21 research outputs found

    Bioakumulasi Merkuri Dan Struktur Hepatopankreas Pada Terebralia Sulcata Dan Nerita Argus (Moluska: Gastropoda) Di Kawasan Bekas Penggelondongan Emas, Muara Sungai Lampon, Banyuwangi, Jawa Timur(bioaccumulation of Mercury and the Hepatopancreas Structure)

    Get PDF
    Amalgamasi pada proses penggelondongan emas tradisional di muara sungai Lampon menggunakan Merkuri (Hg). Limbah dibuang langsung ke muara dan lingkungan sekitar. Walaupun aktivitas penggelondongan emas telah dihentikan, efek cemar Merkuri terhadap lingkungan termasuk biota terus berlangsung. Bioakumulasi Merkuri dapat ditelusuri menggunakan bioindikator anggota Gastropoda. Penelusuran bioakumulasi Merkuri menggunakan spesimen Terebralia sulcata yang hidup di hutan mangrove sekitar lokasi penggelondongan, dan Nerita argus yang hidup di muara pantai. Analisis Merkuri berdasar metode SNI 06-6992.2-2004 menggunakan perangkat Mercury Analyzer. Hepatopankreas sebagai organ detoksifikasi Merkuri digunakan sebagai parameter patologis. Hepatopankreas masing-masing spesimen dipreparasi dengan metode parafin, diwarnai dengan Hematoksilin Ehrlich\u27s-Eosin untuk pengamatan struktur mikroskopis. Bioakumulasi Merkuri dalam tubuh T. sulcata hingga 3,10 ppm, sedangkan dalam tubuh N. argus hingga 3,03 ppm. Tampak banyak vesikula residu diduga berisi inklusi pemadatan elektron dan metalotionin sebagai dampak detoksifikasi ion logam Merkuri dalam hepatopankreas. Tubulus hepatopankreas N. argus mengalami disintegrasi dan atropi cukup parah. Walaupun tambang emas di Lampon berskala kecil dan telah ditutup, efek patologis pencemaran Merkuri terhadap biota terutama Gastropoda sangat signifikan

    Puntius Orphoides Valenciennes, 1842: Kajian Ekologi Dan Potensi Untuk Domestikasi

    Get PDF
    Semua jenis ikan pada awalnya hidup secara alami tetapi beberapa jenis sudah dapat dibudidayakan dan ada yang masih hidup liar. Tujuan penelitian ini adalah upaya domestikasi ikan mata merah/Brek (Puntius orphoides Valencienes, 1842). Ikan mata merah dicuplik dari Sungai Klawing dan Waduk Sempor pada bulan Maret 2008 untuk dikaji aspek habitatnya dan dianalisis nutrisinya. Analisis nutrisi dikerjakan di Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan UNSOED dan LPPT UGM. Jenis ikan sebagai pembanding adalah Puntius javanicus Blkr. dan Oreochromis niloticus. Hasil analisis laboratorium mengenai kadar air, protein dan lemak P. orphoides lebih menguntungkan dibandingkan dengan dua jenis yang lain. Kelebihan jenis ikan mata merah adalah khususnya kandungan protein, maka dapat terus dikembangkan sebagai cadangan protein sektor perikanan yang sangat baik

    Retaid Di Perairan Pesisir Barat Tablasupa Kabupaten Jayapura, Papua (Red-tide at Western Coast of Tablasupa, Jayapura, Papua)

    Full text link
    Retaid (red-tide) adalah fenomena alam yang sering terjadi baik di perairan laut dan tawar. Fenomena ini menunjukkan Perubahan warna dari biru laut menjadi merah, coklat, kuning bahkan putih susu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi terjadinya retaid di perairan Tablasupa, Jayapura, Papua. Pencuplikan plankton dilakukan pada tanggal 8-10 Agustus 2007 di dua lokasi dengan empat ulangan waktu (pagi, siang, sore dan malanr). Hasil analisis laboratorium menunjukkan adanya 18 genus tetapi hanya dua genus yang berpotensi menimbulkan retaid yaitu Ceratium dan Chaetoceros. Kemungkinan kecil terjadinya retaid di perairan Tablasupa karena kemelimpahan fitoplankton cukup rendah

    Foraminifera Bentonik Kaitannya dengan Kualitas Perairan di Wilayah Barat Daya Pulau Morotai, Maluku Utara

    Full text link
    Pulau Morotai, Maluku Utara merupakan salah satu pulau yang terletak di kawasan segitiga terumbu karang sebagai pusat kenakeragaman biota laut global. Kesehatan ekosistem terumbu karang dapat dipantau dengan menggunakan komposisi foraminifera bentonik. Maksud dan tujuan studi ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas foraminifera bentoni terkait dengan kualitas perairan sebelah barat daya Pulau Morotai. Studi ini menggunakan enam sampel sedimen dasar laut dengan tiga kali Perulangan yang diambil pada kedalaman antara 16 dan 36 m. Hasilnya menunjukkan ada 28 spesies foraminifera bentonik, dicirikan oleh kehadiran Amphistegina dan Operculina dalam jumlah sangat melimpah. Amphistegina radiata merupakan spesies dengan densitas tertinggi di stasiun dekat pantai. Nilai indeks keanekaragaman foraminifera antara 1,49 dan 2,31 yang tergolong dalam kondisidengan tingkat keanekaragaman sedang. Indeks keseragaman umumnya lebih besar dari 0,6 yang menunjukkan lingkungan stabil. Nilai indeks FORAM (FI) berkisar dari 6,32 hingga 9,16 yang memperlihatkan kondisi lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan terumbu karang. Kata kunci: struktur komunitas, foraminifera bentonik, terumbu karang, MorotaiMorotai Island, North Molucca is one of islands that is located in the Coral triangle region as the global centre of marine biodiversity. The health of this coral ecosystem could be monitored by using benthonic foraminferal composition. The purpose of this study are re recognized community structure of benthic foraminifera related to water quality off southwest Morotai, Island. This study used six marine sediments samples with three times of replication that collected from 16 -36 m water depth. The result shows that there are 28 spesies of benthonic foraminifera characterized by occurences of Amphistegina and Operculina abundantly. Amphistegina radiata is a highest density species that is found in the near shore station. The diversity index is between 1,49 and 2,31 as moderate diversity; evenness index generally is more than 0,6 that indicates stable environment. FORAM index (FI) is more than 4 (6,32 to 9,16) that shows of condusif environmental condition for reef growth

