247 research outputs found

    EFEKTIVITAS ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 PREMBUN, KEBUMEN

    Get PDF
    EFEKTIVITAS ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 PREMBUN, KEBUMEN Oleh Rifqiyani Gunanti NIM 05104244068 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas achievement motivation training untuk meningkatkan motivasi belajar bahasa inggris pada siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Prembun, Kebumen. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Subyek penelitian ini adalah siswa SMP kelas VII yang berjumlah 40 siswa. Penentuan subyek menggunakan purposive sampling. Tempat penelitian di SMP Negeri 2 Prembun, Kebumen. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan interview. Analisis data menggunakan Dependent Sample T- test. Hasil penelitian menunjukan bahwa achievement motivation training efektif untuk meningkatkan motivasi belajar bahasa inggris pada siswa. Siswa yang diberi perlakuan berupa achievement motivation training memiliki motivasi belajar bahasa inggris yang lebih tinggi di bandingkan siswa yang tidak diberi perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis selisih (gain score)pre-test dan post-test yang menunjukan nilai rerata kelompok eksperimen sebesar 6,50 yang lebih tinggi dari kelompok kontrol sebesar -1,05 yang berarti bahwa motivasi belajar pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan motivasi belajar pada kelompok kontrol. Didukung juga bahwa antara dua kelompok tersebut menunjukan nilai perbedaan ( t )sebesar 4,839 dengan signifikansi sebesar 0,000 ( p < 0,05 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan peningkatan motivasi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kata kunci: achievement motivation training, motivasi belaja

    Efek Aplikasi Balsamum Peruvianum terhadap Persembuhan Luka Kastrasi Metode Terbuka Satu dan Dua Sayatan pada Anak Babi

    Get PDF
    Tahapan pascaoperasi merupakan bagian penting dalam tindakan operasi. Persembuhan luka merupakan proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada kulit. Balsamum peruvianum merupakan resin dari pohon Myroxylon balsamum dengan kandungan asam sinamat yang dapat merangsang proses persembuhan luka, sekaligus memiliki kandungan benzyl benzoate yang berfungsi sebagai antiseptik alami. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek aplikasi Balsamum peruvianum dalam persembuhan luka kastrasi dengan metode terbuka, satu dan dua sayatan pada anak babi. Hewan coba yang digunakan adalah anak babi yang telah dikastrasi berusia satu bulan dan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kastrasi satu sayatan dan dua sayatan masing-masing tiga ekor sampel. Anak babi masing-masing dibersihkan lukanya dua kali sehari selama dua minggu pascaoperasi dengan menggunakan kapas dan rivanol kemudian dioleskan Balsamum peruvianum menggunakan cotton bud. Pengamatan dilakukan secara makroskopis dan metode dinilai dengan skala 1 untuk sembuh sempurna dan 5 untuk luka basah. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan Aplikasi SPSS V.20 dan diuji menggunakan Independent Sample T Test dengan selang kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan waktu persembuhan yang nyata antara dua kelompok. Kelompok babi satu sayatan memiliki waktu persembuhan rata-rata lebih singkat

    Konsentrasi IL-6 Serum terhadap Penyembuhan Luka Pasca Pemasangan Implan Paduan Logam pada Babi (Sus scrofa)

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsentrasi IL-6 serum pada fase akut dan kronis selama proses penyembuhan luka pasca pemasangan implan paduan logam pada vesika urinaria babi. Penelitian ini menggunakan 6 ekor babi jantan dan betina, usia 2-3 bulan, dengan bobot badan berkisar 25-30 kg yang dibagi ke dalam dua kelompok implan dan tiga waktu pengamatan. Implan logam yang digunakan adalah Zn-0.5Al sebagai kelompok I dan ZnMg(4x) sebagai kelompok II, sedangkan waktu pengamatan dilakukan pada hari ke-0, 14, dan 28. Pemasangan implan dilakukan pada vesika urinaria (VU) menggunakan teknik cystotomi. Pengukuran konsentrasi IL-6 serum menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Data dianalasis menggunakan analysis of variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan pada hari ke-0, implan Zn-0.5Al dan ZnMg(4x) berturut-turut adalah 1.38±2.40 pg/mL dan 0.10±0.17 pg/mL. Konsentrasi IL-6 hari ke-14 pada setiap implan terlihat mengalami penurunan dibandingkan pada hari ke-0, yaitu 0.74±1.29 pg/mL dan 0 pg/mL. Selanjutnya hari ke-28 konsentrasi IL-6 kembali mengalami penurunan, yaitu 0.32±0.35 pg/mL dan 0 pg/mL. Penurunan konsentrasi IL-6 dari fase akut ke fase kronis proses penyembuhan luka pada setiap kelompok implan tidak berbeda signifikan (P&gt;0,05). Pemeriksaan serum pada babi (Sus scrofa) terhadap konsentrasi IL-6 kelompok perlakuan implan Zn-0,5Al dan ZnMg(4x) tidak menunjukkan perbedaan nyata (P&gt;0,05) pada hari ke-0, 14, dan 28

