54 research outputs found

    Kajian Pengaruh Penggunaan Biosurfaktan Rhamnolipida dan Surfaktin pada Proses Bioremediasi Tanah Tercemar Crude Oil

    Get PDF
    Kegiatan eksplorasi, transportasi dan pemurnian minyak dan gas memiliki potensi menimbulkan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah crude oil. Lingkungan yang tercemar crude oil akan memiliki dampak serius terhadap tanah. Salah satu pencemaran tanah yang terjadi di Indonesia berada di pertambangan minyak bumi rakyat Desa Wonocolo, Kecamatan Kadewan, Kabupaten Bojonegoro. Desa Wonocolo sendiri merupakan desa dengan jumlah sumur dan produksi minyak terbanyak di kawasan tambang minyak bumi rakyat di Kecamatan Kedewan. Kondisi ini berpotensi mengakibatkan terjadinya pencemaran tanah oleh crude oil akibat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tumpahan atau ceceran dari berbagai kegiatan tersebut secara terus menerus yang masih dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, tradisional, dan tanpa teknik operasional yang baik. Bioremediasi merupakan salah satu metode alternatif yang potensial dalam mengolah tanah tercemar minyak mentah karena dinilai lebih murah dan ramah lingkungan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja mikroba dalam proses bioremediasi adalah dengan menggunakan biosurfaktan. Biosurfaktan yang terbukti efektif dalam mengolah crude oil pada proses bioremediasi tanah tercemar adalah rhamnolipida dan surfaktin karena memiliki kemampuan dalam mendegradasi hidrokarbon

    Pengolahan Air Limbah dari Kegiatan Pemeliharaan dan Pencucian Lokomotif dengan Menggunakan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

    Get PDF
    Kegiatan pemeliharaan dan pencucian lokomotif menghasilkan air limbah yang mengandung fosfat, COD, dan BOD yang tinggi. Metode pengolahan yang digunakan yaitu dengan tumbuhan atau disebut fitoproses. Penelitian ini menggunakan tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes). Sebelum dilakukan fitoproses, tahap propagasi, aklimatisasi, dan range finding test (RFT) dilakukan terlebih dahulu terhadap tumbuhan air yang digunakan. Kemudian, penelitian utama atau fitoproses dilakukan pada reaktor berupa kontainer berukuran 30 L dengan dimensi 38,5 x 30 x 24 cm selama 14 hari. Penelitian ini menggunakan air limbah yang berasal dari Depo Lokomotif Sidotopo, Surabaya yang memiliki nilai pH 6,3, fosfat 91,25 mg/L, COD 20944 mg/L, dan BOD 7960 mg/L. Pada tahap RFT menunjukkan bahwa tumbuhan eceng gondok dapat bertahan pada konsentrasi 40%. Lalu, hasil fitoproses menunjukkan bahwa tumbuhan eceng gondok dapat menyisihkan fosfat sebesar 99,9%, COD sebesar 90,5%, dan BOD sebesar 99,7%

    Bio-corrosion on Aluminium 6063 by Escherichia coli in Marine Environment

    Get PDF
    Biological corrosion is caused by presence of microbes in environment. Escherichia coli causes serious biofouling in various environments and its pronounced influence on marine biofouling that causing serious problems such as accelerated corrosion. E. coli shares similar properties with most marine bacteria and it was extensively studied for marine environment. The aims of this research was to determine the corrosion rate on Aluminium 6063 by E. coli in deep seawater (salinity of 33‰), medium seawater (salinity of 35‰), shallow seawater (salinity of 37‰). Based on results, bio-corrosion rate on Al 6063 were higher than control. The bio-corrosion rate Al 6063 at day 28 in salinity of 37‰ was 1.1233 mm/year, meanwhile the corrosion rate for control was 0.7225 mm/year. Visual observation showed that corrosion occured on surface on specimen. Macrostructure observation showed that white spots occured on surface of specimen with E. coli was higher than specimen in control (without E. coli, only saline water) It was indicating that presence of E. coli caused increasing of corrosion rate on Al 6063

    Potensi Metode Co-Composting pada Bioremediasi Tanah Tercemar Pelumas Bekas Menggunakan Sampah Organik Biodegradable

