38 research outputs found

    KARAKTER BANGSA DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT BALI

    Get PDF
    Each community has a character as the values that is inherent in their daily life. The character gives traits in the way of thinking, behavior, infl uenced by a variety of input received from the environment. Therefore, instead of an existing character by nature, but rather the process of life is refl ected in his behavior. Thus the character of a nation is a long process of Indonesian people of which the data traces can be tracked from the past.This paper attempts to lift the national character of the people of Bali, which focused on four villages, in the category of rural villages and coastal villages. Four villages were: Village of Kayubihi and Bugbug (as rural village) and Kampung Baru Village and Kusamba (as coastal village). This study raised the questions: How is the national character refl ected and actualized in the public life ? Further, what factors are affecting the formation of the nation characters in the life of society ? Methodologically, this study tried to do a more comprehensive approach in the following aspects: historical, values, and the environmental community. In terms of method, this study applied qualitative methods, by taking some research steps: interviews, readings, recording, note taking, FGD, and interpretative analysis.The results showed that the character of the nation in the four villages shows similarity that the general concepts applied in Bali, such as: tri hita karana, tri kaya parisuda, tri mandala, desa kala patra, rwa bhineda, Unity in Diversity, Pancasila. While in particular, the remote villages show old tradition properties as the village inheritance, such as: ulu apad, homogeneous properties, hulu teben, the role of village kebayan, while in the coastal village is refl ected by the spirit of multicultural behavior, heterogeneous, mutual respect, and so other. The actualization is shown on people’s lives such as: on mutual understanding, consultation in the village, and the synergy of traditional and offi cial village services, worked together in mutual cooperation, each gives place to the interests of others. All the activities are affected by historical factors, the values of religion, nationality, and the environment. Setiap kelompok masyarakat memiliki karakter sebagai nilai-nilai yang melekat dalam kehidupannya. Karakter itu memberi ciri pada cara berpikir, tingkah laku, yang dipengaruhi oleh berbagai masukan yang diterima dari lingkungannya. Karena itu, karakter sesuatu yang ada secara alamiah, melainkan hasil proses kehidupan yang tercermin dalam tingkah lakunya. Demikian karakter bangsa adalah merupakan suatu proses panjang bangsa Indonesia yang dapat dilacak jejak-jejaknya sejak masa lampau. Tulisan ini mencoba mengangkat karakter bangsa dari masyarakat Bali, yang terfokus pada empat buah desa, dalam kategori desa pedalaman dan desa pantai. Empat desa itu adalah: Desa Kayubihi dan Bugbug (sebagai desa pedalaman) dan Kelurahan Kampung Baru dan Kusamba (sebagai desa pantai). Penelitian ini mengangkat pertanyaan: Bagaimana nilai karakter bangsa itu tercermin dan teraktualisasi dalam kehidupan masyarakat ? Selanjutnya faktor-faktor apa yang memperngaruhi terbentuknya karakter bangsa dalam kehidupan masyarakat itu ? Secara metodologis dicoba melakukan pendekatan yang lebih komprehensif dari aspek-aspek: historis, nilai-nilai, dan lingkungan masyarakat. Dari segi metode, digunakan metode kualitatif, dengan melakukan langkah-langkah penelitian dengan wawancara, pembacaan, perekaman, pencatatan, FGD, dan analisis interpretatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa karakter bangsa di empat desa itu, memperlihatkan persamaan konsep-konsep yang umum berlaku di Bali, seperti: tri hita karana, tri kaya parisuda, tri mandala, desa kala patra, rwa bhineda, bhineka tunggal ika, Pancasila. Sementara secara khusus, desa pedalaman memperlihatkan sifat-sifat kekunaan tinggalan desa, seperti: ulu apad, sifat homogeen, hulu-teben, peranan kabayan desa, sedangkan di desa pantai tercermin semangat menyama braya (multikultur), hetrogeen, saling menghargai, dan lain-lain. Aktualisasinya terlihat pada kehidupan masyarakat seperti: hidup saling memahami, musyawarah dalam desa, sinergi desa adat dan dinas, bergotong royong, saling memberikan tempat pada kepentingan yang lain. Sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: faktor sejarah, nilainilai agama, kebangsaan, dan keadaan lingkungan