    Komposisi dan Kemelimpahan Fitoplankton di Laguna Glagah Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa YOGYAKARTA

    Full text link
    Penelitian bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi jenis fitoplankton di laguna Glagah; 2) meng-identifikasi kemelimpahan fitoplankton di laguna Glagah; 3) mempelajari hubungan faktor fisiko-kimia lingkungan dengan kemelimpahan fitoplankton di laguna Glagah. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2012 di laguna Glagah desa Glagah kecamatan Temon Kabupaten Kulonprogo DIY. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun pengamatan untuk mengidentifikasi faktor fisiko-kimia (pH, DO, dan alkalinitas) dan mengidentifikasi fitoplankton. Pengamatan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada pukul 08.00 WIB (pagi) dan 13.00 WIB (siang). Pengujian faktor fisiko-kimia dan identifikasi fito-plankton dilakukan di laboratorium ekologi Fakultas Biologi UGM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitoplankton yang ditemukan di laguna Glagah berjumlah 9 spesies dalam 3 fungsional grup dengan kemelimpahan rata-rata sebesar 1839.667 individu/L pada pagi hari dan 1640,333 pada siang hari. Fitoplankton yang paling melimpah adalah diatom. Berdasarkan analisis regresi korelasi antara kemelimpahan fitoplankton dan faktor fisiko-kimia perairan Laguna Glagah maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara faktor fisiko kimia meliputi pH, DO, dan alkalinitas dengan kemelimpahan fitoplankton

    THE MINIMUM NUMBER OF VALVES FOR DIATOMS IDENTIFICATION IN RAWAPENING LAKE, CENTRAL JAVA

    Get PDF
    Technical challenges in using diatoms for paleolimnological work are the identification and enumeration of diatom valves. Variations exist in the minimum number of valves to identify, ranging from 100 to 700 valves of the dominant species. This task can be very time consuming, particularly when the diatom valves are not abundant. This research was conducted to determine the minimum number of valves to be identified in the diatom assemblages from Rawapening Lake, Central Java, Indonesia. Based on the 314 samples obtained from Rawapening Lake, the diatom efficiency rose above 0.85 upon the minimum count of 300 valves. The number of diatom species identified remained stable after the minimum of 300 valves. Therefore, the minimum number of diatom’s valves identified to represent the assemblage for paleolimnological analysis was 300

    Penentuan Kriteria Nutrien Untuk Penilaian Status Trofik Perairan Waduk Mrica Banjarnegara, Indonesia (Determination of Nutrient Criteria for Assessing Trophic Status of Mrica Reservoir Banjarnegara, Indonesia)

    Full text link
    Saat ini kriteria nutrien yang sering digunakan untuk penilaian status trofik suatu badan air di Indonesia adalah berdasarkan OEeD (1982), dan Mason (1991) yang merupakan hasil kajian status trofik danau dan waduk di wilayah empat musim (temperate). Kriteria tersebut bila digunakan untuk waduk di Indonesia sering tidak mencerminkan kondisi yang sebenamya karena ada perbedaan mekanisme terjadinya eutrofikasi di wilayah tropis dan temperate (Huszar et al., 2006). Tujuan peneiitian ini adalah mengkaji hubungan antara konsentrasi nutrien dengan biomassa algae sebagai dasar untuk menentukan kriteria nutrien yang tepat sebagai upaya penentuan kriteria trofik waduk di Indonesia. Metode peneiitian menggunakan survei dengan mengambil sampel air sebulan sekali selama 1 (satu) tahun mulai Maret 2009 -Februari 2010 di 11 (sebelas) lokasi di perairan Waduk Mrica Banjamegara. Variabel penelitian adalah Total Nitrogen (TN), Total Fosfat (TP), nitrat (NO]), ortofosfat (P04), ammonia ~), TN/TP, dan klorofil. Kesimpulan adalah kriteria TP untuk mencapai fase eutrofik pad a musim penghujan lebih tinggi (TP ~ 1,55 mg/I) dibandingkan musim kemarau (TP ~ 1,33). Pada musim penghujan maupun kemarau total nitrogen (TN) bukan merupakan nutrien pembatas. Nutrien (N dan P) yang tinggi (bahkan mencapai 10 kali iipat lebih tinggi dibandingkan kriteria nutrien dari wilayah temperate) tidak menirnbulkan blooming. Terjadinya blooming algae di Waduk Mrica disebabkan adanya operasional waduk dan didukung oieh kondisi iklim (cahaya dan suhu) yang tidak menjadi faktor pembatas pertumbuhan algae. Oleh karena itu, kriteria nutrien untuk danau di wilayah sub tropis tidak cocok bila digunakan untuk penilaian status trofik untuk waduk di Indonesia
    corecore