58 research outputs found
ANALISIS INTELLECTUAL CAPITAL STATEMENT PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI SURABAYA
Persaingan global tidak saja terjadi di dunia industri dan perdagangan, tapi juga
berlaku bagi dunia pendidikan. Tantangan bagi Perguruan Tinggi di Indonesia adalah tingkat
persaingan yang makin tinggi baik antar Perguruan Tinggi lokal maupun Perguruan Tinggi
Asing. Para penyelenggara Pendidikan dan pemakai lulusan yang tidak hanya menuntut
lulusan berpengetahuan tetapi juga berketrampilan berkompetensi. Sebuah perguruan tinggi
tidak lepas dari pemberlakuan dan penyempurnaan parangkat-perangkat intern.
Perguruan tinggi adalah tempat yang diharapkan dapat mencetak kader-kader
pemimpin bangsa di masa mendatang sehingga dianggap dapat mempengaruhi perkembangan
dan kemajuan negara itu sendiri. Alumni perguruan tinggi yang baik diharapkan tanggap
akan permasalahan yang terjadi di masyarakat atau lingkungannya dan diharapkan dapat
berani tampil untuk memberi solusinya.
Surabaya memiliki Lebih dari 80 perguruan tinggi, Dari sekian banyak perguruan
tinggi yang ada di Surabaya hanya terdapat empat perguruan tinggi yeng berstatus negeri,
yaitu Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, dan Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel. Keempat perguruan Tinggi
negeri tersebet mempunyai spesifikasi dan kelebihan tersendiri, seperti Universitas Negeri
Surabaya, Perguruan Tinggi ini ini merupakan Perguruan Tinggi yang mengutamakan
program kependidikan, meskipun ada program lain non kependidikan. IAIN Sunan Ampel
mempunyai karakteristik yang di dalam program pendidikannya mengutamakan program
Islamic Studies,dan kriteria-kriteria lain pada perguruan tinggi negeri disurabaya.
Tujuan dari dari analisis Intellectual Capital Statement (ICS) adalah untuk mengetahui
kekayaan intellectual sebuah organisasi, dalam hal ini adalah universitas. Hal ini dilakukan
agar universitas tetap dapat mempertahankan eksistensinya. Pada penelitian ini dilakukan
analisis untuk mengetahui variabel kritis ICS Universitas, yaitu Human Capital¸Streuctural
Capital dan Relational Capital dapat mengevaluasi Intellectual Capital Statement pada
perguruan tinggi negeri yang ada di Surabaya.
Penentuan sampel dilakukan berdasarkan konsep nonprobability sampling yaitu
dengan purposive sampling. Pada konsep ini penulis menentukan kriteria responden yaitu
anggota Himpunan mahasiswa, BEM atau organisasi mahasiswa yang ada di dalam setiap
perguruan tinggi negeri di Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor Human Capital, Structural
Capital, Relational capital Unidimensi dapat mengevaluasi Intellectual Capital Statement atau
signifikan positif
Implementasi Manajemen Pendidikan Karakter Mewujudkan Indikator Kinerja Utama SD Islam Al Ikhlas
Kasus anak berkarakter negatif berupa perundungan, kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual masih terjadi di lingkungan pendidikan. Sekolah melaksanakan pendidikan karakter masih banyak menitikberatkan pada konteks pengetahuan dibandingkan pengamalan menyebabkan siswa kesulitan membentuk karakter positif. Pendidikan karakter di sekolah merupakan tahapan pembentukan karakter yang tidak kalah pentingnya dari pembentukan karakter oleh orang tua di keluarga. Sekolah harus memiliki dan menerapkan manajemen pendidikan karakter siswa untuk mencapai visi sesuai misi dan karakteristik sekolah masing-masing. Penggunaan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai alat ukur kinerja sekolah dengan tepat dan akurat sangat membantu pengelola sekolah untuk menyajikan keberhasilan pencapaian tujuan sekolah untuk dipertanggungjawabkan kepada seluruh pemangku sekolah. Tujuan penelitian ini memaparkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi manajemen pendidikan karakter SD Islam Al Ikhlas untuk mewujudkan IKU sekolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penelitian studi kasus di SD Islam Al Ikhlas. Hasil temuan penelitian yaitu: (1) Perencanaan Pendidikan Karakter dan Indikator Kinerja Utama (IKU) selaras dengan visi dan misi sekolah dengan melibatkan pemangku kepentingan sekolah. (2) Pelaksanaan pendidikan karakter melalui kegiatan sosialisasi, pembelajaran, pembiasaan dan ekstrakurikuler sesuai rencana yang telah dibuat; 3) Kontrol pendidikan karakter menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU) meliputi kegiatan monitoring, evaluasi dan penyampaian laporan