    Sejarah kota Denpasar 1945-1979

    Get PDF
    Pengertian "Sejarah Kota" dalam hal ini ialah sejarah pertumbuhan dan perkembangan kota-kota besar di Indonesia ditinjau dari segj politik, ekonomi dan sosial-budaya pada periode tertentu (19SO - 1979). Dengan tersusunnya "Sejarah Kota" tiap-tiap daerah di wilayah Indonesia, diharapkan masyarakat luas akan memperoleh bahan-bahan informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan suatu kota. Adanya informasi yang disajikan kepada masryarakat dalam bentuk tulisan sejarah akan membuka kemungkinan tercapainya suasana dinamis serta dapat memancing partisipasi masyarakat dalam usaha-usaha pembangunan

    PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (PKK) DI KOTA MALANG: DALAM PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA

    Get PDF
    Keputusan pemerintah untuk merevitalisasi dan mengelompokkan organisasi perempuan di bawah departemen dalam federasi mengakibatkan lahirnya Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yaitu organisasi yang mewadahi perempuan yang tidak berada di bawah departemen. Kehadiran PKK selain diharapkan mampu membawa keluarga pada kondisi sejahtera dan mandiri, juga mampu membebaskan perempuan dari belenggu budaya patriarkhi. Namun, kenyataannya PKK belum sepenuhnya mampu mengubah kondisi keluarga dan perempuan, sehingga belum terwujud kesetaraan dan keadilan gender. Adanya kesenjangan ini menyebabkan perlunya melakukan penelitian terhadap PKK, khususnya di kota Malang. Penelitian ini bertujuan mengkaji: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya PKK; (2) paradigma kelembagaan yang dikembangkan PKK; dan (3) makna PKK dikaitkan dengan kesetaraan dan keadilan gender.Penelitian ini mengambil lokasi di kota Malang, dengan subjek: PKK kota Malang, kecamatan Lowokwaru dan kelurahan Lowokwaru. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Penentuan informan dilakukan secara purposive. Teknik pengumpulan data melalui: observasi partisipasi, wawancara dan, pemanfaatan dokumen. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan interpretatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya PKK adalah: politik, ekonomi, sosial dan budaya. Faktor ekonomi merupakan faktor paling berpengaruh pada awal kemunculan PKK, namun dalam perkembangannya faktor politik menjadi dominan karena terjadinya politisasi gerakan perempuan; (2) paradigma kelembagaan yang dikembangkan PKK adalah paradigma dari atas ke bawah (top down) dan bergerak dari konsep pendidikan, pembinaan, dan pemberdayaan; (3) makna PKK dikaitkan dengan kesetaraan dan keadilan gender, yaitu makna keharmonisan, makna solidaritas, makna keadilan, makna keselarasan, dan makna keseimbangan

    Forum arkeologi Volume 25, No. 2, Agustus 2012

    Get PDF
    Forum Arkeologi volume 25 no. 2 memuat tujuh buah artikel yang terdiri dari empat artikel adalah hasil karya para peneliti Balai Arkeologi Denpasar, sebuah artikel hasil karya peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta, sebuah artikel hasil karya peneliti Pusat Arkeologi Nasional Jakarta, dan sebuah artikel ditulis oleh guru besar Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana. Prof. DR. I Gede Parimartha membahas karakter bangsa melalui penelitian masyarakat Bali pada empat buah desa, dua buah desa di pedalaman dan dua buah desa di pesisir. Hasil penelitian memperlihatkan persamaan konsep yang berlaku umum di Bali seperti : tri hita karana, trikaya parisudha, trimandala, rwa bineda, dan sifat saling menghargai. Masyarakat pedalaman kental dengan sifat-sifat kekunaan seperti sistem hulu hapad dan nuansa homogen, sedangkan masyarakat pesisir memperlihatkan sifat heterogen dengan multikultur

