7 research outputs found

    Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta

    Get PDF
    Kecemasan menjadi sebuah masalah yang sering sekali muncul di pusat pelayanan kesehatan atau rumah sakit. Kecemasan pasien dirumah sakit dapat diatasi dengan adanya perhatian dan komunikasi dari perawat kepada pasien (caring perawat). Caring sangatlah penting untuk keperawatan, dimana berfungsi dalam asuhan psikologis pasien. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pasien rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua pasien yang menjalani rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Surakarta, dari bulan Oktober – Desember 2011 yang berjumlah 1158, sampel penelitian sebanyak 92 pasien dengan teknik sampling adalah purposive sampling. Instrument penelitian berupa kuesioner perilaku caring dan kuesioner kecemasan HRS-A. Teknik analisis data menggunakan uji Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) perilaku caring perawat di PKU Muhammadiyah Surakarta adalah cukup, (2) tngkat kecemasan pasien rawat inap di PKU Muhammadiyah Surakarta adalah ringan, dan (3) terdapat hubungan yang signifikan perilaku caring perawat terhadap tingkat kecemasan pasien rawat inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, yaitu semakin baik perilaku caring perawat, maka tingkat kecemasan pasien semakin ringan

    Penyuluhan Pengetahuan tentang Narkoba pada Penggiat Anti-narkoba di Kota Tasikmalaya

    Get PDF
    Masih maraknya penyalahgunaan narkoba di masyarakat yang akan berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia di masa depan maka perlu adanya pengetahuan dan pemahaman tentang narkoba. Karena ini, diperlukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pada peningkatan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Maka dosen dan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Bakti Tunas Husada bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Peserta pengabdian masyarakat adalah para penggiat anti-narkoba di Kota Tasikmalaya. Metode yang dilakukan adalah penyuluhan dan pembagian kuesioner pengetahuan tentang narkoba. Hasil pengabdian masyarakat dapat berjalan dengan lancar dan adanya pemahaman peserta pengabdian masyarakat tentang narkoba

    Modul pelatihan penguatan pendidikan karakter bagi pengawas

    Get PDF
    Penguatan Pendidikan Karakter bukanlah suatu kebijakan baru sama sekali karena sejak tahun 2010 pendidikan karakter di sekolah sudah menjadi Gerakan Nasional. Satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari perkotaan sampai pedesaan. buku Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terdiri dari Konsep dan Pedoman PPK, Panduan Penilaian PPK, Modul Pelatihan PPK bagi Guru, Kepala Sekolah, Pengawas dan Komite Sekolah, serta Pedoman Pelaksanaan Pelatihan Calon Pelatih PPK. Buku-buku ini akan menjadi rujukan bagi sekolah dan seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter di sekolah

    Modul pelatihan penguatan pendidikan karakter bagi komite sekolah

    Get PDF
    Buku ini secara garis besar membahas tentang pendidikan karakter di sekolah khususnya bagi komite sekolah yang berisi 6 modul dengan poin-poin pembasannya antara lain : Kebijakan konsep dasar PPK, PPK Berbasis Kelas, PPK Berbasis Budaya Sekolah, PPK Berbasis Budaya Masyarakat, Panduan Penilaian PPK, Desain Rencana Tindak Lanjut

    An exploration of the contribution of critical discourse analysis to curriculum development.

    Get PDF
    Thesis (M.A.)-University of Natal, 1997.This dissertation explores the contribution of critical discourse analysis (CDA) using functional systemic grammar (FSG) to curriculum development in historical studies at university level. The study is premised on an acceptance of Habermas' (1972) theory of knowledge constitutive interests which claims that all knowledge is "interested" and which, on the basis of different interests, identifies three paradigms for knowledge construction. I make use of these paradigms to describe different approaches to curriculum development, to language teaching and to historical studies. I make the value judgement that curriculum development conducted within the hermeneutic and critical paradigms is educationally more valid than that conducted within the traditionalist paradigm; and that this is particularly so for disciplines such as historical studies, which involve the interpretation of texts. Furthermore, I suggest that the epistemological assumptions and the pedagogy of historical studies have developed within the traditionalist paradigm and that postmodernist perspectives pose a challenge to these epistemological foundations. In response, I suggest that the development of a "post-positivist" approach to historical studies within the hermeneutic and critical paradigms may provide a practically feasible and morally defensible strategy for the teaching of history. But this approach involves understanding history as discursive practice and therefore requires a method of discourse analysis in order to "do history". I therefore develop a method of critical discourse analysis for application to historical studies, which uses Halliday's functional systemic grammar (FSG) for the formal analysis of texts. The applied aspect of this dissertation involves a small staff development project, in which I worked with a group of historians to explore the application of the method of CDA to four selected historical texts (using the post-positivist approach to historical studies). I also designed four critical language awareness exercises to demonstrate how the method might be adapted for student use. The findings of my own explorations and of the staff development project are as follows: Firstly, I suggest that the staff development project was successful in that it provided a stimulating and dialogic context for the historians to reflect on their own theory and practice as researchers and teachers of history. Furthermore, I suggest that the method of CDA developed in this study provides a theoretically adequate and practically feasible methodology for post-positivist historical studies. This claim is in part confirmed by the historians' appreciation of the text analyses done using the method. However, the staff development project showed that the method is demanding for non-linguists, largely due to the effort and time required to master the terminology and techniques of FSG. In this sense the staff development project failed to achieve its full potential because it did not provide the historians with sufficient opportunities to learn and practice the techniques of FSG. The CLA materials prepared for students were positively evaluated by the historians, who felt that they demonstrate an accessible and feasible way of introducing CDA to history students. (However, these materials will only be properly evaluated when they are used in the classroom.) Finally, I conclude that this application of CDA to historical studies meets the criteria for curriculum development within the hermeneutic paradigm and that it holds out possibilities for emancipatory practice within the critical paradigm. Secondly, I conclude that the application of CDA to the discourses of other academic disciplines holds enormous promise for work in staff and curriculum development. This study shows how CDA can be used to demonstrate how the epistemological assumptions of a discipline are encoded in the grammar and structure of its discourse. The insights provided by CDA used in this way could be invaluable for a "discourse-across-the-curriculum" approach to staff development at a university

    KEEFEKTIFAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK MENINGKATKAN KETERBUKAAN DIRI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGREJO TULUNGAGUNG

    No full text
    ABSTRAK   Hidayati, Nurlaili. 2011. Keefektifan Teknik Homeroom untuk Meningkatkan Keterbukaan Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karangrejo Tulungagung. Skripsi, Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. Widada, M.Si, (II) Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd.   Kata kunci : teknik homeroom, self-disclosure   Remaja perlu melakukan pengungkapan diri (self-disclosure) sebagai salah satu keterampilan sosial yang harus dimiliki agar mereka dapat diterima dalam lingkungan sosialnya. Seringkali self disclosure terjadi ketika seseorang telah mengembangkan keakraban yang dekat. Salah satu teknik bimbingan yang dapat dilakukan sebagai upaya meningkatkan keterbukaan diri siswa yaitu melalui penggunaan "Teknik Homeroom". Teknik homeroom sebagai alat dalam upaya membimbing individu untuk dapat mengungkapkan berbagai pengalaman, pengetahuan, gagasan atau ide-ide karena yang ditekankan dalam kegiatan homeroom adalah terciptanya suasana yang penuh kekeluargaan dan akrab seperti rumah yang menyenangkan.Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan keefektifan teknik homeroom dalam meningkatkan Keterbukaan Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Karangrejo Tulungagung. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, dengan desain eksperimen pretest-posttest control group design. Adapun proses penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan meliputi observasi, penyusunan instrumen, penyusunan skenario pelaksanaan kegiatan homeroom, dan uji coba instrumen inventori self disclosure dengan hasil dari 50 item ada 25 item yang valid serta memiliki nilai Cronbach's Alpha 0,88. Nilai Cronbach's Alpha 0,88 lebih dari 0,50 maka data dapat dipercaya atau reliabel. Tahap kedua yaitu seleksi subjek dan diperoleh subjek penelitian 60 orang yang memiliki keterbukaan diri rendah dengan pembagian 30 orang dikelompokkan dalam kelompok eksperimen dan 30 orang dalam kelompok kontrol dengan teknik purposive sampling. Tahap ketiga yaitu pelaksanaan layanan bimbingan dengan teknik homeroom pada kelompok eksperimen. Sementara pada kelompok kontrol tidak diberikan layanan bimbingan dengan teknik homeroom. Hal tersebut bertujuan untuk melihat pengaruh teknik homeroom terhadap peningkatan keterbukaan diri siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah t- test yaitu membedakan rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan/treatment. Hasil penelitian pada kelompok eksperimen menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata pre tes ke pos tes dari 62,10 menjadi 66.33. Rata-rata hasil pos tes inventori keterbukaan diri kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil pos tes kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen memiliki skor rata-rata pos tes 66,33, sedangkan pada kelompok kontrol memiliki skor rata-rata pos tes 61,96.T-test menunjukkan nilai t = 3,615 dengan nilai sig 0,001. Angka sig 0,001 berarti lebih kecil dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keterbukaan diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ada perbedaan setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen, maka teknik homeroom efektif dalam meningkatkan keterbukaan diri siswa. Berdasarkan hasil penelitian, saran bagi konselor yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi konselor untuk menunjang dan meningkatkan layanan BK dalam membantu siswa yang memiliki keterampilan mengungkapkan diri rendah. Di samping itu, juga disarankan kepada lembaga prodi BK bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam mengembangkan matakuliah bimbingan kelompok. Saran bagi peneliti selanjutnya yaitu penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti yang lain dalam melakukan penelitian serupa yang bertujuan meningkatkan keterbukaan diri siswa.
    corecore