17 research outputs found

    Bisnis Penggemukan (fattening) Sapi Madura di Kabupaten Pamekasan

    Get PDF
    Penelitian dilaksanakan atas dasar keprihatian peneliti, melihat keadaan bisnis penggemukan sapi, dimana revolusi bidang peternakan yang penggerak utamanya adalah peningkatan pada sisi permintaan komoditas peternakan. Di satu sisi pemenuhan permintaan ini, 94 % dipenuhi oleh peternakan rakyat, yang merupakan usaha skala rumah tangga, tetapi hasilnya belum bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga peternak. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui existing condition (keadaan saat ini) keragaan agribisnis sapi di Madura khususnya di Kabupaten Pamekasan (2) Menganalisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong skala rumah tangga ditinjau dari aspek ekonomi, teknis, manajerial dan kelembagaan (3) Menganalisis keberpihakan pemerintah (political will) khususnya Pemerintah Kabupaten Pamekasan dalam agribisnis sapi potong dan upaya yang perlu dilakukan oleh Dinas Peternakan dalam rangka pemberdayaan peternak melalui usaha peternakan sapi potong. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pamekasan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu daerah sentra sapi potong di Propinsi Jawa Timur. Lokasi penelitian yaitu wilayah Eks-Kawedanaan Waru, yang terdiri dar 3 kecamatan yaitu: Kecamatan Pasean, Kecamatan Waru dan Kecamatan Batumarmar dengan pertimbangan memiliki adaptasi lingkungan cukup baik dan sebagai salah satu daerah sumber bibit di Kabupaten Pamekasan. Responden digunakan 38 petani peternak yang mengusahakan penggemukan sapi Madura di , wilayah Eks-Kawedanaan Waru yang memiliki skala usaha 2 – 5 ekor sapi dengan sistem pemeliharaan yang sama. Serta kepada para pengambil keputusan di Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan. Penentuan lokasi dan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Untuk memperoleh data, baik data primer maupun data sekunder dilakukan dengan cara : Wawancara, secara langsung kepada responden peternak, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah tersusun dan cara wawancara terstruktur dengan menggunakan kuisioner diberikan kepada 12 0rang pemegang keputusan di Dinas Peternakan Kabupaten Pamekasan, Observasi untuk memperoleh data pendahuluan mengenai keadaan daerah yang akan diteliti dengan melakukan survei langsung ke lokasi penelitian dan Studi Kepustakaan dengan cara mencari literatur mengenai bisnis penggemukan sapi potong dan pola kelembagaan. Untuk menganalisis tujuan pertama dengan melihat pada kinerja sistem agribisnis (hulu – hilir).penggemukan sapi, untuk menganalisis tujuan kedua yaitu kelayakan ekonomi dengan menggunakan analisis pendapatan peternak, sedangkan kelayakan teknis, manajerial dan kelembagaan dengan analisis deskriptif, dan untuk menganalisis tujuan ketiga ketiga yaitu keberpihakan pemerintah dengan analisis deskriptif sedangkan untuk menganalisis upaya pengembangan agribisnis peternakan termasuk usaha penggemukan sapi, menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian diperoleh bahwa kinerja sistem agribisnis penggemukan sapi sudah cukup mendukung namun diperlukan dorongan dan fasilitas pemerintah untuk terwujudnya system kelembagaan agribisnis sapi potong melalui asosiasi-asosiasi peternak, industri pakan skala kecil dan menengah di pedesaan yang benar-benar berorientasi komersial dan mampu bersinergi antar subsistem agribisnis yang ada. Pada usaha penggemukan sapi di Kecamatan Pasean, dimana untuk skala usaha 2,84 ekor, dengan lama pemeliharaan 4,52 bulan, menghasilkan keuntungan Rp. 336.850,-, hal ini sangat jauh dari harapan pemenuhan kebutuhan rumah tangga peternak, dengan asumsi kebutuhan pokok keluarga sama dengan Upah Minimal Kabupaten (UMK) Pamekasan sebesar Rp. 900.000,- . Usaha penggemukan sapi potong di Kabupaten Pamekasan layak untuk dikembangkan dari kelayakan teknis dan kelembagaan. Kelayakan manajerial di tingkat peternak belum terpenuhi karena pola beternak yang dipakai masih tradisional demikian juga dengan kelayakan ekonomi belum bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga peternak tetapi hanya sebagai tambahan penghasilan keluarga. Keberpihakan Pemerintah Kabupaten Pamekasan, sebagai daerah otonom sudah cukup baik, hal ini terlihat dari program-program kerja dan anggaran yang disediakan. Namun dari proporsi anggaran yang dibuat belum banyak yang langsung dapat dirasakan oleh peternak