    FORUM ARKEOLOGI VOLUME 24, NO 1, APRIL 2011

    Get PDF
    Journal ini membahas tentang arkeologi di Bali, di dalamnya berisikan 9 artikel dimana masing masing artikel membahas mengenai Integrasi Bangsa dan Harmonisasi Sosial: Sistem Pemerintas Desa di Bali, Jejak Arsitektur Tradisional di Kampung Megalitik Sumba Barat, Fungsi Bija-Mantra dalam Ajaran Buddha, Pola Pemukiman Tradisional Ende dalam Konteks Tradisi Megalitik, Tinggalan Budaya Siwaistik di Pura Gunung, Dusun Canggi, Sukawati, Gianyar, Tubuh Rah dalam Prasasti Batur Pura Abanga, Tinggalan Arkeologi di Pura Bukit Ligundi Cemeng, Dusun Kubu Salya, Desa Sukawana, Studi Kasus Tentang Tinggalan Sarkofagus Subak Roban Bitera, Kabupaten Gianyar, Pengembangan Pusaka Budaya Situs Wasan

    PATUNG GARUDA DALAM SENI BUDAYA BALI

    Get PDF
    Penelitian ini membahas patung garuda dalam seni budaya Bali dari perspektif kajian fungsi. Patung garuda dalam seni budaya Bali merupakan simbol-simbol yang memiliki bermacam fungsi. Maka itu patung garuda keberadaannya sangat popular di Bali. Saking populernya patung garuda ini menjadi daya tarik untuk dikaji lebih mendalam terkait pada seni budaya Bali dari perspektif fungsi. Penelitian ini meneliti fungsi patung garuda sebagai karya seni patung yang mengambil tema garuda. Objek penelitian berupa benda-benda hasil-hasil kreativitas seniman dalam mengekspresikan garuda dalam bentuk patung yang pada zaman sekarang memiliki fungsi-fungsi tertentu yang dapat diamati di Bali. Secara keseluruhan penelitian ini dapat dikemukakan bahwa dalam konteks fungsi patung garuda dalam tingkatan yang berbeda seperti fungsi penempatannya sangat menarik untuk dikaji. Dalam penelitian ini perspektif fungsi digunakan sebagai kacamata untuk memahami fungsi patung garuda sebagai simbol-simbol agama, sebagai hiasan bangunan, sebagai media komunikasi, dan gaya hidup. Penelitian ini berangkat dari masalah bagaimanakah fungsi patung garuda dalam seni budaya Bali terkait dengan sosial budaya masyarakat? Masalah ini penting untuk diangkat karena patung garuda memiliki bermacam fungsi yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan ruang dan waktu. Bali dipilih sebagai daerah penelitian karena dikenal sebagai daerah seni. Bali sebagai daerah seni banyak patung garuda dibuat dengan berbagai gaya dan material, serta ukuranya beraneka ragam. Selain itu penempatan patung garuda juga beragam yang menjadikan fungsinyapun ikut berbeda. Patung garuda tentu dalam perkembangannya ada kesenjangan antara das sollen (apa yang seharusnya) dengan das sein (apa yang nyata ditemukan) inilah yang menjadi daya tarik untuk diungkap. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan difokuskan pada penempatan bentuk-bentuk patung garuda dan memahami secara mendalam patung garuda dari perspektif fungsi. Perspektif fugsi dipilih sebagai kacamata untuk melihat permasalahan karena patung garuda dalam seni budaya Bali menarik untuk di kaji. Akan tetapi dari keseluruhan akan menjadi unik jika patung garuda dalam kebudayaan Bali dianalisis berdasarkan teori-teori estetika, teori struktural, dan dipadukan teori fungsional untuk mendapat pemahaman yang mendalam. Untuk mengungkap masalah dalam penelitian, metode yang digunakan metode kualitatif dengan pendekatan multidisiplin yang lebih difokuskan pada fungsi patung garuda dalam seni budaya Bali. Cara penelitian secara garis besar dibedakan atas persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penyusunan laporan. Obyek pengamatan pada hasil karya seni berbentuk patung garuda yang berkaitan dengan fungsi simbolik garuda dalam masyarakat, fungsi fisik sebagai elemen dekorasi, dan fungsi personal patung garuda sebagai presentasi estetis. Jalan penelitian dilakukan dengan cara observasi langsung dengan melihat, mengamati bentuk-bentuk simbol Garuda dalam karya seni sebagai alat dan sarana upacara, sebagai elemen hias pada bangunan, dan sebagai presentasi estetis. Analisis hasil penelitian menggunakan analisis kontekstual dengan pendekatan multidisiplin. Dengan demikian dugaan adanya hubungan yang berkait dalam seni budaya di Bali dapat terungkap. Sebagai bagian integral kehidupan seni budaya ternyata fungsi patung garuda memiliki rangkaian yang berkait. Keterkaitan tersebut tampak pada keragaman aspek budaya masyarakat pendukungnya seperti, agama yang dianut masyarakat, kepercayaan terhadap binatang mitologi pelindung masyarakat, kreativitas dalam penciptaan karya seni, yang semua itu dilandasi dengan konsep harmoni. Dengan demikian antropomorfis bentuk patung garuda sebagai hasil karya manusia difungsikan sesuai dengan kebutuhan dasar manusia akan hal-hal yang berfungsi ritual, elemen hias bangunan, dan presentasi estetis masih dapat dilihat keberadannya sampai sekarang. Kata kunci: patung garuda, fungsi simbolik, fungsi dekorasi, dan fungsi estetika