TEO-ETIKA HINDU PADA PEMENTASAN TARI SAKRAL RANGDA DALAM PROSESI NAPAK SITI
Pada kajian ini, secara khusus menelisik lebih dalam tentang pementasan tari sakral Rangda pada prosesi napak siti melalui pendekatan Teo-etika Hindu. Melalui kajian ini, penulis berupaya menggali makna teologis dan etika pementasan tari sakral Rangda yang dipentaskan dalam setiap sritual napak siti atau mapinton ketika prosesi sakralisasi Barong-Rangda dilakukan. Prosesi “menarikan” Rangda ini menjadi penting dilakukan sebagai sebuah proses “pengesahan”, bahwaRangda telah layak disebut sakral, dan berhak dijadikan objek pemujaan. Meskipun, Barong-Rangda sudah disakralkan melalui proses ritual, tetapi belum dilakukan proses napak siti, maka Barong dan adalah proses pemberkatan kepada pertiwi (bumi), dan dalam teologi Hindu pertiwi adalah Sakti dari Bhatara Siwa sebagai simbol kekuatan yang supream. Jadi, pementasan tarian napak siti ini menjadi hal yang menarik dikaji dalam upaya menggali makna teologi, estetik dan etika dalam menarikan Rangda sebagai pentasbihan, bahwa Rangda sudah terbukti sakral dan dapat dijadikan objek pemujaan
PENGARUH EKSTRAKURIKULER PASKIBRA TERHADAP PENGAMALAN NILAI-NILAI NASIONALISME DI SMKN 4 PEKANBARU
This research is based on problems that often occur in the school environment, one of these problems is the fading of nationalist values. Among the factors that influence this is the process of globalization. Several studies say that there is a weakening or shallowing of Nationalism among the younger generation. Triatna (2013) said that in the current era of globalization, the spirit of nationalism among the younger generation is experiencing a decline. The weakening of the spirit of nationalism in the younger generation could be a risk of weakening the values ​​of patriotism which are the basis of our love for our beloved homeland. The aim of the research is to find out whether there is an influence of extracurricular activities on the practice of nationalist values ​​at SMKN 4 Pekanbaru. This research uses quantitative methods with a statistical approach. This research was conducted using observation, questionnaire and documentation methods. Based on the results of statistical data tests, it was obtained that Fhit ≥ Ftab, namely 78.013 ≥ 4.09, this means that the hypothesis in this study is accepted. Furthermore, the coefficient of determination value was 0.667. Based on these results, it can be concluded that the influence of Paskibra Extracurricular on the Practice of Nationalist Values ​​at SMKN 4 Pekanbaru is 66.7% at the "Strong" level
KERAUHAN dan NGIRING Kajian Teologi, Psikologi dan Etnografi
Sembah suci angayubagia penulis haturkan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat waranugraha
beliau, buku berjudul “Karauhan dalam Seni Budaya
Tradisi Bali” akhirnya dapat hadir di hadapan para
pembaca yang budiman.
Kelahiran buku ini sejatinya merupakan
pengembangan dari makalah dan formulasi pikiran
lainnya yang sempat penulis bawakan di berbagai
kesempatan, baik dalam seminar akademis, seminar di
kalangan praktisi, dharma wacana, hingga wawancarawawancara
khusus oleh berbagai media. Kehadiran buku
ini diharapkan dapat menjawab segala pertanyaan tentang
fenomena karauhan yang kini seolah-olah menjadi tren di
tengah praktik agama dan budaya masyarakat Bali.
