413 research outputs found

    Rationalizing Oral Corrective Feedback in Sudanese EFL Classrooms

    Get PDF
    This study is primarily investigating teachers’ perceptions about the application of oral corrective feedback in Sudanese EFL classrooms. It attempts to explore and rationalize the application of oral feedback in an EFL context, specifically in Sudan. For this purpose, a questionnaire was designed and distributed to (70) EFL secondary school teachers. An observation checklist was also used during class visits to further support the qualitative data. The results showed that EFL teachers have different views about giving oral corrective feedback. The findings also revealed that recast is the most commonly used approach, followed by elicitation and metalinguistic feedback, respectively. Clarification requests were found to be the least commonly used approach. Regarding teaching language systems, it was found that recasts is the most common approach used in teaching vocabulary and pronunciation whereas metalinguistic is highly preferred in teaching grammar. The study concluded with some relevant recommendations: First, it is the responsibility of the concerned authorities to make the school environment a better place for learning; class size and learning aids are important to help facilitate the role of the teacher in offering good quality teaching where feedback is provided for every learner. Second, educators and experts should hold regular seminars and conferences, issue magazines and periodicals on feedback and other relevant ELT topics. Moreover, teachers should be trained on how to give feedback on oral production. Finally, teachers should push students towards pair/group work because by doing so this will provide opportunities for ST-ST and T-ST feedback.

    Writing for Publication in English: Challenges and Prospects

    Get PDF
    This paper attempts to investigate English teachers’ perceptions about the importance of writing for publication in English, and the challenges that they encounter. The subjects were 30 teachers from 3 departments in a public college in Oman. The instrument was a 3-question survey on difficulties and challenges in writing for publication in English faced by the tutors. The respondents’ answers were analysed and classified. The results revealed two types of challenges identified initially: discursive (language-related) and non-discursive (non-language-related) challenges. A third challenge which has been termed others was discovered. The findings also highlighted the importance of the growing popularity of research activity by non-native English speakers in the non-English speaking countries. The study also suggested the key role higher education institutes should play in boosting research contributions by academic staff and curbing the problems of publishing in the English Language from a new standpoint

    URBANISASI KAWASAN PERDESAAN: PERKEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KABUPATEN TEMANGGUNG

    Get PDF
    Urbanization is a phenomenon of area transformation become urban, which is indicated by the change of demography, economy, and social condition. The changes are reflected in the raising of industrial and service activities that are followed by the change of physical form and land use of the area. Rural urbanization is activities and physical condition shift from rural to become urban form. The phenomena could be triggered due to the industrialization and agriculture transformation in rural area. The growth of wood processing industry in Temanggung District indicates the shift of agriculture activity to become industry that is parallelized with the growth of urban activities and land uses in rural area. This paper presents research result of wood industry growth in rural area of Temanggung district, and the impact of urbanization in activity and land use of rural area. The research was carried out the comparison of rural land use time series, which especially focus at the wood industry agglomeration area. The research result shows that the main component of rural urbanization process in Temanggung district is the existence of wood industry activity that triggered the growth of surrounding urban built up area. The raising of wood industry was initiated by the external investment in the area that promote the similar activities through technology and business adoption by the local entrepreneurs. The rural industrialization process is also supported by the local resources availability i.e. raw material of local timber production, competitive level of worker wage, and feasible land for factory development. The existence of local enterpreneurs capacity is also encourage the industrialization process. Physically, the spatial distribution of factories tends to be agglomerated follow regional access corridor for raw materials and products distribution, workers settlement area, and the direction from spatial planning regulation. The private initiative of wood industry development has shifted the rural people activity from agriculture to become industry. The growth has been followed by the the change of the physical spatial form of rural activites gradually became urbanized area. Industrialization process in rural area of Temanggung district corfirmed the existence of local urbanization phenomenon. Keywords : Rural urbanization, rural industrialization, wood processing industr

    EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN PADA PROGRAM GERDU KEMPLING DI KELURAHAN KEMIJEN KOTA SEMARANG

    Get PDF
    Kemiskinan merupakan masalah yang pada umumnya dihadapi hampir di semua negaranegara berkembang, terutama negara yang padat penduduknya seperti Indonesia. Masalah kemiskinan dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan suatu bangsa, termasuk Indonesia. Dimensi kemiskinan dalam kehidupan masyarakat muncul dalam berbagai bentuk, antara lain seperti dimensi ekonomi, sosial maupun politik. Dalam upaya pengentasan kemiskinan dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak termasuk masyarakat. Masyarakat tidak lagi menjadi objek pembangunan akan tetapi menjadi subjek pembangunan karena mereka sebagai penerima manfaat dari kegiata-kegiatan dalam pengentasan kemiskinan. Sehingga dengan kata lain, kegiatan pengentasan kemiskinan yang dilakukan perlu lebih menekankan aspek pemberdayaan, antara lain perlu dilengkapi dengan pendidikan, kewirausahaan, guna mengubah sikap mental ketergantungan serta mengembangkan etos kerja, sehingga dapat menumbuhkan kemandirian. Dengan cara demikian, akan memunculkan kesadaran terhadap penduduk miskin melakukan kegiatan yang produktif sehingga terjadi peningkatan pendapatan dan dapat mengurangi kemiskinan. Sebagaimana kota-kota lain di Indonesia, sebagai kota yang mengalami perkembangan, Kota Semarang tidak terlepas dari masalah kemiskinan. Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilakukan salah satunya program Gerdu Kempling dengan pendekatan Tri Bina yang diluncurkan pada tanggal 24 maret 2011. Pada tahun 2012, salah satu kelurahan yang mendapaatkan program Gerdu Kempling yaitu Kelurahan Kemijen yang jumlah penduduk miskinnya cukup banyak

