14 research outputs found
Applying Kansei Words to Japanese Bread Store
Indonesia’s consumers choose to eat bread rather than rice is because of lifestyle, instead of substituting rice. In
Surabaya, there are some stores selling Japanese bread, however their stores’ design is not been influenced by
Japanese authentic style. The purpose of this paper is to discover the importance of Japanese bread store. A structured
questionnaire has been developed to collect the data. Kansei words were used to identify what conditions the consumers
need. Result of the study shows that consumers demand 'interesting store', 'suitable' and 'cleanliness' as the important
factors. As a result, these Kansei Words will be converted into the store’s physical design
Identifikasi Faktor Pemicu Minat Wirausaha Pada Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan untuk tidak sekedar menjadi pencari kerja setelah lulus kuliah, tapi bisa sebagai
penyedia kerja dengan menjadi wirausaha. Penggabungan kewirausahaan ke dalam kurikulum perguruan tinggi
diharapkan bisa menyiapkan lulusan dengan hardskills dan softskills kewirausahaan. Oleh sebab itu, perlu diketahui
apa saja yang dapat mendorong mahasiswa untuk menjadi wirausaha, sehingga hal tersebut dapat difasilitasi sedari
awal. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memicu minat wirausaha pada
mahasiswa, khususnya di Universitas Surabaya. Analisa dilakukan pada data yang diperoleh dari pembagian kuisioner
kepada 405 mahasiswa meliputi analisa deskriptif, analisa tingkat kepentingan, dan analisa faktor. Dari analisa
tingkat kepentingan dan analisa faktor diperoleh beberapa faktor utama yang dapat membangkitkan minat wirausaha
pada mahasiswa yang dikelompokkan menjadi empat faktor, yaitu pribadi (internal), universitas, eksternal, dan
informasi. Mempertimbangkan bahwa universitas mempunyai pengaruh yang cukup besar, maka seyogyanya mata
kuliah dan program kewirausahaan di perguruan tinggi dibuat sebaik mungkin untuk menumbuhkan minat wirausaha
di kalangan mahasiswa
KAJIAN PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAANDI PERGURUAN TINGGI
Pembelajaran kewirausahaan dimasukkan dalam kurikulum perguruan tinggi dengan maksud
untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi seorang wirausaha setelah lulus kuliah nanti. Dengan
demikian, mahasiswa bisa mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan, paling tidak untuk dirinya
sendiri. Selain membekali mahasiswa dengan hard skills, mata kuliah tersebut juga membentuk soft
skills wirausaha pada mahasiswa. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya, perlu dilakukan
evaluasi pembelajaran, untuk mendapatkan umpan balik dari mahasiswa terkait dengan pembelajaran
tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembelajaran mata kuliah kewirausahaan di
perguruan tinggi. Evaluasi dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada sejumlah mahasiswa
aktif yang mengikuti perkuliahan kewirausahaan dan inovasi (KWI). Hasil penelitian menyatakan
bahwa dari analisis deskriptif mayoritas responden berasal dari fakultas teknik (55,3%), sebagian
besar mempunyai IPK 2,51–3,00 (32,8%), berimbang antara laki-laki dan perempuan, mayoritas
tinggal di rumah sendiri (47,2%), uang saku per bulan < 1 juta (50,1%), sebanyak 96,8% mahasiswa
menyatakan perlu untuk diberikan mata kuliah KWI di universitas, dan mayoritas mahasiswa (89,7%)
menyatakan bahwa dengan diberikannya mata kuliah KWI berpengaruh pada minat untuk
berwirausaha di kalangan mahasiswa. Sedangkan untuk analisis pembelajaran KWI, ada lima materi yang perlu diberikan pada mata kuliah KWI yaitu (1) mental wirausaha, (2) inovasi, (3) mencari
gagasan/ide usaha, (4) menghadapi risiko, dan (5) pemasaran, serta lima kegiatan utama yang perlu
diadakan untuk melengkapi mata kuliah KWI meliputi: (1) kunjungan ke suatu usaha, (2) expo, (3)
kuliah tamu, (4) success story, dan (5) business camp. Berdasarkan analisis SWOT dapat diketahui
bahwa mata kuliah KWI ini dapat meningkatkan minat mahasiswa untuk membuka usaha sendiri
dan cukup dibekali dengan pengetahuan hard skill maupun soft skill. Secara keseluruhan analisis