Dalam prinsip konsep ajaran Hindu Bali, karauhan
sejatinya merupakan fenomena budaya yang bersifat
sakral. Karauhan tidak bisa terjadi secara sembarangan
dan mendobrak tatanan pakem menurut ruang dan waktu
yang ditetapkan suatu komunitas masyarakat. Namun,
dalam kehidupan kekinian pemahaman tentang hal itu
seakan membias. Karauhan justru dianggap sama dengan fenomena-fenomena sejenis yang terjadi di ruang-ruang
non-sakral. Kerauhan banyak dipahami sebagai ciri
pendalaman spiritual seseorang, padahal dalam sejumlah
kasus yang penulis temui prilaku yang ditampilkan justru
sangat jauh dari etika, pakem, terlebih terkait filsafat yang
mendasarinya.
Berlandaskan kasus-kasus tersebut, penulis merasa
perlu menformulasikan konsep-konsep karauhan menurut
tradisi yang diwarisi oleh leluhur Bali. Tujuannya tidak
lain untuk menjembatani kesenjangan pemahaman atas
fenomena karauhan yang terjadi di era kekinian,
khususnya bagi generasi muda Bali.
Mau tidak mau, duka tidak suka, generasi milenial
sudah sepatutnya menjaga warisan budaya leluhur.
Perubahan cara pandang generasi muda kini tentang
segala hal merupakan konsekuensi dari putaran semesta.
Sebab, pada hakekatnya satu-satunya entitas yang kekal
di alam semesta hanya perubahan. Generasi muda boleh
berkreasi sekreatif mungkin untuk berpacu di tengah
kemajuan zaman, namun sepatutnya pola tradisi yang ada
sebelumnya dapat tetap dirawat. Kombinasi tradisi dan
cara pandang kekinian akan menghasilkan budaya baru
yang tak kehilangan roh budaya asal, namun mampu
menjawab persoalan-persoalan zaman. Begitu pula
karauhan, sepatutnya dapat dijaga untuk menjaga taksu
Bali yang luhur.
Oleh karena itu, penulis berharap kehadiran buku ini
dapat memberi sumbangsih pemikiran, baik kepada
masyarakat umum maupun di lingkar masyarakat akademis. Demi penyempurnaan-penyempurnaan konten
buku ke depan, kritik dan saran dari khalayak pembaca
sangat diharapkan.
Penulis turut mengucapkan terimakasih yang
setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat
penggarapan buku ini. Selamat membaca
CALONARANG Ajaran Tersembunyi di Balik Tarian Mistis
Angayubagia, buku ini terbit tepat pada waktunya dan
sesuai dengan yang diharapkan. Adapun buku ini adalah hasil
dari penelitian saya tentang Pementasan Dramatari Calonarang
di Kota Denpasar untuk meraih gelar doktor ilmu agama IHDN
Denpasar. Jadi, selama ini saya melihat bahwa banyak hasil
penelitian berhenti hanya sebatas riset dan tersimpan di ruang
perpustakaan. Tetapi saya bermaksud membukukan hasil karya
penelitian bertahun-tahun ini, sehingga menjadi buku agar
dapat dikosumsi publik. Selain itu, saya melihat sangat minim
sekali literatur buku yang menjelaskan tentang Calonarang,
baik dalam konteks seni pementasan, filsafat dan pengetahuan
mistiknya. Berangkat dari hal itu, tujuan saya membukukan
karya ini adalah untuk menambah kasanah pengetahuan
masyarakat berkaitan dengan Calonarang.
Calonarang sendiri merupakan objek yang sangat
menarik untuk dikaji dan ditelaah, baik dari kajian seni, teologi
dan estetika keindahan. Sebab selama ini paradigma umum
memandang bahwa Calonarang sering dihubungkan dengan
hal-hal yang menyeramkan dan berhubungan dengan praktik
mistik gaib. Padahal, Calonarang mencakup keseluruhan dari
aspek pementasan seni, ritual dalam praktik beragama, dan
pastinya berhubungan dengan ruang sakral yang bernafaskan magis. Berdasarkan atas hal tersebut buku Calonarang ini
dihadirkan untuk menambah wawasan kasanah literasi tentang
Calonarang secara komperensif.