    ELECTROCARDIOGRAM OF PIGS (Sus scrofa) ANESTHETIZED WITH A COMBINATION OF KETAMINE-MEDETOMIDINE AND KETAMINE-ACEPROMAZINE

    Get PDF
    This study aims to evaluate and compare the effects of the combination of ketamine-medetomidine and ketamine-acepromazine anesthesia on pig electrocardiogram (ECG) images. The study was conducted to see the ECG Leads II in six pigs which were divided into two groups. Group I (K1) was given a combination of ketamine (10 mg/kg BW) and medetomidine (0.08 mg/kg BW), while Group II (K2) was given a combination of ketamine (22 mg/kg BW) and acepromazine (1.1 mg/kg BW) intramuscularly. ECG recording was performed after the pigs were anesthetized at the surgical stage by attaching the recording electrodes to the front wall of the chest, front left and right ankles, and back right and left back ankles. The ECG recording used 1 voltage (1 cm = 1mV) with a speed of 25 mm/sec. The parameters observed were heart rate frequency, heart rhythm, P duration, P amplitude, PR interval, R amplitude, QRS interval, QT interval, ST segment, T wave, and Mean Electrical Axis (MEA). Data obtained from this study were analyzed by T-test. The results showed that K1 had an average heart rate of 100 x/minute, regular heart rhythm, P duration of 0.07 sec, P amplitude of 0.27 mV, PR interval of 0.17 sec, R amplitude of 0.75 mV, QRS interval of 0.05 sec, QT interval of 0.20 sec, ST segment of 0.17sec, T wave of 0.17 mV, and MEA of 83.60°; meanwhile, K2 had an average heart rate of 122 x/minute, regular heart rhythm, P duration of 0.06 mm/sec, P amplitude of 0.23 mV, PR interval of 0.14 sec, R amplitude of 0.80 mV, QRS interval of 0.04 sec, QT interval of 0.16 sec, ST segment of 0.14 sec, T wave of 0.12 mV, and MEA of 68.60. The ketamine-medetomidine combination produced good quality of anesthetics for the cardiovascular system

    REPRESENTATION OF ERYTHROCYTES IN PIGLET (Sus scrofa) POST HYPOVOLEMIC SHOCK WITH NORMO AND HYPERVOLEMIA RESUSCITATION OF CRYSTALLOID FLUID

    Get PDF
    The aim of this study is to evaluate the representation of erythrocytes, which is the count of erythrocytes; hemoglobin concentration, hematocrit value, and platelet count in piglet (Sus scrofa) after hypovolemic shock with normal and hypervolemia resuscitation of crystalloid fluid. This study uses nine male castrated piglets 6-8 weeks of age. The piglets are given treatments such catheter installation, shock induction, normovolemia resuscitation, and hypervolemia resuscitation. The fluid for resuscitation is crystalloid fluid, NaCl 0.9%. Blood sample is taken in baseline, normovolemia condition, and hypervolemia condition. The sample is analyzed using hematology blood analyzer and is tested using T-Paired. Total erythrocytes count after normovolemia resuscitation is 3.07x106/µL, while after hypervolemia resuscitation the erythrocytes count decrease until 2.86x106/µL. Hemoglobin concentration after normovolemia resuscitation is 9.4 g/dL, while after hypervolemia resuscitation hemoglobin concentration decreases to 8.64 g/dL. Hematocrit count from piglets after normovolemia resuscitation is 28 %, while it decreases after hypervolemia resuscitation to 25.89%. Platelet count after normovolemia resuscitation is 297.22x103/mm3 and decreases to 263.89x103/mm3 after hypervolemia resuscitation. Evaluation of the erythrocytes index shows that the piglets suffer anemia. Hypovolemic shock and normal, and hypervolemia resuscitation cause the significant decreases in all erythrocytes indexes except the platelet count

