17 research outputs found

    Perubahan Morfo-anatomi dan Penyimpanan Energi pada Fase Perkembangan Gonad Ikan Senggaringan, Mystus Nigriceps (Valenciennes, 1840) di Sungai Klawing Purbalingga, Jawa Tengah [Morpho-anatomical Changes And Energy Storage During Gonadal Development Of Twospots Catfish, Mystus Nigriceps (Valenciennes, 1840) In Klawing River, Purbalingga, Central Java]

    Full text link
    Suatu penelitian dengan tujuan untuk mengkaji Perubahan nilai indeks morfo-anatomi dan penyimpanan energi pada beberapa organ tubuh ikan senggaringan selama masa perkembangan gonad telah dilaksanakan di Sungai Klawing, Purbalingga, Jawa Tengah. Parameter morfo-anatomi meliputi faktor kondisi (CF), indeks jaringan viseral (VSI), indeks sirip lemak (AFI), indeks jaringan hati (HSI), indeks jaringan gonad (GSI), dan kandungan energi pada organ/jaringan otot punggung, sirip lemak, organ viseral, hati, dan gonad telah diukur berdasarkan tingkat perkembangan gonadnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama masa perkembangan gonad terjadi Perubahan nilai-nilai parameter morfo-anatomi dan kandungan energi pada organ yang diukur, terjadi proses penyimpanan, perpindahan dan Perubahan materi berenergi baik untuk keperluan pematangan gonad maupun untuk aktivitas pemijahan

    Pemanfaatan Fermentasi Daun Singkong (Manihot Utilisima Pohl.) Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Benih Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy Lac.)

    Full text link
    Penelitian ini dilaksanakan pada 1 April-26 Mei 2015. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah tepung daun singkong yang terfermentasi di dalam pakan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan, kecernaan pakan serta retensi protein pada ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor, 5 taraf perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dengan subtitusi tepung kedelai : tepung daun singkong terfermentasi dimana kontrol (100:0%), P1 (95:5%), P2 (90:10%), P3(85:15%), dan P4 (80:20%). Kadar protein pakan 30%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tertinggi terdapat pada P2(90:10%) dengan kecernaan pakan 61,09%, tingkat efisiensi pakan 23,19%, retensi protein 22,82% dan laju pertumbuhan spesifik 2,24% per hari

    PENDUGAAN UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD IKAN SENGGARINGAN (Mystus negriceps) DI SUNGAI KLAWING, PURBALINGGA JAWA TENGAH

    Get PDF
    ABSTRACT Fish reproduction aspect must be know to improve some fish to be broodstock, like as food needed, water quality etc.  The other aspect must be know is how long body size at the first time maturity.  Size body at the first time maturity in fish is important information, because this information will give us how long in body some fish begin done reproduction. This research was conducted in Klaving river, Purbalingga residence of Midle Java, fishes were sampled twice a month (March to December). The variable measured were total length where fish reach gonad maturity on 4th level. The result of this research was shown that 148.9010 mm of body size for Mystus negriceps reach the first time maturity. Keywords : reproduction, first time maturity, Klawing rive

    PENGARUH PERENDAMAN rGH TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN GABUS (Channa striata)

    Get PDF
    Ikan gabus memiliki nilai ekonomis penting bagi masyarakat melayu. Namun dalam budidayanya masih mengalami kendala yaitu pertumbuhannya lambat.  Beberapa pendekatan telah dilakukan untuk memacu pertumbuhan, salah satunya adalah dengan perendaman hormon pertumbuhan rekombinan (rGH).  Tujuan kajian ini untuk mengevaluasi perendaman hormon rGH terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan gabus dengan dosis berbeda. Penelitian ini  menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, dengan ukuran larva 0,7±0,00 cm dengan padat tebar 2 ekor/L. Dosis perendaman larutan hormon rGH pada penelitian ini adalah 0, 1,5, 2 dan 2,5 mg/L, setiap perlakuan direndam selama 1 jam dengan padat tebar 6 ekor/L. Perendaman larva ikan gabus menggunakan dosis berbeda hormon rGH berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot dan panjang, laju pertumbuhan spesifik, sintasan serta bobot biomassa larva ikan gabus secara sangat nyata (P<0,01). Dosis rGH yang optimal untuk perendaman larva ikan gabus yaitu 2,5 mg/L (P4) dengan peningkatan pertumbuhan bobot 2,83 g, pertumbuhan panjang 2,72 cm, laju pertumbuhan spesifik 3,11%, sintasan 16,67% dan bobot biomassa 83,53g jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol.Snakehead fish is an economic fish in Malay society. The Problems of cultivation this fish are slow growth and low survival rate. Some approaches to stimulate the growth of fish has been done, one of the ways was by immersion rGH.  The research aimed was to evaluated the immersing effect of rGH hormone with different doses on the survival and growth of snakehead fish larvae. This research was carried out with a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications, the larvae used measuring 0.7±0.00 cm with 2 fish/L on a stocking density. Dose of rGH hormones in this study were 0, 1.5, 2 and 2.5 mg/L, immersion of rGH done for 1 hour with a stocking of 6 fish/L for each treatment. The result showed that, rGH could increase survival rate and growth (P<0.01) of snakehead larvae. The optimal dose of rGH for immersing snakehead larvae was 2.5 mg/L (P4) with an increase in weight growth of 2.83 g, length growth of 2.72 cm, specific growth rate of 3.11%, survival rate of 16.67%. and biomass weight of 83.53g when compared to the control treatment