Calorang dalam buku ini boleh dikatakan sesuatu yang
disajikan secara utuh dan lengkap yang berhubungan dengan
struktur pementasan, teologi Calonarang dan makna estetika
Calonarang. Struktur pementasan Calonarang mengacu pada
teks sastra Calonarang, dan teologi pementasan Calonarang
berhubungan dengan ritus Durga sebagai Panyomnya atau
penetralisir segala hal yang berhubungan dengan kosmos
(Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung). Dalam aspek makna,
Calonarang merupakan pementasan yang berhubungan dengan
pergumulan ideologi Durga sebagai bentuk Krura atau
peleburan segala hal yang berhubungan dengan energi merana
atau negatif yang terjadi dalam dimensi lapisan kosmos.
Untuk lebih jauhnya, para pembaca dapat
mengetahuinya dalam buku ini. Terimakasih saya ucapkan
kepada tim Bali Wisdom yang telah menjadikan karya ini
dalam bentuk buku. Dan, terimakasih pula kepada semua pihak
yang berhubungan dengan suksenya penelitian ini, seperti
Promotor, Kopromotor, Dewan Penguji penelitian ini, dan
segala pihak yang menjadikan terselesaikannya penelitian ini
hingga menjadi buku. Terimakasih pula kepada keluarga besar
Gases Bali yang telah mendukung segala kegiatan yang
berhubungan dengan pementasan dramatari Calonarang.
Terimakasih pula yang tidak terhingga kepada editor dari buku
ini I Ketut Sandika yang mengantarkan karya ini layak
diterbitkan dalam bentuk buku. Terimakasih pula saya ucapkan
kepada IKIP PGRI Bali, UKM Seni IKIP PGRI Bali, dan
semua komponen yang terlibat dalam kajian ini.Terimakasih tidak terhingga kepada Ibu Putri Suastini
Koster dan Bapak Rai Mantra yang sudah berkenan
memberikan sekapur sirih berkenaan dengan terbitnya buku ini.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, tanpa semuanya karya ini tidak akan
pernah terlahir, dan bisa ada dihadapan pembaca yang
budiman
MAKNA RELIGIUSITAS PEMENTASAN TARI BARIS KUPU-KUPU DALAM SISTEM RELIGI UMAT HINDU DI BALI PEGUNUNGAN
Penelitian ini menjelaskan secara diskriptif tentang aspek religiusitas pementasan Tari Baris Kupu-Kupu dalam sistem religi umat Hindu di Bali Pegunungan. Pementasan Tari Baris Kupu-Kupu dipentaskan tepat pada saat upacara Pujawali oleh masyarakat Bali Pegunungan. Warga Hindu pada masyarakat Bali Pegunungan meyakini tari sakral Baris Kupu-Kupu adalah tarian wali warisan leluhur. Pementasannya selalu berhubungan dengan kehidupan warga sekitar sebagai masyarakat agraris. Tari Baris Kupu-Kupu dipentaskan untuk mengungkapkan rasa terimakasih warga kepada leluhur, dan para dewa yang telah memberikan anugrah berupa kesuburan. Selain itu, pementasan Tari Baris Kupu-Kupu juga berhubungan dengan kepercayaan warga terhadap hal-hal yang berkaitan dengan katarsisme (penyucian). Jadi warga sangat berkeyakinan, ketika Tari Baris Kupu-Kupu dipentaskan dalam ruang sakral, secara tidak langsung dapat menyucikan makrokosmos (Bhuwana Agung) dan mikrokosmos (Bhuwana Alit).