    Evaluasi Kemampuan Lahan Kering untuk Arahan Pertanian Berkelanjutan di Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga

    Get PDF
    Lahan merupakan sumber daya yang tidak terbaharui dan penting untuk pengembangan usaha pertanian. Kebutuhan lahan pertanian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Ketersediaan lahan subur yang terbatas mendorong dimanfaatkannya lahan kering untuk pertanian, namun produktivitas rendah, sehingga perlu pengelolaan secara benar dan pemanfaatannya harus sesuai kemampuannya agar lahan tidak rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kemampuan lahan kering di Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, mengetahui faktor-faktor yang menghambat kemampuan lahan di daerah penelitian, dan mengetahui arahan pertanian berkelanjutan yang sesuai dengan kemampuan lahan di Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2017 di lahan kering Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Pengambilan sampel berdasarkan pada satuan lahan homogen (SLH). Terdapat sepuluh SLH pada peta, setiap SLH diambil satu titik sampel untuk dijadikan lokasi pengambilan sampel tanah di lapang. Penentuan kelas kemampuan lahan didasarkan pada karakteristik lahan, yaitu: lereng, kedalaman efektif, tekstur, drainase, permeabilitas, batuan permukaan, ancaman banjir dan erosi. Analisis data dilakukan dengan mencocokkan karakteristik lahan hasil analisis di lapang dan laboratorium dengan karakteristik kemampuan lahan menurut Arsyad (2010). Hasil penelitian menujukkan bahwa : 1) Lahan kering di Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga terdiri dari empat kelas kemampuan lahan yaitu kelas II, III, IV, dan VIII. 2) Faktor penghambat yang perlu diperbaiki adalah lereng, permeabilitas dan drainase. 3) Arahan pertanian berkelanjutan yang seharusnya dilakukan antara lain dengan pemupukan berimbang, penambahan bahan organik, konservasi secara mekanik dan secara vegetatif

    CARDIOTHORACIC RATIO IN SUNDA PORCUPINE (Hystrix javanica)

    Get PDF
    The present study aimed to standardize cardiothoracic ratio (CTR) in clinically healthy Sunda porcupine. This study was an explorative study using four Sunda porcupines, male and female, with an estimated age of 6 months-2years. The sampled animals were radiographed in ventrodorsally projection using a digital X-ray machine with 50 kVp and 6 mAs. Each animal was injected with xylazine as sedation agent at 2 mg/kg BW, intramuscularly route in the dorsal part of animal’s tail. The radiogram showed that Sunda porcupine heart tends to be round and more massive, characterized as the convex edge of the heart. The cardiothoracic ratio (CTR) showed that the ratio of the broadest expansion of the heart relative to the thoracic width in a ventrodorsally projection ranged from 0.48-0.55 with an average 0.52. Standard heart size was less than half of the largest thoracic diameter (normal CTR0.5). Sunda porcupine heart tends to be round and larger characterized as the convex edge of the heart. The CTR values obtained were 0.48-0.55

    PENGGUNAAN KALENG TABUNG SEBAGAI PENGARAH UNTUK PENINGKATAN JANGKAUAN MODE AD-HOC PADA PERANGKAT USB WLAN Using Cylinder Tin Can As a Direction to Increase Ad-Hoc Mode Coverage at USB WLAN Equipment