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN BHAKTI WINAYA (Penelitian Tindakan Kelas Tema 2 Peristiwa dalam Kehidupan Sub Tema 1 Macam-macam Peristiwa dalam Kehidupan Kelas V SDN Bhakti Winaya)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam -macam peristiwa dalam kehidupan dengan menerapkan model Discovery learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Peneliti bekerja sama dengan guru kelas V selaku observer. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai guru kelas yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas V dan wali kelas berperan sebagai observer. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan pada setiap siklusnya menerapkan model pembelajaran Discovery Learning yang terdiri dari enam tahap, yaitu memberikas stimulus pada sis wa, mengidentifikasi masalah, membimbing mengumpulkan data, mengolah data, pembuktian, dan membimbing untuk menarik kesimpulan. Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dan teknik non tes unt uk mengetahui aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata -rata peningkatan sikap percaya diri dari siklus 1 sampai siklus 2, yaitu pada siklus 1 3,00 dengan kategori baik, dan siklus 2 3,44 dengan kategori baik, untuk nilai rata -rata hasil belajar siswa dari siklus 1 sampai ke 2, yaitu pada siklus 1 60,6 dan siklus 2 74,6. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan model Discovery Learning sangat menunjang terhadap peningkatan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa. Dengan demikian penerapan model Discovery Learning dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan. Kata kunci: Discovery Learning, Sikap Percaya Diri, Hasil Belajar Sisw

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN BHAKTI WINAYA (Penelitian Tindakan Kelas Tema 2 Peristiwa dalam Kehidupan Sub Tema 1 Macam-macam Peristiwa dalam Kehidupan Kelas V SDN Bhakti Winaya)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas V SDN Bhakti Winaya pada subtema macam -macam peristiwa dalam kehidupan dengan menerapkan model Discovery learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Peneliti bekerja sama dengan guru kelas V selaku observer. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai guru kelas yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas V dan wali kelas berperan sebagai observer. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan pada setiap siklusnya menerapkan model pembelajaran Discovery Learning yang terdiri dari enam tahap, yaitu memberikas stimulus pada sis wa, mengidentifikasi masalah, membimbing mengumpulkan data, mengolah data, pembuktian, dan membimbing untuk menarik kesimpulan. Teknik evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dan teknik non tes unt uk mengetahui aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata -rata peningkatan sikap percaya diri dari siklus 1 sampai siklus 2, yaitu pada siklus 1 3,00 dengan kategori baik, dan siklus 2 3,44 dengan kategori baik, untuk nilai rata -rata hasil belajar siswa dari siklus 1 sampai ke 2, yaitu pada siklus 1 60,6 dan siklus 2 74,6. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan model Discovery Learning sangat menunjang terhadap peningkatan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa. Dengan demikian penerapan model Discovery Learning dapat dijadikan salah satu model pembelajaran untuk diterapkan pada subtema macam-macam peristiwa dalam kehidupan. Kata kunci: Discovery Learning, Sikap Percaya Diri, Hasil Belajar Sisw

    PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PETERNAK BURUNG PUYUH DI DESA TEBUL BARAT KECAMATAN PEGANTENAN KABUPATEN PAMEKASAN