    BENTUK HUBUNGAN PADA KERANGKA EKOWISATA BAHARI TERUMBU KARANG DI DESA KARIMUNJAWA

    Get PDF
    Karimunjawa merupakan kepulauan yang memiliki potensi terumbu karang yang melimpah. Adanya kegiatan wisata bahari terumbu karang di Karimunjawa memberikan keuntungan secara finansial terhadap negara dan masyarakat lokal. Di sisi lain, keberadaan kegiatan wisata bahari tersebut juga dapat mengancam kelangsungan hidup keanekaragaman hayati terumbu karang serta kearifan lokal dan budaya masyarakat Karimunjawa. Oleh karena itu, seiring dengan berjalannya waktu muncullah kegiatan ekowisata dimana wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam semata tetapi juga ikut membantu melestarikannya. Di sisi lain, masyarakat lokal dan pihak pengelola yang terkait juga ikut menjaga dan melestarikan keanekaragaman dan kearifan lokal yang ada, bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata. Dari hal tersebut kemudian memunculkan pertanyaan penelitian, “bagaimana bentuk ekowisata bahari terumbu karang di Desa Karimunjawa, TN Karimunjawa?

    MOTIVATING DEAF PARTICIPATION THROUGH COMMUNITY PLACE ATTACHMENT

    Get PDF
    highest subdivision of “sense of place”, “community place attachment” (CPA) has been proven in a lot of studies as a common ground to motivate community participation. Deeply attached community are proven to be participative in city and society improvement efforts. However, there are no urban planning literature who spesifically studied Deaf participation by focusing on people-place bonds. Deaf as marginalized group in the city who experience linguistic discrimination throughout their life, certainly have different CPA condition. Deaf participation in city improvement efforts also crucial to realize an inclusive city. Therefore the goal of this research is to understand how to motivate Deaf participation using CPA. The research focus on Deaf place attachment to their city (Semarang City) as the scope which people attach deeper. As the 2 n

    Kerentanan Kota Banda Aceh terhadap Bencana Tsunami Tahun 2013

    Full text link
    Kerentanan adalah upaya mengidentifikasi dampak terjadinya bencana berupa jatuhnya korban jiwa maupun kerugian ekonomi dalam jangka pendek yang terdiri dari hancurnya permukiman infrastruktur, sarana dan prasarana serta bangunan lainnya, maupun kerugian ekonomi jangka panjang berupa terganggunya roda perekonomian akibat trauma maupun kerusakan sumber daya alam lainnya. Analisis kerentanan ditekankan pada kondisi fisik kawasan dan dampak kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal (Diposaptono,2005). Penelitian ini untuk mengidentifikasi Kerentanan kota Banda Aceh menghadapi resiko tsunami dengan pendekatan mitigasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini membangun teori berdasarkan pengalaman fenomena bencana tsunami yang pernah terjadi, berdasarkan argumen dengan mencari kebenaran logika berdasarkan aspek terkait. Aspek terkait berupa aspek resiko, karakteristik fisik, pemanfaatan kawasan pesisir, penyediaan kelengkapan perlindungan kawasan pesisir yang rentan tsunami. perhitungan radius/ jarak jangkauan tempat penyelamatan terhadap waktu tanggap tsunami.Perubahan yang terjadi pada sruktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota Banda Aceh merupakan bagian dari upaya penataan kembali ruang kota Banda Aceh yang telah hancur akibat bencana gempa dan tsunami. sebelum tsunami struktur ruang kota banda Aceh dengan tipe konsentris yang terlihat dari pemusatan aktivitas dan kepadatan baik penduduk maupun bangunan pada kawasan pusat kota. Pasca tsunami, struktur ruang kota Banda Aceh dikembangkan menjadi multiple nuclei.hal ini melatar belakangi perkembangan kota Banda Aceh yang berada di kawasan pesisir. Bentuk mitigasi yang dilakukan terkait dengan aspek fisik kawasan karakter fisik/ kondisi kawasan pesisir yang intensif terhadap tsunami, ketidaksesuaian pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir yang rentan tsunami serta minimnya kebutuhan kelengkapan perlindungan tsunami. Pemerintah menerapkan dua skenario pengembangan kawasan, yakni skenario dengan melakukan perbaikan pola dan struktur ruang dengan memberikan 2 pilihan bagi masyarakat. Adapun skenario tersebut meliputi (1) pindah ke lokasi aman bagi masyarakat yang ingin pindah, dan (2) tetap di lokasi semula namun lokasi tersebut telah dilengkapi sarana dan prasarana perlindungan. Limitasi perkembangan di bagian utara itu dilakukan dengan menerapkan kebijakan disinsentif. bentuk pembatasan perkembangan di bagian utara ini juga dilakukakan dengan menurunkan tingkat layanan wilayah ini, jika sebelumnya kawasan Ulee Lheu merupakan salah satu sub pusat kota Banda Aceh, kini kawasan tersebut diturunkan tingkatannya menjadi kawasan biasa yang tidak di rekomendasikan untuk kegiatan pembangunan. Selain itu perizinan terkait dengan pembangunan pun lebih dipersuli