    Get PDF
    ABSTRAKSI: Konfigurasi jaringan wireless dibagi menjadi dua yaitu mode infrastruktur dan mode tanpa insfrastruktur (ad-hoc). Mode infrastruktur membutuhkan sebuah perangkat khusus atau dapat difungsikan sebagai access point serta coverage area yang lebih luas. Mode ad-hoc merupakan kumpulan dari beberapa node yang membentuk jaringan sementara tanpa insfrastruktur sebelumnya. Tiap node memiliki wireless interface dan berkomunikasi dengan media radio. Wireless interface tersebut dapat berupa USB WLAN (Unit Serial Bus Wireless Local Area Network). Mode ini sangat berguna disaat memerlukan dengan cepat sebuah jaringan kerja tanpa kabel dengan harga murah karena tidak memerlukan access point sebagai penghubung ke user. Jaringan ini dengan cepat dapat dibangun untuk menunjang kebutuhan yang darurat seperti untuk rapat mendadak dimana setiap anggota dapat bertukar data dengan cepat, bencana alam serta untuk aplikasi militer. Akan tetapi kelemahan dari mode ini adalah jangkauan yang terbatas yaitu sekitar 50 m jika dibandingkan dengan mode infrastruktur. Oleh karena itu antena yang digunakan perlu dimodifikasi sehingga jangkauan akan maksimum.Dalam proyek akhir ini akan dilakukan modifikasi antena monopole berukuran kecil untuk meningkatkan jangkauan ad-hoc mode dimana antenna kecil dari USB WLAN dimasukkan ke lubang yang telah dibuat dalam kaleng. Dengan memasukkan antenna kecil tersebut ke dalam kaleng maka semua sinyal yang dipancarkan mengarah ke satu arah sehingga jarak jangkau diinginkan lebih jauh.Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperolah antena dengan spesifikasi yang mendekati spesifikasi perancangan serta dengan penambahan kaleng dari antena USB WLAN diperoleh coverage area yang lebih luas dibandigkan dengan USB WLAN tanpa kaleng dimana dari pengukuran ini perbedaan jarak jangkau yang diperolah adalah sebesar 100 m.Kata Kunci : ad-hoc, WLAN, USB WLANABSTRACT: Configuraton of network Wireless divided to become two that is infrastructure mode and mode without insfrastruktur ( ad-hoc). Infrastructure Mode require a special peripheral or earn functioned as access point and also broader coverage area. mode Ad-Hoc represent corps from some node forming network whereas without previous insfrastruktur. Every node own wireless interface and communicate with radio media. The Wireless interface can be in the form of USB WLAN ( Unit Serial Bus Wireless Local Area Network). This Mode is very good for moment need swiftly a network work without cable at the price of cheap since not need access point as link to user. This Jaringan swiftly earn develop;builded to support requirement which emergency such as for the sudden meeting where each;every member earn to change over data swiftly, natural disaster and also for the military application. However feebleness from this mode finite reach that is about 50 m in comparison with the infrastructure mode. Therefore the used antenna; modification need so that the reach will maximum.In this final project will be modification of fairish antenna; monopole minimize to increase reach of ad-hoc mode where antenna minimize from USB WLAN to hole which have been made in can. With including antenna minimize the into can hence all transmitted to sinyal aim to one way so that apart range wanted farther.From obtained to be measurement result of antenna with specification coming near scheme specification and also with can addition from antenna of USB WLAN obtained compared to broader coverage area USB WLAN without can where from this measurement is difference apart obtained range is equal to 100 m.Keyword: ad-hoc, WLAN, USB WLA

    IMPLICATURE ANALYSIS IN PIRATES OF CARIBBEAN: DEAD MEN TELL NO TALES MOVIE

    Get PDF
    The purposes of this study are to identify types of implicature and identify the meaning found in Pirates of Caribbean: Dead Men Tell No Tales Movie. The writer used Grice (1975) theory of implicature and the classification, conversational and conventional implicature. Moreover, the writer used qualitative method to collect the data which are analyzed by using Grice theory. This study identifies the implicature used by the 8 casts. From the data analysis, it was found that there are 30 implicatures, there are 27 conversational and 3 conventional implicature. This study found more data from conversational implicature because 27 conversations are depending on the context of the conversation or meant by the speaker's utterance that is not part of what is explicitly stated, while 3 conversations that used conjunction implicates of what is being said conventionally or someone’s utterance that could change at another time.Keywords: Implicature, Pirates of Carribean, Types of Implicatur
    • …
    corecore