SWOT menyatakan bahwa kinerja perkuliahan KWI dinilai baik oleh mahasiswa dan terus perlu
dilakukan perbaikan tiada henti sehingga mahasiswa semakin merasakan manfaat mata kuliah ini
bagi penumbuhan minat wirausaha mahasiswa. Diharapkan hasil penelitian ini bisa memberikan
masukan bagi peningkatan kualitas pembelajaran kewirausahaan selanjutnya
Evaluasi dan Pemetaan Safety Behavior Pekerja di Industri Manufaktur (Studi kasus : Industri Cat di Surabaya)
Keselamatan kerja merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan. PT. X
adalah sebuah industri pembuatan cat dalam hal ini untuk cat tembok, genteng, dan cat poster. Dari
pengamatan yang dilakukan, pada divisi pengolahan cat misalnya, pekerja di mesin pasta seharusnya
memakai sarung tangan berbahan kulit yang mampu menahan panas, karena mesin pasta
menghasilkan panas yang tinggi sekali, namun yang terlihat adalah para pekerja tidak menggunakan
sarung tangan atau alat pelindung diri lainnya. Dalam divisi warehouse masalah yang terlihat adalah
pekerja tidak menggunakan sepatu, padahal seharusnya pekerja menggunakan sepatu untuk
meminimalkan cedera apabila kakinya kejatuhan galon dan dus. Untuk memberi usulan perbaikan
untuk meminimasi kecelakaan kerja dan mengetahui kesadaran pekerja akan pentingnya alat
perlingan diri, maka dilakukan wawancara dan penyebaran kuesioner. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pihak perusahaan, baik pekerja maupun pihak manajemen, semua pekerja berpotensi
mengalami kemungkinan untuk mengalami sesak nafas karena menghirup debu (partikel) yang
dihasilkan dari bahan-bahan utama pembuatan cat. Karena adanya resiko ini, sedianya para pekerja
memiliki kesadaran untuk memakai Alat Perlindungan Diri (APD) yang telah disediakan oleh
perusahaan. Hasil dari kuesioner yang disebarkan untuk mengetahui tingkat kesadaran pekerja untuk
memakai APD kemudian dipetakan ke dalam 4 kuadran sebagai berikut: Kuadran I (tahu-mau)
sebanyak 15 orang, Kuadran II (tidak tahu-mau)sebanyak 10 orang, Kuadran III (tidak tahu-tidak
mau) 3 orang, Kuadran IV (tahu-tidak mau) 32 orang. Dengan pemetaan ini, dapat dilakukan
evaluasi kondisi pekerja dan nantinya dikaitkan dengan strategi perusahaan berhubungan dengan
penerapan berbagai kebijakan, misalnya mekanisme reward-punishment, pemberian santunan, dll.
Dari hasil pengamatan, terlihat pekerja enggan memakai APD dikarenakan mereka merasa terbiasa
dan merasa kondisi kerjanya tidak berbahaya. Ini ditunjang dengan hasil pemetaan, dimana kuadran
ke 4 terdiri dari 32 responden yang menyatakan tahu bahwa ada APD tapi tidak mau
menggunakannya. Selanjutnya perusahaan dapat menyusun strategi terkait dengan isu keselamatan
kerja di perusahaannya
PERANCANGAN PENJADWALAN PRODUKSI DI PERUSAHAAN BORDIR HOKKIMAN SURABAYA
Abstract Hokkiman is a company which is excel at embroidery based production. Current issues faced by company are unknown standard time for the whole production processes, including machining time for various embroidery’s motives, which result in difficulties of calculating final completion time for an order, and necessity to improve current production scheduling system. The purposes of the research are to determine standard time for every production process, improving production scheduling performance by designing an appropriate production scheduling system that allow the company to accept order with due date requirement. Standard time are obtained by collecting primary datas on the production floor using continuous timing method, followed by the calculation for every production process. Standard time calculation for machining are achieved by using simple linear regression analysis. The new production scheduling system is designed by analyzing current system’s weaknesses. Proposed production scheduling system are made based on the Shortest Processing Time (SPT) method. Results of the research are as following, the improvement of production scheduling performances which are shortened response time (21,61%), makespan can be reduced by 19,17%, faster mean flowtime (21,47%), within the condition of 14 days due date is applied, the amount of job tardiness and lateness are decreased by 5,88% and 21,32% sequentially.