    INTEGRASI BANGSA DAN HARMONISASI SOSIAL: SISTEM PEMERINTAHAN DESA DI BALI

    No full text

    PERLUNYA BADAN PENGELOLA WARISAN BUDAYA DUNIA DI DAERAH PROVINSI BALI

    No full text
    Pemerintah Provinsi Bali sepakat menjadikan situs-situs itu sebagai areal yang dipertahankan keberadaannya, sebagai situs yang dilindungi dari berbagai upaya perubahan atau perusakan atas keadaan dan makna yang diberikan kepadanya. Suatu situs diakui sebagai WBD bukan perkara gampang. Pengakuan didapat melalui suatu proses pengkajian yang mendalam mengenai keadaan, fungsi dan makna yang dimiliki oleh situs tersebut. Dalam bidang kehidupan sosial, masyarakat Bali memiliki bentuk-bentuk sistem organisasi sosial, seperti desa, banjar, dan subak yang berfungsi mewadahi kreativitas manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Terakhir, benda-benda hasil karya manusia Bali, seperti: candi, rumah, keris, kain-kain dalam berbagai corak yang menunjukkan juga adanya konsep atau ide-ide di dalamnya. Namun ketika di dalam hasil karya manusia itu juga terselip ide atau gagasan, maka hasil karya itu (keris maupun kain), dapat juga dikategorikan sebagai warisan budaya tak benda yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Memperhatikan keadaan situs Warisan Budaya Dunia seperti demikian, tampak penting dirumuskan Ranperda yang kemudian dapat menjadi Perda Badan Pengelola Warisan Budaya Dunia. Formulasi peraturan tersebut diharapkan dapat dijadikan payung hukum dalam praktek pengelolaan, tanpa mengabaikan hal-hal penting yang menjadi keistimewaan atau kekhususan wilayah yang dijadikan WBD. Dalam hubungan ini, juga penting adanya kesamaan persepsi antara pemerintah provinsi dan kabupaten dalam menjalankan tugas melestarikan nilai warisan kebudayaan Bali

    Bulan sabit di pulau Dewata : Jejak kampung Islam Kusamba - Bali

    No full text
    Yogyakarta98 p.; 25 c
    corecore