    Get PDF
    Perawatan mesin khususnya di bengkel menghasilkan pelumas bekas rentan mencemari perairan dan tanah. Metode co-composting dapat diaplikasikan sebagai teknik bioremediasi tanah tercemar pelumas bekas karena cukup murah dan ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kemampuan metode co-composting dalam menyisihkan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) pada tanah tercemar pelumas bekas dengan penambahan sampah organik biodegradable serta menentukan jenis sampah organik biodegradable yang menghasilkan efisiensi penyisihan TPH terbaik pada bioremediasi tanah tercemar pelumas bekas dengan metode co-composting. Proses co-composting berlangsung selama 30 hari dengan penambahan bioaktivator EM4 kecuali reaktor T100 (kontrol) dalam skala laboratorium. Penelitian ini menggunakan reaktor plastik tebal berdimensi 44 cm x 30 cm x 11 cm. Pelumas bekas didapat dari Bengkel Dasyi Surabaya. Tanah tercemar dibuat artifisial konsentrasi 10% (b/b). Variasi penelitian meliputi rasio komposisi campuran tanah tercemar dengan sampah organik (T/S) sebanyak 1 kg berat basah (100/0, 50/50; dan 75/25) dan jenis (sampah daun ranting, rumen sapi, dan campuran keduanya). Hasil analisis menggunakan gravimetri menunjukkan kadar TPH dalam tanah tercemar pelumas bekas mencapai 6,05%. Co-composting berjalan dengan baik ditandai dengan optimalnya faktor-faktor pendukung yaitu suhu, pH, kadar air diukur setiap 3 hari sekali dan C-Organik, N-Nitrat, N-Nitrit, TKN dalam rasio C/N dianalisis setiap 10 hari sekali. Hasil penelitian penyisihan kadar TPH terbaik ditemukan pada reaktor DR/RS50 (T/S: 50/50 dengan jenis sampah campuran sampah daun ranting dan rumen sapi lokal). TPH yang tersisihkan yaitu dari 4,79% sampai 3,06% dengan efisiensi penyisihan sebesar 36,16%. Berdasarkan hasil uji statistik Anova Two-way diketahui tidak ada pengaruh signifikan variasi jenis sampah organik, variasi komposisi tanah dan sampah serta interaksi kedua variasi terhadap tingkat penyisihan TPH (P>0,05)

    Studi Fitoremediasi Polutan Minyak Bumi di Wilayah Pesisir Tercemar Menggunakan Tumbuhan Mangrove (Studi Kasus: Tumpahan Minyak Mentah Sumur YYA-1 Pesisir Karawang Jawa Barat)

    Get PDF
    Pesisir Indonesia mengalami pencemaran akibat minyak bumi yang berasal dari berbagai aktivitas industri perminyakan dan kegiatan melaut. Polutan minyak bumi merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) karena membahayakan makhluk hidup dan lingkungannya. Pencemaran dari polutan minyak bumi mengakibatkan ekosistem pesisir terganggu. Polutan minyak bumi mengandung petroleum hidrokarbon yang perlu didegradasi agar tidak menimbulkan dampak negatif. Salah satu metode dalam mendegradasi polutan minyak bumi adalah fitoremediasi. Metode ini dipilih karena dapat mendegradasi polutan secara kontinyu, operasional mudah, murah, dan aman. Tumbuhan yang digunakan adalah mangrove karena merupakan tumbuhan yang kuat salinitas payau pada pesisir. Metode dari penulisan ini yaitu menggunakan studi literatur dengan mengumpulkan serta menganalisis berbagai pustaka. Jenis pustaka antara lain jurnal, buku, laporan, website dengan pokok pembahasan terkait minyak bumi, fitoremediasi, dan mangrove. Tujuan penulisan sebagai referensi dalam membahas metode fitoremediasi menggunakan mangrove terhadap polutan minyak bumi di wilayah pesisir. Studi kasus yang diambil adalah kebocoran minyak di Pesisir Karawang Jawa Barat. Metode dalam mendegradasi polutan minyak bumi dengan fitoremediasi menggunakan skenario penanaman empat jenis mangrove yaitu Avicennia, Rhyzophore, Burguiera, dan Sonneratia. Skenario jenis mangrove yang ditanam menyesuaikan dengan zonasi hutan mangrove. Konsentrasi pencemar minyak bumi di pesisir karawang sebesar 10%. Pertumbuhan mangrove membutuhkan waktu selama dua belas minggu untuk menurunkan hingga sisa TPH% menjadi 1,84%

