 3 hal ini berarti PLTMH Gunung sawur layak untuk direlasasikan baik oleh PT. PLN (Persero) /on grid atau oleh masyarakat (Off Grid).Kata Kunciā€” Analisis Ekonomi, Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

    Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Curup Selingsing Desa Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim

    No full text
    Implementasi energi listrik semakin bergeser menjadi suatu kebutuhan primer dalam kehidupan masyarakat, ditandai dengan beralihnya berbagai teknologi dari memanfaatkan energi non-listrik menjadi listrik, peralihan dimulai sejak revolusi industri 2.0. Kebutuhan energi listrik mendorong seluruh stakeholder merealisasikan secara merata dan optimal keberadaan energi listrik. Usaha realisasi tersebut dikenal sebagai elektrifikasi nasional, saat ini rasio elektrifikasi sudah mencapai 98 persen, namun 2 persen lainnya dari rasio tersebut merepresentasikan keadaan 2.500 desa tertinggal berdasarkan parameter energi listrik, serta 98 persen dari rasio tersebut tidak keseluruhan mencapai elektrifikasi optimal yaitu kondisi teraliri listrik selama 24 jam dalam satu hari. Kondisi ini mendorong stakeholder termasuk pemerintah untuk meningkatkan usaha elektrifikasi nasional diantaranya melalui perusahaan listrik negara maupun swasta dan usaha oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui program Desa Mandiri Energi (DME), namun usaha tersebut belum mampu memenuhi 100 persen kebutuhan listrik masyarakat sehingga dibutuhkan usaha-usaha penunjang dari stakeholder terkait atau lainnya untuk menyempurnakan rasio tersebut. Studi potensi pembangkit listrik tenaga mikro hidro Curup Selingsing merupakan salah satu usaha stakeholder selain pemerintah untuk menyempurnakan elektrifikasi nasional, usaha tersebut direpresentasikan dengan menjadikan desa tertinggal energi yaitu Desa Matas sebagai konsumen sasaran utama. Berdasarkan potensi alam sekitar maka dipilih Curup Selingsing sebagai sentral penelitian potensi pembangkitan energi listrik diantara potensi lainnya. Penelitian ini ditujukan untuk menunjang program desa mandiri energi dan membantu usaha perusahaan listrik untuk menjangkau daerah-daerah yang sulit dialiri listrik karena kondisi geografis. Selain Desa Matas, alokasi energi listrik terbangkitkan juga dialokasikan untuk camp Curup Selingsing dan pusat pengolahan hasil panen kelapa sawit. Penelitian ini berfokus pada pengambilan hingga analisis data head dan debit aliran air, debit diperoleh melalui penelitian luasan penampang dan kecepatan aliran, kecepatanmenggunakan metode pelampung yang diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 8066 tahun 2015. Data head dan debit diolah ke dalam persamaan-persamaan pembangkitan energi listrik dengan tenaga mikrohidro, sehingga didapatkan besar nilai energi listrik yang dapat dimanfaatkan oleh calon konsumen nantinya. Hasil penelitian diorientasikan pada kemampuan pembangkitan dari potensi head dan debit aliran Curup Selingsing sebagai PLTMH untuk disuplai ke masyarakat Desa Matas, apabila energi terbangkitkan berlebih maka dialokasikan untuk camp Curup Selingsing dan pusat pengolahan hasil panen kelapa sawit. Apabila penelitian ini direalisasikan maka besar daya listrik yang dapat disuplai ke titik-titik beban tersebut berdasarkan penelitian ini yaitu sebesar 72,3428 kilowatt, jika sistem beroperasi selama 24 jam maka menghasilkan energi sebesar 1.736,2272 kilowatt-jam. Berdasarkan hasil penelitian maka terevaluasi bahwa aliran air Curup Selingsing berpotensi untuk direalisasikan sebagai pembangkit listrik tenaga air skala mikrohidro (PLTMH) untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat sasaran, karena berpotensi dapat memenuhi kebutuhan listrik salah satu desa tertinggal energi, maka penelitian ini dapat mendukung usaha elektrifikasi nasional dari pemetintah

    Partial Rewinding Coil pada Generator Unit 6 PLTD Ampenan Menggunakan Standar IEEE

