17 research outputs found

    Hubungan Tingkat Kesembuhan Tuberkulosis Paru Dewasa Dengan Pengobatan Metode Dots Dan Non Dots Di Rumah Sakit Haji Abdoel Madjid Batoe Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi Tahun 2011

    Full text link
    Latar Belakang Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia. Untuk memberantas TB WHO mencanangkan strategi DOTS sebagai strategi komprehensif untuk mendeteksi dan menyembuhkan TB. Strategi DOTS diharapkan dapat meningkatkan angka kesembuhan TB. Tujuan Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat kesembuhan pada pasien tuberkulosis paru dewasa dengan pengobatan metode DOTS dan non-DOTS di RS Haji Abdoel Madjid Batoe tahun 2011. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan metode cross- sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru dewasa dengan hasil pemeriksaan BTA (+) yang telah menyelesaikan pengobatan dan dirawat di RS Haji Abdoel Madjid Batoe tahun 2011 dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square. Hasil Dari 184 sampel penelitian, pengobatan dengan metode DOTS sudah dilaksanakan oleh 118 orang, dan 66 orang menggunakan metode non-DOTS. Didapatkan 121 orang sembuh dan 63 orang tidak sembuh. Kesembuhan dengan menggunakan metode DOTS sebesar 90,6% sedangkan non-DOTS sebesar 24,3%. Terdapat hubungan antara kesembuhan dan pengobatan metode DOTS (p=0,000; CI 95%: 13,105-68,830). Kesimpulan Terdapat hubungan antara tingkat kesembuhan dengan metode pengobatan yang digunakan. Pengobatan dengan metode DOTS menghasilkan kesembuhan lebih tinggi dibandingkan pengobatan metode non-DOTS

    Sifat-sifat Submodul Prima dan Submodul Prima Lemah

    Get PDF
    Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka yang bertujuan untuk mengkaji sifat-sifat submodul prima dan submodul prima lemah serta hubungan antara keduanya. Kajian dimulai dari definisi submodul prima dan submodul prima lemah, selanjutnya dikaji mengenai sifat-sifat dari keduanya. Pada penelitian ini, semua ring yang diberikan adalah ring komutatif dengan unsur kesatuan dan modul yang diberikan adalah modul uniter. Sebagai hasil dari penelitian ini diperoleh beberapa pernyataan yang ekuivalen, misalkan  suatu -modul ,  submodul sejati di  dan ideal di , maka ketiga pernyataan berikut ekuivalen, (1)  merupakan submodul prima, (2) Setiap submodul tak nol dari   -modul memiliki annihilator yang sama, (3) Untuk setiap submodul  di , subring  di , jika berlaku  maka  atau . Di lain hal, pada submodul prima lemah jika diberikan  suatu -modul,  submodul sejati di , maka pernyataan berikut ekuivalen, yaitu (1) Submodul  merupakan submodul prima lemah, (2) Untuk setiap , jika  maka . Selain itu, didapatkan pula hubungan antara keduanya, yaitu setiap submodul prima merupakan submodul prima lemah.Kata Kunci: Submodul Prima, Submodul Prima Lemah, Ideal Prima. This research is literature study that aims to examine the properties of prime submodules and weakly prime submodules and the relationship between  both of them. The study starts from the definition of prime submodules and weakly prime submodules, then reviewed about the properties both of them. Throughout this paper all rings are commutative with identity and all modules are unitary. As the result of this research, obtained several equivalent statements, let  be a -module,  be a proper submodule of  and  ideal of , then the following three statetments are equivalent, (1)  is a prime submodule, (2) Every nonzero submodule of   -module has the same annihilator, (3) For any submodule  of , subring  of , if  then  or . In other case, for weakly prime submodules, if given  is a unitary -module,  be a proper submodule of , then the following statements are equivalent, (1)  is a weakly prime submodule, (2) For any , if  then . In addition, also found the relationship between both of them, i.e. any prime submodule is weakly prime submodule.Keywords: Prime Submodules, Weakly Prime Submdules, Prime Ideal

    Manufacturing Convergence of ASEAN: Too Good to Be True?

    Get PDF
    Manufacturing sector was one of the main drivers of economic growth at ASEAN and it is expected to expand. Although ASEAN is said to be the monetary area with various types of financial improvements and experiencing financial development, majority of the ASEAN countries are classified as a lower centre wage nation. The study uses the non-linear time varying factor approach on finding structural convergence of value added of manufacturing sectors in ASEAN. Alternatively, if the result shows there are convergence among the country, it could be an indicator of possible deeper economic integration and perhaps feasibility of monetary union. Countries that converges with other countries show that the ability of its to catch up with the higher one despite having different magnitude to converge. As stated in the ASEAN Economic Community (AEC), as a member the country must have the equitable of its economic growth and full integrated region in the global economic. The results indicate that there is no structural convergence in manufacturing sector in ASEAN, however, there are subgroup that converges to three club convergence with core group consist of Philippines and Singapore. The study concludes that manufacturing sector in ASEAN experiences strong similarity in its manufacturing sector and better prospect for convergence in th

    Sejarah & peradaban : sejarah dan dialog peradaban

    No full text
    Buku ini merupakan kumpulan-kumpalan naskah yang dibuat oleh para murid, sahabat, sejawa, kolega dan penyumbang-penyumbang naskah lainnya, untuk memperingati ulang tahun ke-70 Prof. Dr. Taufik Abdullahxi, 1220 hlm.; 17,6x25 c
    corecore