19 research outputs found

    Implementation of Environmentally Friendly Monitoring Method: "Green Watch" and "Image Analysis" in Sustainable Resource Utilization in the Coast Community of the Gulf of Amurang, North Sulawesi

    Get PDF
    Monitoring the condition of coral reefs using 'green watch' and 'image analysis' in the use of sustainable resource in the coastal communities of the Gulf of Amurang North Sulawesi has been conducted with the purpose of (1) to understand the condition of coral reefs in the waters of TEEP and Kapitu, (2) the coastal communities can utilize the method of 'green watch' and 'image analysis', and also can do the monitoring themselves both groups and individuals. Results of research by two methods illustrates that there are seven types of coral growth in the waters of Teep, and 8 types in the waters Kapitu village, where each type of coral growth showed different in percent cover. Overall reef condition for waters in the village of TEEP is very good with 79% of live coral, while the  Kapitu village is good with a percentage of live coral is 64%. With this condition is expected that the community can do the monitoring continuously, and also rehabilitate the damage corals. By doing so the resources will be always available for both village.   Keywords: Coral Reef, associate organisms, 'green watch', 'image analysis', live coral  and dead coral, percent cover, Abstrak Monitoring kondisi terumbu karang dengan menggunakan metode ‘green watch’ dan ‘ image analysis’ dalam pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan di komunitas pesisir Teluk Amurang Sulawesi Utara telah dilakukan dengan tujuan (1) memahami kondisi terumbu karang di perairan Teep dan Kapitu, (2) masyarakat nelayan dapat memanfaatkan metode ‘green watch’ dan ‘image analysis’, sekaligus melakukan monitoring secara mandiri baik kelompok maupun individu.  Hasil penelitian dengan dua metode ini menggambarkan bahwa ada 7 tipe pertumbuhan karang di desa Teep, dan 8 tipe di perairan desa Kapitu, di mana masing masing tipe pertumbuhan karang hadir dengan presentase tutupan yang berbeda.  Kondisi karang secara keseluruhan untuk perairan di Desa Teep adalah yang sangat bagus dengan 79 % karang hidup, sedang untuk desa Kapitu adalah cukup bagus dengan presentase karang hidup adalah 64 %.  Dengan kondisi ini diharapkan masyarakat dapat mempertahankan, dengan cara melakukan kegiatan monitoring secara berkesinambungan, sekaligus merehabilitasi kondisi karang yang telah rusak. Dengan  mempertahankan kondisi yang baik ini maka servis dari ekosistem ini terhadap masyarakat di kedua Desa ini akan terus ada.   Kata kunci: Terumbu Karang, organisme asosiasi, ‘green watch’, ‘image analysis’, karang hidup, karang mati, persentase tutupan

    Distribusi Karang Lunak Di Perairan Teluk Manado Dengan Perbandingan Antara Kawasan Non Reklamasi Dan Reklamasi

    Get PDF
    Penelitian tentang distribusi karang lunak di Perairan Teluk Manado dengan perbandingan antara Kawasan Non Reklamasi dan Reklamasi telah dilakukan di Perairan Teluk Manado pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis karang lunak yang tersebar di perairan Teluk Manado khususnya di Pantai Kalasey serta mendeskripsikan kepadatan dan distribusi dari karang lunak.Pengambilan data dilakukan di perairan Malalayang pada daerah Non Reklamasi dan Reklamasi.Penelitian dimulai dengan melakukan survey awal di lokasi pengambilan data. Pada Setiap Lokasi penelitian mempunyai 3 stasiun pengamatan yaitu pada kedalaman 3 meter, 6 meter dan 9 meter, pengambilan data dilakukan dengan pencatatan bawah air menggunakan whotr plastic sheet dengan bantuan alat SCUBA dan kamera bawah air. Hasil analisis menunjukan bahwa kepadatan tertinggi terdapat pada daerah Reklamasi khususnya pada kedalaman 6 meter oleh Genus Xeniadengan nilai (K) 25.50 ind/m2 dan (KR) 95.39%.Untuk pola penyebarannya pada dua lokasi penelitian adalah mengelompok

    Distribusi Vertikal Karang Batu (Scleractinia) Di Perairan Desa Kalasey, Kabupaten Minahasa

    Full text link
    Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui struktur komunitas dan distribusi vertikal karang scleractinia di perairan Desa Kalasey.Jumlah spesies yang ditemukan pada lereng terumbu berjumlah 48 dan pada rataan terumbu 38.Jumlah koloni pada lereng terumbu berjumlah 190 dan pada rataan terumbu 133.Spesies Porites lobata memiliki kepadatan relatif tertinggi pada lereng terumbu dan Favites halicora pada rataan terumbu, masing-masing dengan nilai 20%. Nilai indeks keanekaragaman menunjukkan keanekaragaman tinggi pada lereng terumbu (3,12) dan keanekaragaman sedang pada rataan terumbu (2,95). Secara umum, kedua loaksi tersebut memiliki pola penyebaran seragam. Hasil indeks kemerataan pada lereng terumbu 0,80 dan rataan terumbu 0,81. Kedua nilai tersebut digolongkan pada komunitas yang stabil

