14 research outputs found

    Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) untuk Zonasi Jalur Penangkapan Ikan di Perairan Kalimantan Barat

    Get PDF
    Pemanfaatan sumberdaya ikan di laut semakin intensif dan daya jangkauan operasi penangkapan ikan oleh para nelayan semakin luas dan jauh dari daerah asal nelayan tersebut. Konflik sering terjadi karena tidak jelasnya wilayah pemanfaatan yaitu dapat melibatkan nelayan dalam satu daerah yang sama ataupun antara daerah yang satu dengan dengan daerah lainnya.Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam menghindari terjadinya konflik pemanfaatan adalah dengan mengendalikan perkembangan kegiatan penangkapan ikan melalui penerapan zonasi jalur penangkapan ikan di laut, berdasarkan Kepmentan No. 392 tahun 1999 tentang jalur-jalur penangkapan ikan.Wilayah studi adalah Perairan Kalimantan Barat yang merupakan salah satu fishing ground yang sangat berpotensi, terletak di Selat Karimata hingga Laut Cina Selatan dan berbatasan langsung dengan perairan Malaysia. Tujuan dari studi ini adalah untuk menggambarkan peta zona jalur penangkapan ikan di wilayah perairan Kalimantan Barat.Bahan dan data dalam studi ini berupa data spasial,data pasang surut dan Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan zonasi jalur penangkapan ikan. Metode yang digunakan adalah pendekatan SIGdengan teknikanalisis spasial.Visualisasi dalam bentuk peta jalur dalam Kepmentan No. 392 Tahun 1999mempunyai beberapa ketimpangan, antara lain yaitu: penentuan batas pulau pulau terluar yang masih rancu, terdapatnya karang-karang kering yang berpotensi menjadi batas wilayah serta penentuan jarak minimum antar titik tersebut, perairan pedalaman yang belum dibahas, daerah perbatasan antar negara yaitu bagian utara propinsi Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia, daerah ekosistem terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 20 meter yang masuk dalam jalur I.Peta alternative dibuat memperbaiki ketimpangan tersebutmaka dibuat peta alternatif dengan mempertimbangkan parameter jarak dan kedalaman (isobath) disertai dengan beberapa asumsi dan pembatasan

    Analisis Kerantanan Fisik Pantai Di Pesisir Garut Selatan Jawa Barat

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan diempat kecamatan yaitu kecamatan mekarmukti, pakenjeng, cikelet dan pameungpeuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat dan zona kerentanan fisik pantai, serta mengetahui sejauh mana bahaya dan resiko dari pesisir Garut Selatan Jawa Barat. Metode yang dilakukan yaitu dengan metode observasi dan analisis, dalam metode ini terdapat 2 cara yang dilakukan yaitu pengumpulan data dan pengolahan data. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa dari empat kecamatan yang diteliti, kerentanan yang mendominasi yaitu kerentanan sedang dengan presentase 62,25 %, kategori rendah 28,42%, dan kategori tinggi 9,33%. kerentanan tinggi dari kecamatan yang diamati terdapat di kecamatan Pameungpeuk tepatnya di kawasan pariwisata pantai santolo Garut, yang dimana aktifitas manusia dikawasan tersebut sangat tinggi, bukan hanya karena aktifitas manusianya tapi juga karena Perubahan alih fungsi lahan yang cukup tinggi. Selain adanya aktifitas manusia dikawasan kategori tinggi ini merupakan kawasan pariwisata yang sering dikunjungi parawisata, lingkungan yang tidak terjaga membuat kawasan ini semakin rawan

    Mapping of Sediment on the Waters Around Panjang Island, Banten Bay, Indonesia

    Get PDF
    This study was conducted to map the surface sediment conditions in the waters around Panjang Island, Banten Bay. The survey method was conducted in February 2015 by taking sediment samples using a grab sampler at 15 stations. Sediment analysis was conducted to determine the grain size using the granulometry method which was then processed using the KUMMOD-SEL software to obtain the composition and texture of the sediment. The results of processing sediment samples at each station obtained that the grain size of sediments in the waters around Panjang Island ranged from -0.7 to 2.6 in the phi (φ) scale. Sediment composition consists of sand and gravel, with sand dominance of 89.1 %. Sediment textural classification consists of only 4 categories i.e. very coarse sand, coarse sand, medium sand, and fine sand. In general, the pattern of sediment distribution follows the pattern of water depth, where fine sand occupies deeper areas. Meanwhile, medium sand dominates surface sediment distribution in the study area

    THE MODEL OF MACRO DEBRIS TRANSPORT BEFORE RECLAMATION AND IN EXISTING CONDITION IN JAKARTA BAY

    Get PDF
    Jakarta Bay as one of an area with the densest population in Indonesia became one of the highest contamination level waters in the world includes pollution of debris. Reclamation activities in Jakarta Bay will change the water conditions, and will also affect the distribution of debris at sea. Therefore, this study conducted is to determine the movement of the marine macro debris before and on the condition of the existing reclamation island in the Bay of Jakarta. The method used is simulated by the hydrodynamic model and particle trajectory models using MIKE software. Data needed for the hydrodynamic model, namely wind, tides, bathymetry, and shoreline, while for the trajectory of the particles using a data type of debris, marine macro debris weight, and debris flux. The analysis was performed for hydrodynamic model simulation results and comparison of particle trajectory models. Hydrodynamics simulations indicate if a reclamation island formation does not change significantly in the offshore area, but a simple change in the surface current pattern of the reclamation area, it also causes a decrease in the flow velocity of ± 0.002 to 0.02 m/s at some point. Macro debris particle trajectory simulation shows if after reclamation, macro debris tends to accumulate in the eastern Jakarta Bay in the rainy season (January), as well as in the western and eastern regions during the dry season (July)