This study describes descriptively about aspects of religiosity staging Tari Baris Kupu-Kupu in the religious system of Hindus in Bali Mountains. The performance of the Baris Kupu Dance is performed right at the Pujawali ceremony by the Balinese Mountain people. Hindus in the Balinese people Mountains believe the Baris Kupu-Kupu sacred dance is the guardian dance of the ancestors. The performance is always related to the lives of local people as an agrarian society. Tari Baris Kupu-Kupu is performed to express people's gratitude to their ancestors, and the gods who have given gifts in the form of fertility. In addition, the performance of the Tari Baris Kupu-Kupu is also related to people's trust in things related to catharsis (sanctification). So people are very confident, when the Tari Baris Kupu is staged in a sacred space, it can indirectly purify the macrocosm (Bhuwana Agung) and microcosm (Bhuwana Alit)
PEMENTASAN DRAMATARI CALONARANG DI KOTA DENPASAR PERSPEKTIF TEO-ESTETIKA HINDU
Pementasan dramatari Calonarang sebagai kesenian sakral dalam hal ini merupakan media bagi masyarakat dalam mendekatkan diri dengan Tuhan. Oleh karena itu, sangat penting melakukan kajian terhadap pementasan dramatari Calonarang di Bali melalui teropong ilmiah. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah sebagai berikut, (1) Bagaimanakah struktur pementasan dramatari Calonarang di kota Denpasar; (2) Aspek-aspek teo-estetika Hindu apa saja yang terkandung dalam pementasan dramatari Calonarang di kota Denpasar; (3) Apakah implikasi pementasan dramatari Calonarang di kota Denpasar perspektif teo-estetika Hindu. Adapun landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Semiotika, Teori Dekosntruksi Derrida, Teori Estetika, dan Teori Kaca Rasa Taksu. Selanjutnya dalam penelitian ini juga digunakan metode penelitian, seperti observasi, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi.
Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Struktur pementasan dramatari Calonarang di Kota Denpasar meliputi beberapa unsur, yaitu: (1) Lakon, (2) Aktor, (3) Gamelan Calonarang, (4) Kostum, (5) Dekorasi, (6) Lighting atau tata cahaya, (7) Arena pementasan, (8) Soud System. Kemudian pementasan dramatari Calonarang meliputi: (1) Sebelum pementasan ada ritual khusus yang dilakukan, (2) Awal pementasan diawali dengan tarian Barong, (3) Memainkan adegan terdiri menurut lakon, (4) Akhir pementasan dengan ritual penyamblehan. Aspek-aspek teo-estetika Hindu dalam pementasan dramatari Calonarang di Kota Denpasar meliputi: (1) Ramya yakni rame, bahwa pementasan Calonarang terdiri dari beberapa unsur seni yang dipadukan menjadi satu kesanian pementasan. (2) Suwung atau sunya yakni kosong dalam pementasan ada fase jeda dalam diam yang dapat memunculkan keindahan. (3) Magis adalah pementasan selalu memunculkan daya kegaiban sebagai ciri khas pementasan Calonarang. (4) Sakral, bahwa pementasan Calonarang selalu melibatkan ritus suci dan sebagai pelengkap upacara keagamaan. (5) Ĺšakti selalu dimunculkan dalam adegan pemujaan Dewi Durga sebagai Ĺšakti Ĺšiwa yang memunculkan keindahan. (6) Aeng adalah hal-hal yang menyeramkan yang mampu memunculkan rasa keindahan. (7) Harmonis merupakan perpaduan yang selaras dari berbagai komponen dalam pementasan. (8) Efek psikoteoestetika sebagai energi Rwabhineda di mana aeng mampu memberikan sentuhan psikologis kepada setiap individu.
Implikasi teo-estetika Hindu dalam pementasan dramatari Calonarang meliputi: (1) Implikasi terhadap realisasi kekuatan Pañca Kṛtya Śakti, yakni lima kekuatan Dewi Durga: Sṛsti Śakti yakni kekuatan menciptakan, Stiti Śakti yakni kekuatan memelihara, Samhara yakni kekuatan melebur, Anugraha yakni kekuatan sebagai penganugrah, dan Tirobhawa kekuatan mengaburkan. (2) Realisasi kekuatan Pañca Durga di mana Dewi Durga dengan kemahaannya memiliki lima kekuatan: Dari Durga, Sri Durga, Sukri Durga, Raji Durga dan Dewi Durga. (3) Penguatan terhadap konsep Kiwa-Tengen sebagai simbolisasi Rwabhineda, bahwa pementasan Calonarang adalah representasikan ilmu Kiwa-Tengen. (4) Implikasi terhadap konsep Mandala adalah arean sebagai mandala. Yantra adalah simbol, seperti banten, rerajahan dan atrubut pentas. Mantra pada penari Rangda, dan Mudra adalah postur jari penari yang mengandung kekuatan magis. (5) Implikasi terhadap jalan kelepasan yakni penyatuan antara Ang dan Ah sehingga mencapai kelepasan
- …