    No full text
    PLTD Ampenan merupakan salah satu pembangkit listrik tenaga diesel yang berlokasi di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. PLTD Ampenan memiliki 8 unit pembangkit yang bekerja dengan total daya 37,5 MW. Unit 6 PLTD Ampenan merupakan generator sinkron yang memiliki kapasitas 9900 kVA atau 8 MW. Pada Oktober 2019 terjadi kerusakan pada generator unit 6. Setelah dilakukan pemeriksaan pada generator, ditemukan kerusakan di bagian winding stator yang mengakibatkan top bar coil mengalami hubung singkat. Tindakan perbaikan yang diambil adalah partial rewinding coil terhadap coil stator yang terbakar dan hubung singkat ke body generator. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partial rewinding coil menggunakan standar IEEE dan meninjau pengaruhnya pada generator unit 6 PLTD Ampenan. Pada penelitian ini akan dilakukan partial rewinding coil dengan menggunakan standar IEEE. Kemudian akan ditinjau pengaruhnya pada nilai tegangan, frekuensi, faktor daya, daya beban, dan keseimbangan arus generator unit 6 PLTD Ampenan. Peninjauan dapat dilakukan dengan cara membandingkan data output generator sebelum mengalami kerusakan dengan data output generator setelah diperbaiki. Dengan menerapkan standar IEEE pada proses partial rewinding coil, terdapat ketidaksesuaian standar saat pengujian polaritas indeks pada tahap pra comissioning. Namun atas kesepakatan dengan pihak user, comissioning tetap dilakukan dengan catatan pemberian tegangan pada generator dinaikkan secara bertahap. Setelah menyelesaikan semua tahapan partial rewinding coil, generator dinyatakan running well. Berdasarkan analisis data output generator sebelum mengalami kerusakan dengan data output generator setelah diperbaiki, nilai tegangan, frekuensi, dan faktor daya cenderung sama seperti kondisi generator sebelum mengalami kerusakan. Arus yang mengalir pada masing-masing fasa generator dinyatakan seimbang karena nilai tahanan konduktor pada masing-masing fasa tidak melewati batas deviasi dari rata-rata tahanan konduktor ketiga fasanya yaitu Ā±2%. Sedangkan pada daya beban mengalami peningkatan setelah dilakukan partial rewinding coil dengan nilai arus eksitasi yang sama

    Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming Dan Penyulang 20 KV Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

    Full text link
    Tenaga listrik sangat berguna baik dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga ataupun kebutuhaan dunia industri. Dalam penyaluran tenaga listrik dari pembangkit ke beban, diperlukan kontinuitas pelayanan yang baik kepada konsumen. Hal ini akan mempengaruhi keandalan sistem penyalurannya. Untuk memperoleh kendalan sistem yang tinggi perlu dipasang peralatan proteksi yang handal untuk meminimalisir gangguan yang terjadi. Agar dapat dikatakan bahwa sistem proteksi yang terpasang itu benar-benar handal, proteksi haruslah memiliki tingkat efektifitas, ekonomis, kecepatan bereaksi dan tingkat kepekaan yang tinggi.Sistem pola pengamanan yang umum digunakan saat ini adalah pengamanan kaskade, namun pola ini masih banyak kelemahannya. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu sistem proteksi yang lebih akurat dalam melakukan pengkuran variabel-variabel gangguan, dapat meminimalisir terjadi gangguan dan yang mampu meningkatkan keamanan peralatan sekaligus mengingkatkan keandalan pasokan daya ke sistem 20 kV. Pola yang dapat direkomdansikan adalah pola pengamanan non kasakde karena waktu yang dibutuhkan untuk perlambatan waktunya 0-100mdet dengan rele dihulunya bila dibandingkan dengan pola kaskade yaitu 0,4-0,5 detik.Dari hasil penelitian, didapat bahwa arus gangguan hubung singkat terbesar adalah arus gangguan tiga fasa yang terletak di busbar 20 kV sebesar 6327,84 A dan gangguan terkecil adalah arus gangguan antar gasa yang terjadi di ujung penyulang sebesar 540,04 A. Sedangkan untuk koordinasi rele arus lebih non kaskade di sisi masukan 20 kV dan penyulang diperoleh TMS sisi masukan 20 kV sebesar 0,1978 dan untuk sisi penyulang sebesar 0,1826. Dengan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan waktu kerja untuk menghilangkan gangguan akan lebih cepat daripada pola yang diterapkan saat ini.Kata Kunciā€”Keandalan, pola pengamanan kaskade dan non kaskade, rele arus lebih
    corecore