7 research outputs found
KATA BAIK: MORFOTAKTIK,VALENSI SINTAKSIS, DAN MAKNA
Semantics as the study of meaning is used to understand human expression through language and to distinguish specific meanings from the general meaning. Semantics is usually associated with two other aspects, namely morphology and syntax to understand an understanding problem that comes by word selection (diction). In writing this thesis, the authors examine about morphotactic, syntactic valence, and the meaning of “baik” word. The method used in this research is method of agih. As for the techniques used are lesap (deletion) technique, substitution technique, and expansion technique.
Based on the morphotactic analysis, “baik” word can be matched with 13 affixes, namely meN-, ter-, se-, ber-, -an, -nya, ke-an, ber-an, per-an, se-nya, per-i, memper-i, and diper-i. Then, syntactic valence analysis of “baik” word can be seen from the phrase and sentence level. At the phrase level, “baik” word can be found in endocentric phrases and exocentric phrases. Meanwhile, at the level of sentence can be found function, category, and the role of “baik” word.
Based on the analysis of the meaning found six basic words are synonymous with the “baik” word, that is “bagus”, “cantik”, “elok”, “indah”, “rapi”, and “terpuji”. In relation to the study of meaning, found the types of meaning, meaning relation, meaning field, and the components of meaning contained in “baik” word.
Keywords: baik, morphotactic, syntactic valence, meaning
Optimasi Kecerdasan Majemuk sebagai Metode Menghafal Al-Qur\u27an (Studi Atas Buku “Metode Ilham: Menghafal Al-Qur\u27an Serasa Bermain Game” Karya Lukman Hakim dan Ali Khosim)
Menghafal al Qur\u27an merupakan kegiatan yang terkesan sangat berat dan membosankan. Hal ini disebabkan karena metode yang dipakai monoton dan hanya mengaktifkan belahan otak kiri. Berbagai macam metode pun coba diteorikan dan dipraktekkan oleh para h{a>fiz} demi membuat proses tersebut terasa lebih ringan, atau bahkan menyenangkan. Salah satu metode yang belum lama ini ditemukan adalah metode Ilham. Keberadaan metode ini menjadi solusi atas kebuntuan yang dihadapi para penghafal al Qur\u27an. Metode ini berupaya uuntuk memadukan beberapa metode sehingga proses menghafal tidak membosankan. Metode ini juga berusaha mengaktifkan belahan otak kiri dan otak kanan sekaligus sehingga diharapkan bisa diterapkan kepada penghafal al Qur\u27an dengan semua tipe belajar
Optimasi Kecerdasan Majemuk Sebagai Metode Menghafal Al-Qur’an (Studi atas buku “Metode Ilham: Menghafal al-Qur’an serasa Bermain Game” karya Lukman Hakim dan Ali Khosim)
Menghafal al Qur’an merupakan kegiatan yang terkesan sangat berat dan membosankan. Hal ini disebabkan karena metode yang dipakai monoton dan hanya mengaktifkan belahan otak kiri. Berbagai macam metode pun coba diteorikan dan dipraktekkan oleh para h{a>fiz} demi membuat proses tersebut terasa lebih ringan, atau bahkan menyenangkan. Salah satu metode yang belum lama ini ditemukan adalah metode Ilham. Keberadaan metode ini menjadi solusi atas kebuntuan yang dihadapi para penghafal al Qur’an. Metode ini berupaya uuntuk memadukan beberapa metode sehingga proses menghafal tidak membosankan. Metode ini juga berusaha mengaktifkan belahan otak kiri dan otak kanan sekaligus sehingga diharapkan bisa diterapkan kepada penghafal al Qur’an dengan semua tipe belajar.Kata kunci: Tahfidz al Qur’an, Metode Ilham, Kecerdasan Majemu
KECERDASAN INTRAPERSONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBERHASILAN SANTRI MAHASISWA DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN
Memorization of the Quran activities are activities that involve some intelligence in the process. Memorizing of the Quran can be done by anyone, from early childhood to the elderly. The focus of this study is on the process of memorizing of the Quran carried out by student at University. The study focused only on two boarding schools, namely the boarding schools of Krapyak and Kotagede, as boarding schools that have many students who study at University. The main problem is the influence of intrapersonal intelligence in the success of students in the process of memorizing the Quran. Intrapersonal intelligence here is the ability to recognize one’s character and strength. With a good introduction to yourself, the possibility of successfully fulfilling the role of a student as well as a santri who memorizing the Quran is very possible. The results of this study are the higher intrapersonal intelligence of a santri, a higher percentage of success that will be achieved in the process of memorizing the Quran, although several other obstacles may be faced.Keyword: Memorization of the Quran, Intrapersonal Intelligenc
PENGELOLAAN LIMBAH PLASTIK BERBASIS BANK SAMPAH
Bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan namun yang ditabung adalah sampah plastik. Disini kami bekerja sama dengan Bank sampah dari pegadaian dengan tujuan untuk mengenalkan program ini dikalangan mahasiswa universitas jember. Adapun pelaksanaan dengan menggunakan dua metode yaitu seminar dan praktek bersama yang di ikuti oleh peserta, Output dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dapat dikatakan berhasil dengan melihat antusias dan peran aktif dari Mahasiswa Pertanian universitas jember dalam mengikuti kegiatan ini secara penuh. Kegiatan seminar dan praktek lapang bekerja sama dengan panitia Inagurasi Pasca Organic 2022 Fakultas Pertanian. Dengan adanya pengabdian masyarakat ini kami berharap, dapat melahirkan budaya baru ditengah masyarakat khususnya mahasiswa universitas jember dalam usaha pengelolahan limbah plastik
REDEFINING THE MEANING OF ASY-SYIFA’ IN THE QUR’AN AS QUR’ANIC HEALING IN PHYSICAL AILMENTS
In the historical record of Islam, even in the early era of the formation of Islam, the practice of treating the Koran or certain units of the Koran into something meaningful in the practical life of the people has basically occurred. The history of Islam also records the existence of the phenomenon of treating physical ailments by reciting the holy verses of the Koran, for example the al-Fatihah which was read by a companion of the prophet which can remove the effects of poisonous stings. This phenomenon continues and is widely practiced by Muslims. However, not a few consider it an act of shirk because it treats the verses of the Koran as inappropriate for their function and is considered influenced by other cultures that are contrary to Islamic rules. that notion is based on the meaning of the word Asy-Syifa' in the Qur'an which tends to specialize in the meaning of spiritual healing. This article attempts to review the concept of asy-Syifa” in the Qur’an, especially in relation to the use of Qur'anic verses as a method of treating physical ailments. This research is a library research using the theory of Kamaruddin Hidayat concerning the steps of interpretation, namely using the verses of the Koran as a source of interpretation, adding information from the hadith of the prophet and paying attention to the community environment when the Qur'an was revealed and the use of a word used in that community. The results of this research reveal that the word asy-Syifa” in the Koran can also mean a cure or medicine for all kinds of diseases, both mental and physical ailments. Keywords: Al-Qur’an, asy-Syifa’, treatment of physical ailment
PATUNG BUDDHA DALAM BUDDHISME THERAVADA
Keberadaan seni tidak akan bisa dilepaskan dari penyebaran tiap-tiap agama. Dalam Buddhisme, seni patung menjadi bagian yang tak terlepaskan dari penyebarannya. Buddhisme Theravada sebagai aliran yang mempertahankan kemurnian ajaran Buddha dan tidak mengakui adanya personifikasi Tuhanpun tidak lepas dari fenomena patung Buddha.
Dalam kenyataannya, patung Buddha mempunyai bentuk dan posisi yang berbeda-beda. Akan tetapi, di Indonesia, khususnya di candi Boobudur, patung Buddha dibuat dalam posisi duduk bersila sesuai dengan karakter pemahatnya yang bersuku Jawa. Meskipun demikian, patung-patung yang kelihatannya samaÂsama duduk bersila tersebut, mempunyai sikap tangan (mudra) yang berbeda-beda dengan makna yang berbeda-beda pula. Keberadaan patung Buddha tersebut, tentunya bukan tanpa fungsi dan tujuan tertentu sehingga banyak di antara umat Buddhisme awam yang menyalahgunakan fungsi dan tujuan tersebut.
Fenomena ini, memunculkan pertanyaan: pertama, apa makna dari berbagai sikap tangan (mudra) patung Buddha? Kedua, apa sebenarnya fungsi patung Buddha dalam Buddhisme Theravada?
Pertanyaan ini dijawab melalui penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu penyelidikan terhadap kcadaan yang sebenarnya. Sedangkan untuk memperoleh data, digunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Patung Buddha dalam keyakinan Buddhisme Theravada mempunyai enam mudra, yaitu bhumisparsa mudra, wara mudra, dhyana mudra, abhaya mudra, witarka mudra, dan dharmacakra mudra. Untuk membedakannya, selain dengan melihat posisi tangannya juga bisa dengan melihat arah mata angin. Secara simbolis, bhumisparsa mudra melambangkan saat Sang Buddha memanggil Dewi Bumi sebagai saksi ketika beliau menangk:is semua serangan iblis mara; wara mudra melambangkan pemberian amal, memberi anugerah atau berkah; dhyana mudra melambangkan sedang meditasi atau mengheningkan cipta; abhaya mudra melambangkan sedang menenangkan; wilarka mudra melambangkan sedang menguraikan sesuatu; dan dharmacakra mudra melambangkan gerak memutar roda dharma. Sedangkan secara hakiki, serangkaian mudra patung Buddha itu menggambarkan perjalanan seseorang untuk mencapai kebenaran tertinggi. Upaya ini dimulai dari tekad yang kuat, diikuti dengan usaha nyata, diiringi dengan pengembangan batin atau spiritual, sehingga memperoleh kemantapan yang tidak akan goyah oleh godaan apapun. Setelah merasa yakin akan kebenaran yang dituju, akhirnya kebenaran diperoleh dan dilaksanakan sehingga seakan-akan tidak ada perbedaan antara kebenaran dengan dirinya. Sedangkan fungsi patung Buddha dalam Buddhisme Theravada adalah sebagai pengingat kepada seluruh umat Buddha untuk selalu bermeditasi karena hanya dengan meditasilah seseorang dapat mencapai yang sakrnl, yaitu nibbana. Akan tetapi,jika dilihat dari teori Mircea Eliade mengenai simbol yang Sakral dan yang profan, patung Buddha merupakan salah satu hierophany dari yang Sakral dalam Buddhisme Theravada