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap peternakan burung puyuh di Desa Tebul Barat Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan Metode penelitian menggunakan survey, dengan memberikan kuisioner pada 43 responden yang diambil dari masyarakat disekitar peternakan burung puyuh di Desa Tebul Barat Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan. Variabel yang di ukur yaitu persepsi negatif masyarakat dengan sub variabel bau, pencemaran air, limbah dan persepsi positif masyarakat dengan sub variabel manfaat. Hasil penelitian menunnjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternak burung puyuh di Desa Tebul Barat Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan sub variabel pencemaran air dengan nilai sekor 327, sub variabel bau dengan nilai sekor 476, sub variabel limbah dengan sekor 356, sehingga dapat di dapatkan total persepsi negatif masyarakat secara keseluruhan dengan nilai sekor 1.159, dengan kategori jawaban terganggu dikarnakan peternak burung puyuh yang ada di Desa Tebul Barat kurang memperhatikan kebersihan. Sub variabel manfaat dengan nilai sekor 353, dengan kategori jawaban sangat bermanfaat dikarenakan sebagian masyarakat bekerja di peternakan dan juga menjadi motivasi untuk masyarakat sekitar peternak burung puyuh untuk beternak burung puyuh

    KEMAMPUAN DETEKSI BIRAHI PADA SAPI BETINA OLEH PETERNAK DI KECAMATAN PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN (STUDI KASUS DI DESA BINAAN DESA RANG-PERANG DAYA)

    Get PDF
    Inseminator memiliki peran yang sangat besar dalam keberhasilan pelaksanaan inseminasi buatan. Keahlian dan keterampilan inseminator dalam akurasi pengenalan birahi, sanitasi alat, penanganan (handling) semen beku, pencairan kembali (thawing) yang benar, serta kemampuan melakukan IBakan menentukan keberhasilan inseminasi buatan. Selain inseminator dan karakteristik ternak, kemampuan peternak dalam mendeteksi birahi pasca partus (Estrus Post Partum) dan penentuan waktu kawin setelah beranak (Post Partum Meeting). Rendahnya pengetahuan peternak dalam mendeteksibirahi dan penetuan waktu kawin yang tidak tepat setelah beranak dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan kebuntingan akan dapatmempengaruhi laju pertumbuhan populasi ternak sapi sehingga dari sisi ekonomi dapat mengakibatkan kerugian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan peternak dalam deteksi birahi dan mengetahuai kemampuan peternak dalam penentuan waktu kawin setelah partus di kecamatan Proppo kabupaten Pamekasan, studi kasus di desa binaan peneliti yaitu desa Rang-perang Daya Kecamatan Proppo.. Metode yang digunakan dalam  penelitian ini adalah deskriptif kualitatif . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan peternak dalam mendeteksi birahi ternaknya sudah baik, sebagian besar peternak responden (46%) mengenali tanda-tanda birahi melalui gejala birahi 3A (abang, abuh, anget) yang terlihat pada vulva, 23 % peternak responden dengan tanda-tanda nafsu makan turun, 17 % gelisah, bersuara, dan 14 % dengan tanda keluar lender dari vagina. Kemampuan peternak untuk waktu mengawinkan sapi birahi sebanyak 45 peternak atau 58 % mengawinkan sapi betina baik kawin alam maupun IB, 10 -12 jam setelah terdeteksi awal birahi. 

    STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SAPI MADURA WILAYAH PESISIR KABUPATEN SUMENEP

    Get PDF
    Ternak Sapi Madura mempunyai tempat khusus dalam kehidupan masyarakat Madura. Populasi sapi di wilayah pesisir Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep lebih banyak daripada di wilayah daratan atau pegunungan. Rumah tangga pemelihara sapi di Kecamatan Bluto pada tahun 2016 yaitu sebanyak 5.410 unit. Bagaimana strategi pengembangan usaha Sapi Madura diterapkan di Wilayah Pesisir Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan peternak. Analisis data menggunakan SWOT. Batasan penelitian ini meliputi, usaha ternak sapi, pengembangan usaha ternak dan strategi pengembangan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden meliputi : umur 30-45 tahun yaitu 7 orang dengan presentase 70%, tingkat pendidikan merata pada SD, SMP dan SMA sebesar 20%. Pengalaman Usaha 60% pada kisaran 5-6 tahun. Pemeliharaan  2 dan 4 ekor sebesar 40% dan 30%. Hasil analisis faktor ekternal dan internal pengembangan usaha ini Strategi SO, Memanfaatkan jalur transportasi dan pasar ternak untuk meningkatkan penghasilan dan permintaan daging sapi dan Peningkatan pengalaman dalam beternak dan pemenuhan daging untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Strategi WO, Meningkatkan ketersediaan pakan untuk ternak dan Memanfaatkan harga ternak sapi untuk permintaan daging dan pemenuhan daging bagi masyarakat. Strategi ST, Peningkatan jumlah populasi ternak untuk meningkatkan fluktuasi harga pasar dan Memanfaatkan pengalaman yang baik untuk meningkatkan petumbuhan pada ternak sapi. Strategi WT, Meningkatkan pakan berkualitas tinggi untuk ternak dan Mempertahankan mutu genetik ternak sapi. Nilai matriks faktor internal sebesar (3,16) faktor eksternal sebesar (2,87) hasil dari matrix space berada pada Kuadran I, merupakan situasi yang sangat menguntungkan serta mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif dengan koordinat titik P (1.62 ; 2.47). Kesimpulan dan saran : strategi kekuatan-peluang (mendukung strategi agresif) dimana memadukan kekuatan yang dimiliki dengan memanfaatkan peluang yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Sumene

    TATANIAGA SAPI MADURA DI PASAR HEWAN PAKONG KECAMATAN PAKONG KABUPATEN PAMEKASAN

    Get PDF
    Pasar hewan Pakong merupakan pasar yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten mempunyai letak yang stategis, yaitu berada di jalur lintas kecamatan yang menghubungkan Kecamatan Pakong, Waru, Batu Bintang, Palengaan dan Galis (Keppo) yang merupakan sentra pasar hewan yang ada di Kabupaten Pamekasan. Pelaksanaan pasar sapi Pakong pada hari minggu pukul 08.00 sampai dengan 15.00 WIB. Proses pemasaran mencakup petani/peternak (produsen), tukang tonton/tegguk (bahasa daerah : buruh pembawa sapi), makelar (blantik), pedagang kecil/besar dan jagal. Rata-rata ternak yang dipasarkan sekitar 150-200 ekor ternak. Sebelah utaraarea penjualan sapi pedet (pembibitan), yaitu di bawah 1,5 tahun untuk memenuhi konsumen peternak, sebelah timur sapi yang mempunyai rata-rata 300 kg (umur > 2,5 tahun), untuk konsumen jagal luar Pulau Madura, sebelah barat sapi dara, induk (betina) dan jantan untuk memenuhi konsumen jagal lokal dan peternak dan sebelah selatansapi sapi yang sudah terjual yang ditambatkan oleh pedagang. Besarnya retribusi pasar per ekor sapi sebesar Rp 5.000. Blantik yang berusaha dalam bidang jasa pemasaran dibantu oleh tukang teguk dan tukang pecut saat menjual sapi, besarnya tarif per ekor antara Rp. 10.000-15.000. Biaya tataniaga ternak per ekor mencapai Rp. 55.000 yang ditanggung langsung oleh peternak.

    PERSEPSI PETERNAK SAPI MADURA TERHADAP PEMELIHARAAN SAPI SONOK DI KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

    Get PDF
    Wilayah Kecamatan Waru kabupaten Pamekasan sebagai salah satu sentra budaya sapi sonok, namun pemeliharanya masih terbatas karena dibutuhkan modal yang sangat besar dibandingkan dengan pemeliharaan sapi Madura biasa. Peternak merupakan faktor yang penting utuk mendapat perhatian, agar memiliki pandangan atau persepsi yang positif terhadap pemeliharaan sapi sonok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak sapi Madura terhadap pemeliharaan sapi sonok di Kecamatan waru Kabupaten Pamekasan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan data yang peneliti gunakan adalah observasi wawancara, kuisioner dan dokumentasi, kepada 50 orang peternak di kecamatan Waru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi peternak yang positp akan dapat meningkatkan motivasinya untuk beternak sapi sonok. Untuk lebih meningkatkan motivasi tersebut, peternak juga harus paham mengenai keuntungan beternak sapi sonok. Persepsi positip akan diikuti oleh motivasi yang kuat untuk memelihara sapi sonok lebih baik. Persepsi peternak juga didukung oleh karakteristik peternak seperti jumlah kepemilikan ternak, umur peternak, pendidikan terakhir, pengalaman usaha beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, pendapatan usaha beternak, status penguasaan dan luas kepemilikan lahan, pekerjaan utama peternak dan tujuan pemeliharaan