Keywords: Standard time, Production Scheduling, Embroidery, Shortest Processing Time, Flowtime
Abstrak Hokkiman merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa bordir. Masalah yang dihadapi adalah tidak diketahuinya waktu baku dalam masingmasing proses produksi dan waktu pemesinan setiap motif, sehingga waktu penyelesaian order sulit dikalkulasi menyebabkan perusahaan tidak dapat menerima order yang memiliki tenggat waktu, serta sistem penjadwalan produksi saat ini yang kurang tepat. Tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan waktu baku untuk masing-masing proses produksi dan motif bordir sehingga waktu penyelesaian suatu order dapat dikalkulasi, serta meningkatkan kinerja penjadwalan produksi perusahaan dengan merancang sistem penjadwalan produksi sesuai dengan kondisi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menerima order yang memiliki tenggat waktu. Waktu baku didapatkan dengan mengumpulkan data primer di lantai produksi melalui metode continuous timing, dilanjutkan menghitung waktu standar untuk setiap proses produksi, perhitungan waktu standar untuk pemesinan suatu motif dilakukan dengan menggunakan model regresi linier. Perancangan penjadwalan produksi dilakukan dengan menganalisis metode penjadwalan awal. Penjadwalan dengan metode usulan dilakukan dengan metode Shortest Processing Time (SPT). Hasil yang didapatkan adalah adanya peningkatan kinerja sebesar 21,61% pada response time, makespan dipersingkat 19,17%, mean flowtime juga turun sebesar 8,84 hari per order (21,47%). Jika ditetapkan tenggat waktu 14 hari pada setiap order, lama keterlambatan dapat dipangkas 21,32%, dan jumlah order yang terlambat berkurang 5,88%.
Kata kunci: Waktu Standar, Penjadwalan Produksi, Bordir, Shortest Processing Time, Flowtim
PERANCANGAN PENJADWALAN PRODUKSI DI PERUSAHAAN BORDIR HOKKIMAN SURABAYA
Abstract Hokkiman is a company which is excel at embroidery based production. Current issues faced by company are unknown standard time for the whole production processes, including machining time for various embroidery’s motives, which result in difficulties of calculating final completion time for an order, and necessity to improve current production scheduling system. The purposes of the research are to determine standard time for every production process, improving production scheduling performance by designing an appropriate production scheduling system that allow the company to accept order with due date requirement. Standard time are obtained by collecting primary datas on the production floor using continuous timing method, followed by the calculation for every production process. Standard time calculation for machining are achieved by using simple linear regression analysis. The new production scheduling system is designed by analyzing current system’s weaknesses. Proposed production scheduling system are made based on the Shortest Processing Time (SPT) method. Results of the research are as following, the improvement of production scheduling performances which are shortened response time (21,61%), makespan can be reduced by 19,17%, faster mean flowtime (21,47%), within the condition of 14 days due date is applied, the amount of job tardiness and lateness are decreased by 5,88% and 21,32% sequentially.