    Kajian Fitoremediasi untuk Rehabilitasi Lahan Pertanian Akibat Tercemar Limbah Industri Pertambangan Emas

    Get PDF
    Banyaknya pengalihan fungsi lahan menjadi kawasan industri pertambangan, dimana pembangunan industri tersebut berdampak positif dan juga berdampak negatif bagi pembangunan pertanian, antara lain yaitu jika pembuangan limbah industri tidak melalui pengolahan terlebih dahulu (IPAL), hasil pembuangan limbahnya berpotensi untuk mencemari lingkungan, khususnya terhadap tanah-tanah pertanian, diantaranya adalah logam berat, yang berpotensi terhadap percemaran lingkungan pertanian, yaitu Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Kadmium (Cd), Krom (Cr), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Kobalt (Co), dan Nikel (Ni). Oleh karena itu, perlu dicari alternatif penanggulangannya melalui penelitian rehabilitasi lahan. Penyingkiran polutan logam berat menggunakan metode fitoremediasi dengan mekanisme fitoekstraksi menggunakan tumbuhan hiperakumulator yang mampu mengikat Merkuri (Hg) secara cepat dan tepat. Jenis tumbuhan yang digunakan adalah Kacang Kalopo (Calopogonium mucunoides) pada fitoremediasi in-situ dan ex-situ secara single plant species. Sedangkan tumbuhan yang digunakan untuk fitoremediasi ex-situ secara mixed plants species adalah Kacang Kalopo (Calopogonium mucunoides) dan Rumput Gajah Kate (Pennisetum purpureum CV. Mott). Presentase keberhasilannya berada diantara 90-100%

    Bioremediasi Lumpur Alum menggunakan Aspergillus niger dengan Penambahan Serbuk Gergaji sebagai Bulking Agent

    Get PDF
    Penggunaan koagulan Al2SO4 dalam pengolahan air minum dan menghasilkan produk samping berupa lumpur alum. Dampak yang ditimbulkan dari akumulasi aluminium di badan sungai yakni dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu kelangsungan hidup biota sungai. Bioremediasi merupakan salah satu teknologi remediasi yang memanfaatkan mikroorganismen dan dapat digunakan untuk menyisihkan logam aluminium. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyisihkan logam aluminium adalah jamur Aspergillus niger. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik awal lumpur alum dari IPAM X meliputi konsentrasi aluminium, pH, suhu, densitas, kadar air serta porositas, efisiensi penyisihan aluminium dengan variasi penambahan serbuk gergaji sebagai bulking agent dan konsentrasi penambahan jamur Aspergillus niger (5 dan 10% (v/v)) serta bioremediasi paling efektif berdasarkan berbagai variasi yang telah disebutkan. Karakteristik lumpur alum dari IPAM X yakni memiliki konsentrasi aluminium 250 mg/L, pH 8,61 dengan suhu 31oC, massa jenis 1240 kg/m3, kadar air 98% serta angka porositasnya 0,0230. Pada penambahan 5 dan 10% (v/v) Aspergillus niger didapatkan efisiensi penyisihan aluminium pada sampel 100% lumpur alum yakni masing-masing 8,45% dan 9,08% sedangkan pada sampel 97% lumpur alum dan 3% serbuk gergaji yakni masing-masing 8,27% dan 10,11%. Didapatkan kesimpulan bahwa bioremediasi yang paling efektif untuk penyisihan aluminium yakni pada penambahan 10% (v/v) Aspergillus niger pada 97% lumpur alum dan 3% serbuk gergaji sebesar 10,11%

    Fito Pengolahan untuk Dekosentrasi Warna Rhodamin B, Metilen Biru dan Metil Violet dengan Tumbuhan Air Eichhornia crassipes