    Antimicrobial Potential of Bacteria Associated with Marine Sea Slugs from North Sulawesi, Indonesia

    Get PDF
    Nudibranchia, marine soft-bodied organisms, developed, due to the absence of a protective shell, different strategies to protect themselves against putative predators and fouling organisms. One strategy is to use chemical weapons to distract predators, as well as pathogenic microorganisms. Hence, these gastropods take advantage of the incorporation of chemical molecules. Thereby the original source of these natural products varies; it might be the food source, de novo synthesis from the sea slug, or biosynthesis by associated bacteria. These bioactive molecules applied by the slugs can become important drug leads for future medicinal drugs. To test the potential of the associated bacteria, the latter were isolated from their hosts, brought into culture and extracts were prepared and tested for antimicrobial activities. From 49 isolated bacterial strains 35 showed antibiotic activity. The most promising extracts were chosen for further testing against relevant pathogens. In that way three strains showing activity against methicillin resistant Staphylococcus aureus and one strain with activity against enterohemorrhagic Escherichia coli, respectively, were identified. The obtained results indicate that the sea slug associated microbiome is a promising source for bacterial strains, which hold the potential for the biotechnological production of antibiotics

    Marine Heterobranchia (Gastropoda, Mollusca) in Bunaken National Park, North Sulawesi, Indonesia—A Follow-Up Diversity Study

    Get PDF
    Bunaken National Park has been surveyed for a fourth time in 14 years, in an attempt to establish the species composition of heterobranch sea slugs in a baseline study for monitoring programs and protection of this special park. These molluscs are potentially good indicators of the health of an ecosystem, as many are species-specific predators on a huge variety of marine benthic and sessile invertebrates from almost every taxonomic group. Additionally, they are known to contain bio-compounds of significance in the pharmaceutical industry. It is therefore of paramount importance not only to document the species composition from a zoogeographic point of view, but to assist in their protection for the future, both in terms of economics and aesthetics. These four surveys have documented more than 200 species, with an approximate 50% of each collection found only on that survey and not re-collected. Many species new to science have also been documented, highlighting the lack of knowledge in this field

    Seasonal Activity of Metabolic Enzymes of Littorina littorea (Gastropoda: Mollusca)

    Get PDF
    Aktivitas musiman enzim pyruvate kinase (PK), dan citrate synthase (CS) pada otot kaki siput, Littorina littorea (Gastropoda, Littorinidae) telah diteliti. Enzim-enzim ini berperan sebagai enzim kunci pada rangkaian metabolisme (metabolic pathways). Perbedaan yang signifikan terlihat pada aktivitas adalah CS dan PK sepanjang musim. Aktivitas spesifik dari CS bervariasi antara 0,04 dan 0,4 ÎĽg berat basah dan PK antara 0,1 dan 1,7 ÎĽg berat basah. Aktivitas enzim tersebut lebih tinggi pada musim dingin dibandingkan dengan musim panas. Hubungan negatif antara suhu dan aktivitas enzim terdeteksi dalam penelitian ini. Terdapat perbedaan yang nyata antara suhu air dan aktivitas enzim CS, dan suhu air dan udara pada enzim PK (P<0.05). Teramati tendensi yang sama untuk prosentasi perubahan pada aktivitas enzim PK dan CS pada bulan pertama pengamatan dan bulan berikutnya. Hasil penelitian setuju dengan hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat kemungkinan perubahan aktivitas enzim CS dan PK selama siklus musiman. Fenomena ini dibahas dalam pembahasan tulisan ini

    Struktur Komunitas Meiofauna Pada Hutan Mangrove Di Pesisir Dusun Kuala Batu Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara

    Get PDF
    Meiofauna adalah hewan avertebrata perairan berukuran kecil (63–1000 μm) yang hidup pada habitat hutan mangrove. Belum ada infomasi tentang jenis-jenis, distribusi dan keanekaragaman spesis meiofauna pada hutan mangrove di pesisir Dusun Kuala Batu. Penelitian ini bertujuan untuk; Mengetahui jenis-jenis, distribusi dan keanekaragaman spesies meiofauna pada hutan mangrove  Dusun Kuala Batu. Lokasi penelitian ini berada di wilayah pesisir Dusun Kuala Batu Desa Serawet Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Metode yang digunakan adalah metode survey jelajah dan metode line transek kuadran. Analisis data dengan menggunakan rumus indeks Morisita. Hasil penelitian diperoleh 7 jenis meiofauna, yaitu: Ligia vitiensis, Famili ligiidae Sacculina, Famili sacculinidae Eunice fucata, Famili eunicidae unidedentified species, Famili Thalestridae, Ocypode Cordimana, Famili ocypodidae, Perisesarma guttatum, Famili sesafunidae dan Harpacticoida, Famili Porcelidiidae. Indeks keanekaragaman spesis tertinggi didapati pada Eunice fucata, Famili Eunicidae sedangkan yang terendah didapat pada Harpacticoida, Famili Porcelidiidae. Meiofauna yang ditemukan antar stasiun cenderung sama sedangkan meiofauna yang ditemukan pada stasiun pertama lebih banyak dari pada stasiun lainnya. Secara ilmiah, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ekologi meiofauna
    corecore