Keywords: Standard time, Production Scheduling, Embroidery, Shortest Processing Time, Flowtime
Abstrak Hokkiman merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa bordir. Masalah yang dihadapi adalah tidak diketahuinya waktu baku dalam masingmasing proses produksi dan waktu pemesinan setiap motif, sehingga waktu penyelesaian order sulit dikalkulasi menyebabkan perusahaan tidak dapat menerima order yang memiliki tenggat waktu, serta sistem penjadwalan produksi saat ini yang kurang tepat. Tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan waktu baku untuk masing-masing proses produksi dan motif bordir sehingga waktu penyelesaian suatu order dapat dikalkulasi, serta meningkatkan kinerja penjadwalan produksi perusahaan dengan merancang sistem penjadwalan produksi sesuai dengan kondisi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menerima order yang memiliki tenggat waktu. Waktu baku didapatkan dengan mengumpulkan data primer di lantai produksi melalui metode continuous timing, dilanjutkan menghitung waktu standar untuk setiap proses produksi, perhitungan waktu standar untuk pemesinan suatu motif dilakukan dengan menggunakan model regresi linier. Perancangan penjadwalan produksi dilakukan dengan menganalisis metode penjadwalan awal. Penjadwalan dengan metode usulan dilakukan dengan metode Shortest Processing Time (SPT). Hasil yang didapatkan adalah adanya peningkatan kinerja sebesar 21,61% pada response time, makespan dipersingkat 19,17%, mean flowtime juga turun sebesar 8,84 hari per order (21,47%). Jika ditetapkan tenggat waktu 14 hari pada setiap order, lama keterlambatan dapat dipangkas 21,32%, dan jumlah order yang terlambat berkurang 5,88%.
Kata kunci: Waktu Standar, Penjadwalan Produksi, Bordir, Shortest Processing Time, Flowtim
Drillis and Contini Revisited Using Correlation Analysis for Indonesian Adults Anthropometry
Research on anthropometry, nowadays, becomes more essential and important due to the complexity of products, devices, equipment and systems for users. The most challenging part in anthropometry study is that the lack of sufficient valid, reliable and sustainable anthropometric data for certain nationalities. According to recent studies, an attempt to provide a comprehensive anthropometric measurement system has been conducted. Following to the previous study by Drillis and Contini, this study uses a similar methodology on how to predict any anthropometric measures through sufficient accuracy from a single measure of stature and weight, taken from 119 Indonesian adults. The expected contribution of this study is that to find which measures are significantly associated with stature and weight, respectively. It is of highly beneficial for product designers and any human-work system interactions
Studi dan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha di Kalangan Mahasiswa: Kerangka Teoritis dan Model Konseptual Awal
Mahasiswa perlu dibekali dengan dasar-dasar kewirausahaan agar supaya setelah lulus kuliah
mereka mampu menciptakan lapangan kerja, paling tidak untuk dirinya sendiri. Selain diberikan mata
kuliah kewirausahaan, lingkungan kampus yang kondusif bisa mempengaruhi minat mahasiswa untuk
berwirausaha. Oleh sebab itu dirancang sebuah penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha di kalangan mahasiswa, khususnya di Universitas Surabaya serta
bagaimana peran perguruan tinggi untuk membangkitkan minat tersebut dan memfasilitasinya.
Tulisan ini memaparkan mengenai kerangka teoritis dan model konseptual awal untuk penelitian yang
akan dilakukan, yang didapatkan dari kajian dan studi dari beberapa literatur terkait. Kerangka
teoritis menjelaskan dasar-dasar pemikiran mengenai minat berwirausaha di kalangan mahasiswa.
Sedangkan model konseptual awal digunakan untuk merancang model keterkaitan faktor-faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha di kalangan mahasiswa. Hasil penelitian ini diharapkan akan
memberikan beberapa kontribusi, antara lain memperluas pengetahuan ilmiah tentang gambaran dan
analisa kewirausahaan di kalangan mahasiswa, untuk mendukung pemerintah dalam membangkitkan
minat wirausaha di kalangan mahasiswa dan lebih meningkatkan jumlah wirausaha yang berasal dari
mahasiswa, serta dapat meningkatkan peran universitas dalam menunjang Gerakan Kewirausahaan
Nasional dengan memberikan masukan yang obyektif untuk pendidikan kewirausahaan di kampus,
dan bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan atau acuan bagi institusi tentang bagaimana
memberikan pendidikan kewirausahaan yang efektif dan menciptakan lingkungan kampus yang
kondusif untuk menumbuhkan minat wirausaha di kalangan mahasiswa
PENGUKURAN KEPUASAN MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN
To prepare students to be an entrepreneur. Entrepreneurship courses should be given
1n the college that equip them With hard skills and soft skills of entrepreneurship. In practice.
the learning of Entrepreneurship needs to be evaluated, in order to identify what is important
In Entrepreneurship courses and also to measure students satisfaction Whit the learning so far.