    Pemberdayaan Kelompok Karang Taruna Desa Langsat Permai dalam Budidaya Ikan Lele dan Cacing Sutra Mendukung Pertanian Terpadu

    Get PDF
    Terwujudnya pertanian terpadu di Desa Langsat Permai, Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak diinisiasi melalui kegiatan PPDM di tahun 2019 dengan pembangunan usaha perikanan berupa keramba ikan pada kanal di sekitar lahan pertanian. Pada tahun 2021, telah dilaksanakan kegiatan pember­dayaan petani dalam optimalisasi budidaya ikan lele di dalam keramba sekaligus pendampingan dalam pembuatan pakan ikan berbasis limbah pertanian. Namun, bibit ikan yang akan dibudidayakan masih didatangkan dari luar desa. Oleh karena itu, pada tahun 2022 dilanjutkan dengan pendampingan pembenihan ikan lele dan pembuatan pakan ikan cacing sutra yang dikembangkan dari fermentasi kotoran sapi dibantu dengan bakteri selulolitik. Mitra kegiatan yang menjadi sasaran kegiatan yaitu anggota kelompok karang taruna Desa Langsat Permai. Pendampingan kelompok karang taruna dimulai dari penentuan jantan betina ikan lele, penentuan induk yang siap untuk dipijahkan, proses penyuntikan ikan dengan hormon ovaprin, dan perawatan benih ikan yang telah dihasilkan dari proses pemijahan. Berdasarkan hasil pendampingan yang telah dilakukan, penge­tahuan dan keterampilan anggota kelompok karang taruna meningkat diban­dingkan sebelum kegiatan pengabdian dilakukan, sedangkan pada budidaya cacing sutra diketahui bahwa fermentasi kotoran sapi belum cukup optimal sehingga ditambahkan ampas tahu sebagai tambahan media budidaya cacing sutra.&nbsp

    Pengaruh Ketebalan Media Fermentasi Ampas Tahu dan Padat Tebar terhadap Pertumbuhan Cacing Sutra (Tubifex sp.)

    Get PDF
    The cultivation of silkworms is still very rare, because to the low result of its culture. Chosing the right cultural medium is necessary. The aimed of this study was to determine the effect of the thickness of the tofu dregs fermentation media and the different stocking densities on the population, biomass, and length of silkworms (Tubifex sp.).  this study was conducted on 12 February to 9 April  2021 at the Fish Hatchery and Breeding Laboratory, Faculty of Fisheries and Maritime, University of Riau. The method used was a completely randomized design with two factors. The first factor was the thickness of the media with three levels, namely 1 cm, 1.5 cm, and 2 cm respectively. The second factor was stocking density with four levels of 10, 15, 20, and 25 g respectively, besides that there was a control medium (K) in the form of pond mud, so there was 15 treatments levels. Each treatment used 3 replications. The results showed that the the optimal silkworm population growth was 9971±72.84 individuals, biomass growth was 77.56±1.05 g and length gain was 2.60±0.09 cm (P12, treatment tofu dregs fermented media with a thickness of 2.0 cm and a stocking density of 20 g), while the lowest was in treatment P1(control, treatment. uses pond mud as a medium with a thickness of 2.0 cm and a stocking density of 10 grams). Based on the test results of the Analysis of Variance (ANAVA) factor of media thickness and stocking density, the combination of the two factors had a significant effect on population growth (individuals), biomass (grams), and length (cm) of silkworms (Tubifex sp.) (P < 0, 05). This research concludes that 2 cm of tofu dregs fermentation medium and 20 g of stocking density is the optimum point for silkworm culture.  Budidaya cacing sutra masih sangat minim, karena masih rendahnya hasil kulturnya.  Menggunakan media kultur yang tepat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan media fermentasi dan padat tebar yang berbeda terhadap populasi, biomassa dan panjang cacing sutra (Tubifex sp.) yang dikultur pada media fermentasi ampas tahu, dilakukan 12 Februari – 9 April 2021 di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama ketebalan media dengan tiga taraf masing-masing 1 cm, 1,5 cm, dan 2 cm. Faktor kedua padat tebar dengan empat taraf masing-masing 10g, 15g, 20g dan 25g, selain itu ada media kontrol (K) berupa lumpur kolam, sehingga diperoleh 15 taraf perlakuan. Setiap perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan optimal populasi cacing 9971±72,84 individu, pertumbuhan biomassa 77.56±1,05 g, pertambahan panjang 2.60±0,09 cm (P12, kultur cacing sutra menggunakan media fermentasi ampas tahu dengan ketebalan 2,0 cm dan padat tebar 20 g), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 kultur cacing sutra menggunakan media lumpur kolam dengan ketebalan 2,0 cm padat tebar 10 gram). Berdasarkan hasil uji Analisis Variansi (ANAVA) faktor ketebalan media dan padat tebar, serta kombinasi kedua faktor memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi (individu), biomassa (gram) dan panjang (cm) cacing sutera (Tubifex sp.) (P < 0,05). esimpulan penelitian ini adalah dengan media fermentasi ampas tahu 2 cm dan padat tebar 20 g merupakan titik optimum kultur cacing sutra

