370 research outputs found
Why practice philosophy as a way of life?
This essay explains why there are good reasons to practice philosophy as a way of life. The argument begins with the assumption that we should live well but that our understanding of how to live well can be mistaken. Philosophical reason and reflection can help correct these mistakes. Nonetheless, the evidence suggests that philosophical reasoning often fails to change our dispositions and behavior. Drawing on the work of Pierre Hadot, the essay claims that spiritual exercises and communal engagement mitigate the factors that prevent us from living in accord- ance with our conceptions of the good life. So, many of us have reasons to engage in philosophical reasoning along with behavioral, cognitive, and social strategies to alter our behavior and attitudes so that they’re in line with our philosophical commitments. In these respects, many of us should practice philosophy as a way of life
Kepemimpinan yang mendatangkan hasil
Ketika para manajer untuk pertama kalinya mendengan konsep kecerdasan emosional pada tahun 1990an, mereka tidak mempercayainya. Namun saat ini sebagian besar eksekutif telah menerima bahwa kecerdasan emosional merupakan hal yang sama pentingnya dengan IQ dalam pengaruhnya teradap efektifitas seorang individu. Namun banyak dari pekerjaan penting di dalam organisasi diselesaikan oleh tim. Sekarang penelitian menemukan apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosional dalam tahap kelompok dan bagaimana untuk mendapatkannya.
Buku ini mengulas perihal pemimpin dan cara memimpin ditulis oleh para ahli yang sangat kompeten. Seperti Daniel Goleman yang mengulas mengenai pemimpin yang efektif. Penelitian yang baru menganjurkan bahwa para eksekutif yang paling efektif menggunakan sekumpulan gaya memimpin yang berbeda-beda. Setiap gaya digunakan dengan takaran dan waktu yang tepat dan kecerdasan emosional yang merupakan dasar pijakannya
Kecerdasan Emosional
Apakah IQ merupakan takdir? Ternyata tidak sebagaimana yang lumrah kita pikirkan. Buku ini berpendapat bahwa pandangan kita tentang kecerdasan manusia itu terlampau sempit, mengabaikan serangkaian penting kemampuan yang sangat besarpengaruhnya dalam menentukan keberhasilan kita dalam kehidupan.
Dengan memanfaatkan penelitian yang menggemparkan tentang otak dan perilaku, Goleman memperlihatkan factor-faktor terkait mengapa orang yangber IQ tinggi gagal dan orang yang ber IQ sedang-sedang menjadi sangat sukses. Factor-faktor ini mengacu pada suatu cara lain untuk menjadi cerdas – cara yang disebutnya “kecerdasan emosional”. Kecerdasan emosional mencakup keadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empato dan kecakapan social.
Buku ini penuh dengan pemahaman-pemahaman praktis bagi orang tua dan guru. Strategi-strategi inovatif yang ditawarkan Goleman dapat menolong untuk menghadang kejahatan serta jebakan-jebakan lain yang menjadi penghambat anak-anak untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang produktif dan bahagia
What Causes Obesity? And Why has it Grown so Much? An Alternative View
The purpose of this paper is to explain the main social and economic facts concerning obesity in a way that substantially improves upon existing economic theory. In contrast to existing theory, a number of recent health science writers have explained persuasively that weight gain or loss is not strictly determined by net calorie consumption. These writers have explained that what food people eat and the effect these foods have on hormones such as insulin and hormonal balance are the crucial factors. To understand the rising prevalence of obesity, it is necessary to take into account the growing infrastructure of obesity. This infrastructure includes food processing firms, notably their behavior relating to the qualities of processed food, their marketing of 'junk food' and fast food, and their food cost reducing technological changes. Another factor in rising obesity levels are the human capital resources of people, most notably their social capital, personal capital, and health capital. There is evidence that people who are poor in these intangible capacities are the ones with the highest rates of obesity. The essence of the theory is that obesity is the expected result when vulnerable people with low intangible capital resources encounter the many influences of the infrastructure of obesity. These people have gotten stuck in dysfunctional eating and exercise patterns which societal influences have unfortunately encouraged
Las emociones en el profesorado: el afecto y el enfado como recursos para el disciplinamiento
Resumen Este artículo indaga lo que dice, piensa y siente el profesorado sobre la gestión de la disciplina en el aula y de cómo esto, a su vez, moldea la conducta y condiciona la participación y el desempeño del alumnado. Se basa en un estudio cualitativo (mediante entrevistas, cuaderno de campo, evaluación crítica de informantes claves) que, a través del análisis del pensamiento pedagógico práctico (supuestos ideológicos tácitos, no conscientes) que aparece en el discurso de los profesores, lo compara con la ideología pedagógica dominante (saberes formales e impuestos) poniendo en evidencia una falta de coincidencia y coherencia entre ambos e influyendo esto, a su vez, en las relaciones en el aula. No se pretende descubrir algo nuevo, sino hacerlo visible y describir los mecanismos que intervienen. De este modo, se refuta una creencia muy extendida de que el mal clima del aula se debe a alumnos indisciplinados, ya que en las relaciones resultantes la reacción del docente es determinante. Centrándose en el afecto y el enfado, se observa cómo se crea un ambiente de trabajo, que convierte a estas emociones en herramientas para disciplinar, la primera de una manera más preventiva y la segunda más correctiva, es decir, que se constituyen en un recurso más para el control de la conducta de los alumnos
Working with emotional intelligence = Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi
Judul asli : working with emotional intelligence.xiii, 584 hal. : Ilus. ; 21 c
Kecerdasan Emosional
Buku ini terdiri dari 5 bagian, bagian pertama yaitu otak emosional membahas tentang kegunaan emosi dan anatomi pembajakan emosi, begian kedua yaitu ciri-ciri kecerdasan emosional membahas tentang kapan yang pintar itu bodoh, kenali diri sendiri, budak nafsu, kecakapan utama, akar empati, seni sosial, bagian ketiga yaitu penerapan kecerdasan emosional membahas tentang musuh-musuh keintiman, manajemen dengan berpatokan pada perasan, pikiran dan pengobatan, bagian keempat yaitu kesempatan emas membahas tentang wadah penggodokan keluarga, trauma dan pembelajaran-ulang emosi, temperamen bukanlah suratan takdir, dan bagian kelima yaitu kecakapan emosional membahas tentang kerugian buta emosi dan pendidikan emosi
- …