    Peningkatan Produksi Ikan Mas (Cyprinus Carpio L) Menggunakan Sistem Budidaya Polikultur Bersama Ikan Nilem (Osteochilus Hasselti) di Waduk Cirata, Jawa Barat

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan di Waduk Cirata, Jawa Barat yang dilaksanakan pada 7 Maret 2016 sampai 14 April 2016. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kombinasi padat tebar polikultur ikan mas dan ikan nilem yang paling baik digunakan untuk meningkatkan produksi ikan mas dan juga memberikan keuntungan positif terhadap lingkungan. Benih ikan mas dan ikan nilem yang digunakan berukuran 6-15 gram yang dipelihara pada keramba jaring apung berukuran 1x1x1,2 m. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan acak lengkap lima perlakuan dan tigakali ulangan. Padat tebar yang digunakan adalah 80 ikan mas, 70 ikan mas : 10 ikan nilem, 60 ikan mas : 20 ikan nilem, 50 ikan mas 30 : ikan nilem serta 40 ikan mas : 40 ikan nilem. Parameter utama yang diamati yaitu bobot mutlak, kelimpahan perifiton dan EPP dan produktivitas budidaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan kombinasi padat penebaran 70 ikan mas: 10 ikan nilem merupakan kombinasi yang memberikan produksi yang paling tinggi dan ramah lingkungan

    Pola Arus dan Transpor Sedimen pada Kasus Pembentukan Tanah Timbul Pulau Puteri Kabupaten Karawang

    Full text link
    Tanah timbul adalah salah satu fenomena yang diakibatkan oleh pengendapan sedimen. Keberadaan tanah timbul akan menyebabkan Perubahan pola sirkulasi arus dimana akan menyebabkan Perubahan kecepatan arus dan gelombang, sedimentasi maupun kedalaman. Perubahan sirkulasi arus menyebabkan efek yang berantai terhadap suatu ekosistem. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola pasang surut, karakteristik pola arus, dan transpor sedimen sebelum dan sesudah Pulau Puetri terbentuk. Hasil penelitian karakteristik pola arus perairan Pulau Puteri sebelum terbentuk saat surut terendah dengan kecepatan arus tertinggi berkisar antara 0,266 hingga 0,293 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah timur dan arah barat menuju utara pantai Cikiong. Pada saat pasang tertinggi, kecepatan arus tertinggi berkisar di antara 0,32 hingga 0,346 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah barat menuju timur pantai Cikiong. Karakteristik pola arus perairan Pulau Puteri setelah terbentuk saat surut terendah dengan kecepatan arus tertinggi berkisar di atas 0,373 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah selatan menuju utara Pulau Puteri. Pada saat pasang tertinggi, kecepatan arus tertinggi berkisar di antara 0,346 hingga 0,373 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah selatan dan barat bergerak menuju arah timur Pulau Puteri. Pengendapan sedimen tertinggi pada saat sebelum Pulau Puteri terbentuk berada di sekitar area muara sungai, sedangkan pengendapan sedimen tertinggi pada saat setelah Pulau Puteri terbentuk berada di sekitar selatan Pulau Puteri

    Pergerakan Larva Karang (Planula) Acropora di Kepulauan Seribu, Biawak, dan Karimunjawa Berdasarkan Kondisi Oseanografi

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pergerakan planula Acropora Kepulauan Seribu, Biawak, dan Karimunjawa berdasarkan kondisi oseanografi (arus, batimetri, dan pasang surut) Laut Jawa. Metode yang digunakan adalah simulasi hidrodinamika (HD) dan particle tracking (PT) yang dilakukan pada bulan Januari, April, Oktober, dan November 2016. Area penelitian meliputi 6 pulau di bagian timur Kepulauan Seribu; Pulau Biawak, Gosong, dan Candikian; dan 6 pulau di bagian barat Kepulauan Karimunjawa. Semua pulau mewakili zona inti, perlindungan, pemanfaatan, dan pemukiman. Data yang digunakan adalah data hidrodinamika yaitu angin, pasang surut, dan batimetri serta data partikel yaitu berat dan flux planula. Hasil simulasi model HD menunjukkan pergerakan arus di area model memiliki pengaruh yang kuat dari pasang surut dengan pola yang bolak-Balik. Kecepatan arus berubah-ubah seiring kondisi air laut saat pasang dan surut. Hasil simulasi model PT menunjukkan pergerakan planula di Kepulauan Seribu memiliki pola bergerak ke utara dan selatan dengan pergerakan terjauh adalah 7,89 km; di Kepulauan Biawak polanya bergerak ke tenggara dan barat laut dengan pergerakan terjauh 5,93 km; di Kepulauan Karimunjawa polanya bergerak ke timur dan barat dengan pergerakan terjauh 9,32 km. Wilayah yang potensial untuk pertumbuhan planula adalah Pulau Tondan Barat, Tondan Timur, dan Menjangan Besar sehingga ketiga pulau yang termasuk zona pemanfaataan ini dapat dimanfaatkan untuk rehabilitasi atau direkomendasikan menjadi zona inti. Kepulauan Biawak yang merupakan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) memiliki Pulau Biawak sebagai daerah potensial pertumbuhan karang dan dapat dijadikan wilayah rehabilitasi
    corecore