    EVALUASI WAKTU PEMBERIAN KOMBINASI CACING SUTERA DAN PAKAN PASTA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN LARVA IKAN GURAMI

    Get PDF
    Salah satu penyebab tingginya mortalitas larva ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) adalah ketersediaan pakan alami secara berkelanjutan. Hal ini memerlukan upaya untuk mencari pakan pengganti yang dapat tersedia secara terus-menerus. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi waktu pemberian pakan kombinasi antara cacing sutera dan pakan buatan pasta terhadap pertumbuhan dan sintasan larva ikan gurami. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan dan tiga ulangan, yaitu pemberian cacing sutera selama 40 hari (P1), cacing sutera selama 10 hari + pasta selama 30 hari (P2), cacing sutera selama 20 hari + pasta selama 20 hari (P3), cacing sutera selama 30 hari + pasta selama 10 hari (P4), dan pemberian pasta selama 40 hari (P5). Larva (0,8 ± 0,01 cm) dipelihara di akuarium (30x30x30 cm3) dengan kepadatan 2 ekor L-1. Larva dipelihara selama 40 hari dan diberi pakan tiga kali sehari secara ad satiation. Parameter penelitian terdiri dari pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, dan laju pertumbuhan spesifik menurun seiring berkurangnya waktu pemberian pakan berupa cacing sutera (P<0,05). Perlakuan P4 memberikan sintasan yang lebih baik dibanding perlakuan P2, P3, dan P5. Penelitian ini menyimpulkan bahwa waktu penggantian cacing sutera ke pakan buatan pasta berpengaruh terhadap kinerja pertumbuhan dan sintasan larva ikan gurami. Kombinasi yang disarankan yaitu penggunaan cacing sutra selama 30 hari dan pakan buatan pasta selama 10 hari.A factor causing high mortality in gourami larvae (Osphronemus goramy Lac.) is availability of sustainable live feed. This condition needs an effort to find continuous artificial feeds. This study aimed to evaluate feeding periods of combination between tubificid worms and formulated feed paste on growth and survival of giant gourami larvae. This study used a complete randomized design with five treatments and three replications, namely tubificid worms for 40 days (P1), tubificid worms for 10 days + formulated feed paste for 30 days (P2), tubificid worms for 20 days + formulated feed paste for 20 days (P3), tubificid worms for 30 days + formulated feed paste for 10 days (P4), and formulated feed paste for 40 days (P5). Larvae used (0.8±0.01 cm) were reared in aquariums (30x30x30 cm3) with a stocking density of 2 individuals L-1. Larvae were reared for 40 days and fed three times a day through ad satiation method. Experimental parameters consisted of absolute weight growth, absolute length growth, specific growth rate, and survival. The results showed that absolute weight growth, absolute length growth, and specific growth rate decreased with the decrease of feeding periods in the form of tubificid worms (P<0.05). The P4 treatment obtained the best survival, compared to P2, P3, and P5 treatments. This study concludes that the shift feeding period from tubificid worms to formulated feed paste affects growth performances and survival of giant gouramy larvae. The suggested combination is 30 days application of tubificid worms and formulated feed paste for 10 days

    Vitamin E dosage variations as antioxidants for improving the quality of fish oil derived from processing waste of Pangasius catfish

    Get PDF
    The limited availability of tubifex poses a challenge in obtaining green catfish fry. Fish oil, comprising saturated and unsaturated fatty acids, serves as an alternative fat source in commercial feed. Utilizing by-products from catfish processing, fish oil production has garnered attention; however, its rich unsaturated fatty acid content renders it prone to oxidation. Vitamin E emerges as a potential antioxidant to curb this oxidation. This study aims to evaluate fish oil quality with vitamin E supplementation. Peroxide number (PV) and storage duration (0, 3, 6, 9, 12, and 15 days) were analyzed. Fish oil received varying doses of vitamin E (0, 1, 3, 5, and 7 mg/100 g), with each treatment replicated twice. Findings indicated that without vitamin E (0 mg/100 g), PV reached 10.0 meq/kg after 15 days of storage. Conversely, with vitamin E (1, 3, 5, and 7 mg/100 g), PV values after 15 days were 7.2, 6.0, 5.4, and 4.0 meq/kg respectively. The study establishes that higher vitamin E doses effectively prolong fish oil shelf life while conforming to the Codex PV standard (≤ 5 meq/kg)
    corecore