30 research outputs found
Analisis Pengaruh Variasi Heat Input terhadap Uji Impact, Uji Metalografi, dan Laju Korosi pada Pengelasan SMAW Sambungan Pelat Baja A36 dengan Baja Structural Steel 400 (SS400)
Pengelasan marupakan metode penyambungan material yang sering digunakan pada kapal dan industri lepas pantai. Baja karbon rendah seperti baja A36 dan baja structural steel 400 (SS400) merupakan material yang sering digunakan dalam konstruksi kapal. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis pengaruh variasi heat input pada pengelasan SMAW sambungan pelat baja A36 dengan baja structural steel 400 (SS400) terhadap uji laju korosi dan beberapa sifat mekanik seperti uji impact dan uji metalografi. Untuk variasi yang digunakan pada penelitian ini adalah heat input yaitu 1,08 kJ/mm, 1,26 kJ/mm, dan 1,44 kJ/mm. Dari pengujian impact didapatkan untuk nilai ketangguhan impact energy terbesar yaitu pada variasi heat input 1,44 kJ/mm sebesar 122 Joule. Pada pengujian makro metalografi, didapatkan hasil bahwa semakin besar heat input yang digunakan maka akan memiliki ukuran weld metal yang semakin lebar. Selain itu pada pengujian mikro metalografi didapatkan bahwa semakin besar heat input yang digunakan maka struktur mikro yang terbentuk akan semakin kasar. Sehingga akan menyebabkan nilai ketangguhan meningkat. Sementara pada pengujian laju korosi, didapatkan bahwa nilai laju korosi tertinggi yaitu pada spesimen dengan variasi heat input 1,44 kJ/mm yaitu sebesar 0,5386 mm/a
Influence of Pre-Weld Heat Treatment and Aging Post-Weld Heat Treatment on Tensile Test and Microstructure of Aluminium 6061 Weld Joint
Aluminium 6061 is an aluminium composition with Al-Mg-Si alloy which is often used for offshore structure material due to its high strength, good ductility and good corrosion resistance as well as its mechanical properties that can be enhanced by heat treatment. The purpose of this paper is to show the effect of heat treatment variations, in the form of preheating and aging PWHT, on tensile strength and microstructure of aluminium 6061 welding connection with GTAW process using electrode ER 5356. The pre-heat temperature variations used were 80°C, 100°C, and 120°C and the aging PWHT temperature variations used were 180°C and 260°c. The result shows that specimen with preheat treatment temperature of 120°C and aging pwht temperature of 260°C had the largest ultimate strength of 246.74 MPa and yield strength of 125.21 MPa. The highest percentage of Mg2Si formed was also found on the same specimen with a percentage of 48.84% in weld metal, 58.75% in HAZ, and 43.54% in base metal
Analisa Pengaruh Variasi Pre-Weld Heat Treatment dan Aging Post Weld Heat Treatment pada Sambungan Las Alumunium 6061 terhadap Kekuatan Tarik dan Struktur Makro
Alumunium 6061 merupakan alumunium dengan komposisi paduan Al-Mg-Si sebagai paduan utama yang sering digunakan untuk material struktur lepas pantai dikarenakan kekuatan yang tinggi, ductility baik dan ketahanan korosi yang baik juga sifat mekanisnya ditingkatkan dengan cara heat treatment. Tujuan dari paper ini adalah untuk menunjukkan bagaimana pengaruh variasi perlakuan heat treatment berupa preheating dan aging post weld heat treatment pada sambungan las alumunium 6061 dengan proses GTAW terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro dengan elektroda ER 5356. Adapun variasi suhu preheat adalah 80℃, 100℃, dan 120℃ dan variasi suhu aging post weld heat treatment 180℃ dan 260℃. Hasil penelitian didapatkan spesimen dengan perlakuan preheat 120℃ dan aging post weld heat treatment 260℃ memiliki ultimate strength terbesar yaitu 246,74 MPa dan yield strength sebesar 125,21 MPa. Serta HAZ terpanjang dimiliki spesimen perlakuan preheat 120℃ dan aging PWHT 260℃ dengan lebar HAZ sepanjang 3,5 mm
Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Inhibitor dan Konsentrasi Inhibitor terhadap Laju Korosi dan Penentuan Efisiensi Inhibisi pada Baja Tulangan Beton ST 42 di Kondisi Lingkungan Laut
Korosi pada logam adalah masalah yang tidak bisa dihindari, hanya bisa dihambat. Masalah ini harus diperhatikan secara khusus, karena bisa berdampak pada kerugian materi maupun kerugian teknis. Salah satu cara yang digunakan untuk menghambat korosi adalah dengan penambahan inhibitor. Seperti pada penelitian yang dilakukan pada tugas akhir ini, meneliti pengaruh variasi inhibitor dan konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi dan penentuan efisiensi inhibisi pada baja tulangan beton ST 42 di kondisi lingkungan laut. Inhibitor yang akan digunakan adalah sodium nitrit, asam askorbat, dan asam karboksilat, dan variasi konsentrasi inhibitornya adalah 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm. Larutan induk media korosif yang digunakan adalah larutan garam dengan salinitas 3,5 %. Data dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi inhibitornya maka semakin rendah laju korosinya, serta didapatkan kondisi optimal pengaruh variasi inhibitor dan konsentrasi inhibitor terhadap laju korosi pada baja tulangan ST 42 di kondisi lingkungan laut yang efisiensi inhibisinya tertinggi adalah baja tulangan beton ST 42 pada beton bertulang menggunakan inhibitor sodium nitirt dengan konsentrasi 300 ppm, yaitu sebesar 0,37665 %
Impact of Reclamation Development on Sedimentation and Current Pattern in East Coast Surabaya (Pamurbaya)