    PROFITABILITAS USAHA ITIK PEDAGING DI DESA JULUK KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

    Get PDF
    Usaha peternakan itik semakin diminati sebagai alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat di pedesaan maupun di sekitar perkotaan. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan strategis yang lebih memihak pada usaha peternakan itik, antara lain adalah semakin terpuruknya usaha peternakan ayam ras skala kecil dan munculnya wabah penyakit flu burung yang sangat merugikan peternakan ayam ras maupun ayam kampung. Di samping itu, semakin terbukanya pasar produk itik ikut mendorong berkembangnya peternakan itik di Indonesia. Ternak itik mempunyai beberapa keunggulan, itik memiliki sifat lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan karena tidak terpengaruh iklim, lebih mudah dalam perawatan karena tidak rentan terhadap penyakit, pemeliharaannya lebih organik, tidak memerlukan pakan khusus, dan modal yang diperlukan untuk membuka usaha peternakan itik pun relatif kecil. Penelitian ini dilaksanakan di sentra peternakan itik rakyat di desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep mulai tanggal 01 Juni sampai tanggal 30 Juni 2013. Sampel penelitian yang digunakan sebagai media penelitian adalah peternak itik pedaging dengan pengambilan sampel secara Two Stage Cluster Sampling, yaitu mengambil sampel secara cluster berdasarkan skala pemeliharaan peternak dengan 2 (dua) tahapan atau Two Stage. Usaha ternak itik pedaging di Desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep, diketahui jumlah rata-rata pendapatan bersih usaha tani (NFI) adalah Rp. 3.712.430 (Tiga juta tujuh ratus dua belas ribu empat ratus tiga puluh rupiah), Nilai profitabilitas atau Gross Profit Margin (GPM) adalah = 168,441%, besarnya nilai laba yang memadai dalam usaha tani (ROI) adalah = 37,094% , sedangkan nilai bunga deposito Bank Indonesia (BI) saat penelitian adalah 6,5% pertahun atau 0,7222% per produksi (6,5% /9 kali produksi), atau ROI > nilai bunga deposito bank. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak itik pedaging di Desa Juluk Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep mampu menghasilkan laba yang memadai.

    POLA PEMASARAN SAPI POTONG DI PULAU MADURA

    Get PDF
    The role of marketing is very important in agricultural development, including the marketing of beef cattle. Madura Island as a cattle barn in East Java greatly contributes to the need fulfillment of beef which reaches 24% of the whole supply in East Java, while East Java itself supplies the national beef needs by 23.5%.However, on one hand, breeders as beef cattle producers are in a weak position; they act only as price takers due to their low bargaining position. This research was aimed at identifying the marketing channels and institutions involved in beef cattle trading system and margin distribution of trading system of beef cattle and the marketing efficiency of beef cattle in Madura Island. The materials in this study were 30 cattle-farmers, 15 handlers, 10 itinerant traders, 10 small traders, 6 medium-scale traders, 3 large-scale traders, 5 butchers at Keppo Market of Pamekasan Regency, Bangkal Market of Sumenep Regency and Sampang Market of Sampang Regency. Sampling of farmers used accidental sampling while for other marketing agencies applied snowball sampling technique. Beef cattle marketing channel in Madura Island was very long and complex, but none of the agencies in the trade management acted as a counterweight. The amount of sales margin was determined by the size of the costs and risks carried by the selling agencies while the cost share and profit share were distributed fairly evenly, except cost share for small sellers, so that the marketing of beef cattle in Madura Island can be said efficient.Key Words: Beef cattle, marketing, margin, trading syste
    corecore