    Get PDF
    Pengolahan air limbah dengan menggunakan tumbuhan air atau phytotreatment telah menjadi salah satu alternatif pengolahan air limbah yang cukup murah dan efisien dalam penerapannya. Tumbuhan air lebih efektif dalam pengolahan air limbah dibandingkan dengan tanaman lainnya karena pertumbuhan mereka lebih cepat dan produksi biomassa yang lebih besar. Kemampuannya relatif lebih tinggi untuk meyerap polutan karena kontak langsung dengan air yang terkontaminasi. Pada penelitian untuk mengetahui efisiensi tumbuhan air yaitu Eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam dekonsentrasi warna. Dilakukan tahapan yaitu propagasi tumbuhan, tahap aklimatisasi, tahap range finding test dan uji phytotreatment selama 30 hari dengan parameter utama uji warna dan parameter pendukung yaitu uji suhu, pH, analisa morfologi, berat basah dan berat kering. Dilakukan juga uji toksisitas pada LC-50 dan uji plant cells analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji toksisitas LC-50 dari ketiga warna tersebut, bahwa tumbuhan eceng gondok memiliki ketahanan respons biologis yang lebih besar. Nilai LC-50 tumbuhan E. crassipes terhadap pewarna rhodamin B 99,5 mg/L > metil violet 83,2 mg/L> metilen biru 74,5 mg/L. Hasil penyisihan warna pada hari ke 30 oleh tumbuhan E.crassipes terhadap warna metilen biru mencapai 59% sedangkan pada kontrol mencapai 59%, warna rhodamin B mencapai 52% dan pada kontrol mencapai 52% dan metil violet sebesar 51% sedangkan pada kontrol mencapai 51%. Berdasarkan hasil persentase penyisihan warna yang dihasilkan maka dapat disimpulkan bahwa penyisihan warna rhodamin B, metilen biru dan metil violet oleh tumbuhan E.crassipes sampai 30 hari pemaparan kurang efektif karena mikroorganime indigenous yang lebih berperan dan terjadinya proses reduksi oksidasi terhada pewarna sintesis.  

    Perencanaan Instalasi Pengolahan Lindi di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Refused Derived Fuel (TPST RDF) Cilacap

    Get PDF
    Air lindi yang dihasilkan dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Refused Derived Fuel (TPST RDF) Cilacap memiliki karakteristik yang melebihi baku mutu Perda Jateng Nomor 5 Tahun 2012. Paremeter yang melampau baku mutu yaitu BOD, COD, dan TSS. Debit lindi rata-rata berdasarkan pengukuran menggunakan metode tampung diketahui sebesar 6,46 m3/hari dan debit maksimum 8,50 m3/hari. Kualitas air lindi dari outlet bak pengumpul didapat dari hasil uji laboratorium memiliki konsentrasi BOD 12.084 mg/L, COD 18.424 mg/L, dan TSS 744 mg/L. Oleh karena itu, perlu dilaku-kan pengolahan agar lindi yang dibuang ke badan air meme-nuhi baku mutu. Alternatif pengolahan yang direncanakan yaitu menggunakan anaerobic baffled reactor (ABR) dengan tangki sedimentasi, anaerobic biofilter (ABF), dan constructed wetland (CW). Hasil perhitungan DED unit dan dimensi (panjang x lebar x kedalaman) adalah sebagai berikut. Tangki sedimentasi (6,5 m 2,2 m 2 m), ABR 6 kompartemen (1 m 2,2 m 2 m), ABF 2 kompartemen (1,25 m 2,2 1,8 m), dan CW (8 m 5 m 0,6 m). Biaya yang dibutuhkan untuk membangun instalasi pengolahan lindi adalah sebesar Rp286.008.088,00

    Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya

    Get PDF
    Pencemaran lingkungan yang terjadi di Kota Surabaya tidak terlepas dari kegiatan industri salah satunya yaitu usaha pencucian mobil. Hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dikarenakan usaha pencucian mobil belum memiliki IPAL untuk mengolah limbah yang dihasilkan. Sehingga masih banyaknya usaha pencucian mobil yang membuang air limbah pencucian mobil langsung ke badan air tanpa diolah terlebih dahulu.Dimensi untuk masing-masing unit ­­pre-treatment yang terdiri dari oil trap dan sumur pengumpul sebesar 1,3m x 0,6m x 1 m dan 1 m x 1 m x 1 m. Sedangkan dimensi unit IPAL portable yang terdiri dari tangki septik, aerobik biofilter, dan bak penampung secara berturut-turut sebesar 1,7 m x 0,4 m x 1,2 m; 0,5 m x 0,4 m x 1,2 m sebanyak 2 kompartemen; dan dimensi unit bak penampung yang diperoleh dari lahan IPAL portable yang tersisa sebesar 0,7 m x 0,4 m x 1,2 m. Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan unit pre-treatment sebesar Rp 1.590.000,00. Sedangkan untuk unit IPAL portable sebesar Rp 3.900.000,00
    • …
    corecore