Reclamation is an effort to establish a new land area either in coastal areas or in the middle of the ocean. In Pamurbaya area a number of property projects both housing and apartments is still continuing. Environmental impacts of the coastal reclamation project is in the potential increase of flooding. The changes include the extent of the cluster, the composition of river sediments, the tidal pattern, the pattern of ocean currents along the coast and damaging the water system. This study examines changes in current patterns, morphology, and sedimentation rate due to the reclamation modeled using Delft3D software. The pattern of current flow after the reclamation has changed. Basic surface changes that occur before and after reclamation in each crossection is by difference, crossection 1 = +0.22 m, crossection 2 = -0.19 m, and crossection 3 = +0.11 m. The sign (+) shows the occurrence of sedimentation, while (-) is erosion. The condition after the reclamation in crossection 1 is sedimentation, crossection 2 is erosion, and crossection 3 is sedimentation. The difference in intensity is very small, therefore the erosion and sedimentation which took place after reclamation is not too significant
Pemberdayaan Potensi Wisata Pantai Kenjeran Surabaya
Surabaya merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki potensi pada daerah pesisir pantai, karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Selat Madura. Salah satu potensinya yaitu dengan adanya pantai wisata seperti Pantai Kenjeran. Pada saat ini, terdapat dua Pantai Kenjeran di Kota Surabaya, yaitu: Pantai Kenjeran Lama dan Pantai Kenjeran Baru. Dalam perkembangannya, Pantai Kenjeran Baru lebih unngul karena selain lahannya yang lebih luas daripada Pantai Kenjeran Lama, wahana pada Pantai Kenjeran Baru juga lebih modern. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi yang dimiliki Pantai Kenjeran Lama Surabaya sebagai pantai wisata. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan mengetahui cara untuk meningkatkan nilai beach recreational index Pantai Kenjeran Lama berdasarkan pada 3 indeks, yaitu: beach index, knowledge index, dan monetary index. Pada penelitian ini, Pantai Kenjeran Lama selanjutnya disebut sebagai Pantai Kenjeran Surabaya. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode kuisioner online. Kuisioner terdiri dari 20 buah pernyataan yang terbagi ke dalam 4 parameter, yaitu: parameter kondisi alam, fasilitas umum, partisipasi masyarakat, dan ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai beach index sebesar 0,762 (medium), knowledge index 0,728 (medium), dan monetary index 0,963 (high)
The Effect Analysis of Coating Thickness Variation and Mixture Composition of Magnesium – Flake Glass on Epoxy Coating on Abrasive Resistance, Adhesion Strength, and Prediction of Corrosion Rate of ASTM A36 Steel Plate
Steel cannot be separated from the marine manufacturing industry. It is important to control the corrosion rate of steel used for offshore structures. The coating method can be used in mobilization areas and splash zones that have high corrosion rates due to sustained friction loads in the marine environment. The purpose of this study was to analyze the different in adhesion strength, abrasion resistance, and corrosion rate prediction of ASTM A36 low carbon steel plate with coating thickness variations of 300µm, 500µm, and 700µm and Magnesium Carbonate - Flake Glass mixture variations of 10%, 20%, and 30%. In the pull-off test, the highest value of adhesion strength was obtained from specimen with 300µm coating thickness and 10% Magnesium Carbonate - Flake Glass mixture with a value of 5.67 Mpa. The highest abrasion test value was obtained from specimen with 700µm coating thickness and 30% Magnesium Carbonate - Flake Glass mixture with a value of 0.91 Wear Cyces per Micrometer. Whereas in the three cells electrode test, the highest value was found at specimen with 700µm coating thickness and 30% Magnesium Carbonate - Flake Glass mixture with a value of 0,00010 mmpy
Effect Analysis of Post Heating Temperature Variation on Metallography and Bending Test of GMAW ASTM A53 Steel Weld Joint
ASTM A53 steel is medium carbon steel with 0.3% carbon content and is often used for pipe manufacturing. The purpose of this study was to determine the effect of post heating temperature variation on bending and metallography test on weld joint of ASTM A53 steel using the GMAW process. The electrode used is ER-70S-6. Post heating temperature variations are 250oC, 300oC and 350oC. The bending test result showed that welding with 350oC postheating temperature produce the smallest open defect value. The microstructure result showed that welding with 350oC post heating temperature produce the smallest pearlite percentage in three areas observed
Effect Analysis on Coating Methods and Corrosive Media Variations toward Adhesion Strength, Corrosion Rate, and Metallography of ASTM A36 Steel with Polyurethane Coating
Corrosion can cause material damage due to the material’s reaction with the environment. Corrosion will affect materials on construction, including metal material, thereby reducing the strength and the construction life, especially in a corrosive environment. The most effective and economical corrosion control is coating. The right coating application method will result in good bonding of the paint with the material, so that the corrosion protection will be better. This research used the ASTM A36 carbon steel material and polyurethane coatings. The purpose of this study is to determine the adhesion strength and corrosion rate by varying the application methods, namely brush, roll, and spray. In the pull-off test, the highest value of adhesion strength was obtained in the spray coating method with an average value of 20,82 MPa. Whereas in the three-electrode cell testing, the lowest corrosion rate using NaCl corrosive media was found in the spray coating method with a value of 0.000025402 mmpy and the lowest corrosion rate using FeCl3 corrosive media was found in the spray coating method with a value of 0.00182 mmpy