    Pengaruh Kegiatan Komersial terhadap Fungsi Bangunan Bersejarah di Koridor Jalan Malioboro YOGYAKARTA

    Full text link
    Koridor Jalan Malioboro merupakan bagian dari fungsi bangunan bersejarah yang memiliki fungsi komersial. Sebagai bagian dari fungsi bangunan bersejarah, sudah seharusnya bangunan bersejarah yang ada di sepanjang Jalan Malioboro dijaga kelestariannya. Tuntutan komersial yang bertentangan menimbulkan masalah terhadap penampilan visual kawasan di kedua sisi jalan. Fungsi bangunan bersejarah merupakan cikal bakal dari pertumbuhan suatu kota. Namun modernisasi perlahan menggeser keaslian budaya yang dimiliki oleh suatu kota seiring perkembangan kota tersebut. Salah satu fungsi bangunan bersejarah yang merupakan aset penting kota Yogyakarta dan selalu mengalami perkembangan adalah sepanjang jalan Malioboro. Jalan tersebut merupakan urat nadi kota Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini yang merupakan simbol atau penanda perkembangan bagi kota Yogyakarta namun telah mengalami banyak Perubahan. Malioboro saat ini menunjukkan kemajuan dan Perubahan lebih modern secara fisik. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan komersial terhadap bangunan bersejarah di Koridor Jalan Malioboro. Perkembangan zaman membawa pengaruh terhadap perkembangan dan Perubahan fisik bangunan, sehingga untuk mengusahakan upaya manajemen pelestarian berkelanjutan dan bangunan di Malioboro terlebih dahulu menemukan permasalahan yang ada dan Perubahan fisik yang terjadi pada bangunan-bangunan bersejarah di koridor jalan Malioboro. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan teknik analisis berupa deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis penelusuran sejarah dan perkembangan kawasan, analisis Perubahan fungsi kawasan karena pengaruh kegiatan komersial di sepanjang Jalan Malioboro. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan data primer yaitu berupa wawancara dan observasi lapangan serta data sekunder berupa kajian literatur dan survei instansi. Metode penarikan sampel untuk masyarakat dengan menggunakan teknik sampling. Diketahui adanya pengaruh kegiatan komersial terhadap fungsi bangunan bersejarah dan telah terjadi Perubahan fungsi bangunan bersejarah di Koridor Jalan Malioboro seiring perkembangan zaman. Pengaruh kegiatan komersial dan Perubahan fungsi yang terjadi dikelompokkan menjadi beberapa karakteristik berdasarkan indikator yang disusun pada variabel fungsi karena munculnya kegiatan komersial yang bersifat modern. Dengan temuan tersebut, dapat disimpulkan adanya pengaruh kegiatan komersial terhadap fungsi bangunan bersejarah dan telah terjadi Perubahan fungsi pada bangunan bersejarah di Koridor Jalan Malioboro yang seharusnya dilestarikan. Untuk itu diperlukan suatu upaya pelestarian berkelanjutan yang nyata terkait pemeliharaan dan pengelolaan bangunan bersejarah tersebut agar tidak menghilangkan keaslian nilai bangunannya. Selain itu juga ditentukan jenis kegiatan pelestarian yang tepat untuk masing-masing bangunan bersejarah sesuai dengan permasalahan Perubahan yang terjadi pada tiap bangunan tersebut

    Citric acid production from whey with sugars and additives by Aspergillus niger

    Get PDF
    Citric acid (CA) production by Aspergillus niger ATCC9642 from whey with different concentrations of sucrose, glucose, fructose, galactose riboflavin, tricalcium phosphate and methanol in surface culture process was studied. It was found that whey with 15% (w/v) sucrose with or without 1% methanol was the most favourable medium producing the highest amount (106.5 g/l) of citric acid. Lower CA was produced from whey with other concentrations of sugars and other additives used. Highest biomass of A. niger was produced with the addition of riboflavins. In general, extension of the fermentation (up to 20 days) resulted in an increase in CA and biomass, and decrease in both residual sucrose and pH values. Key words: Citric acid, Aspergillus niger, whey fermentation, surface culture. African Journal of Biotechnology Vol.2(10) 2003: 356-35
    • …
    corecore