This study was conducted co assess the evaluation of learning of Entrepreneurship courses in a higher education, especially at the University of Surabaya by measuring the satisfaction level of
students on this course. Evaluation was conducted through survey by distributing questionnaires to a number of active students who have taken the course of Entrepreneurship
and Innovation (KWI} in Semester 2013/2014 at several faculty. The analysis of the level of Interest could identify five important variables on that course. i.e. the practical activities need to be done to give students experience in the business. a guest lecture cells the success story to be entrepreneurs, KWI inspires many ideas for opening a new business. KWI arouse
Interest tn entrepreneurship, as well as the courses provides an opportunity for 'learning by
doing'. Through the satisfaction analysis can be listed five variables with the highest satisfaction such as covering practical activities need to be done to give students experience in the business a guest lecture tells success story be entrepreneurs, KWI materials include hard skills and soft skills as an entrepreneur, the lecturer understand the material presented , and lecturer can motivate students to be an entrepreneur. Then from the comparison of the level of importance and level of satisfaction will be known the strenghts that should be maintained and also the weaknesses that need to be improved. The results of thrs study can provide an
input and as a basics to increase the quality of Entrepreneurship and innovation course further
REDESIGN CRADLE YANG RAMAH LINGKUNGAN BERBAHAN CORRUGATED PAPER
Cradle merupakan keranjang tempat tidur khusus bayi dari lahir sampai sekitar 4 bulan. Mayoritas ibu memilih menggunakan cradle agar bayi tetap aman di tempat tidurnya, karena usia bayi yang masih teramat muda dan rentan. Cradle yang ada di pasaran kebanyakan terbuat dari bahan kayu, bambu, atau plastik. Selain itu pengguna kesulitan untuk menyimpan produk karena sistem sambung produk yang bersifat permanen. Selain itu penggunaan cradle yang singkat tidak seimbang dengan bahan cradle yang tidak mudah didaur ulang. Oleh karena itu, dirancanglah cradle yang tidak bersifat permanen sehingga mudah dalam penyimpanan pasca pemakaian atau mudah untuk dipindahkan. Untuk mengetahui keinginan konsumen, desainer menggunakan data kualitatif dengan wawancara dan observasi kepada orang tua, pengasuh bayi dan pakar di bidangnya dan teori tentang antropometri pada bayi dan manusia dewasa, aktivitas bayi usia 0-4 bulan, dan data dari Mentri Kesehatan tentang berat dan panjang bayi. Data kuantitatif juga dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada orang tua dan pengasuh bayi sehingga spesifikasi untuk cradle yang akan dirancang dapat ditentukan. Dari hasil kuisioner yang telah disebarkandi Surabaya kepada 100 orang (90 ibu yang memiliki bayi dan 10 pengasuh bayi) diperoleh hasil sebagai beikut: 92% dari respoden mengetahui tentang cradle; 54% responden memilih tidak menggunakan cradle karena harganya yang mahal; 90% responden berminat untuk menggunakan cradle berbahan karton bergelombang (Corrugated Paper); Cradle berbahan karton bergelombang (Corrugated Paper) memberi dampak produk yang ringan dan lebih hemat biaya produksinya; Responden berminat jika produk memiliki kekuatan produk dan fungsi yang baik. Dengan demikian, dirancanglah satu produk cradle baru yang ramah lingkungan, ringan, dengan sistem bongkar pasang (knock down) yang lebih murah. Adapun konsep desainnya sebagai berikut: ramah lingkungan, karena material produk ini berbahan karton bergelombang (Corrugated Paper) yang merupakan material yang ramah lingkungan dan mudah untuk didaur ulang; Modern : dikarenakan produk ini akan dipakai oleh masyarakat dengan mobilitas tinggi dengan gaya hidup modern maka tampilan luarnya dibuat bergaya modern yang memperlihatkan gaya masa kini. Fitur lain seperti dapat dijadikan crib dengan cara melepas part ayunan, dan dapat pula dijadikan sarana duduk untuk anak dengan cara melepas salah satu sisi samping part kemudian dirangkai dengan model yang berbeda ditambahkan di dalamnya. Fitur ini diberikan untuk menambah masa penggunaan produk agar dapat digunakan lebih lama