9 research outputs found

    Buku Digital Keperawatan Kesehatan Anak Berbasis Teori dan Riset

    Get PDF

    Efektivitas Terapi Bermain Playdough terhadap Perkembangan Motorik Halus pada Anak Autisme Usia 6-12 Tahun

    Get PDF
    Permasalahan anak dengan autisme salah satunya berada pada perkembangan motorik halus seperti sulit mengontrol tangan, menggenggam dan menulis. Upaya memperbaiki masalah perkembangan anak dengan menggunakan terapi bermain playdough. Tujuan pada penelitian ini adalah menganalisis efektivitas pemberian terapi bermain playdough terhadap perkembangan motorik halus pada anak autisme usia 6-12 tahun di Pondok Terapi Autisma Anak Manis di Kota Banjarmasin. Pada penelitian kuantitatif ini menggunakan desain pre eksperimen dengan sampel yakni anak autisme berusia 6-12 tahun yang diambil secara teknik purposive sampling. Pengambilan data menggunakan observasi berupa ceklis dan SOP. Analisis mengunakan uji statistik Wilcoxon. Hasil penelitian yang didapat adalah mayoritas anak autisme berjenis kelamin laki-laki sebesar 73% dan berusia 8-10 tahun sebesar 46%. Perkembangan motorik halus responden sebelum pemberian terapi bermain playdough rata-rata sebesar 39.62 yaitu dalam kategori kurang. Perkembangan motorik halus pada responden setelah pemberian terapi bermain playdough rata-rata sebesar 56.15 kategori baik. Nilai p-value pre-posttest pada uji statistik Wilcoxon adalah p<0,05 dengan nilai sebesar 16.53. Rekomendasi kepada orangtua dapat memberikan perhatian dan stimulasi yang tepat dalam meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak autisme menggunakan media terapi bermain playdough. Simpulan dalam penelitian ini adalah pemberian terapi bermain playdough efektif terhadap perkembangan motorik halus pada anak autisme dengan peningkatan perkembangan motorik halus sebesar 16.53

    The Relationship between Birth Weight and Neonatal Sepsis Incidence: Literature Review

    Get PDF
    Neonatal sepsis contributes as much as 75% in increasing the neonatal mortality rate that occurs first week of birth. Neonatal sepsis is characterized by entry of bacteria in the blood that can be life-threatening. Process of neonatal sepsis can occur very quickly, if not treated with adequate treatment, death can occur within 24-48 hours. Neonatal sepsis is affected by infant factors like low birth weight (LBW). LBW in neonates can be easily infected due to immature immune formation. The study used literature review methods. Literature sourced from five databases: Biomed Central, Plus One, Pubmed, Proquest and Science Direct. Search with PICOS framework 15 journals used to analyze and obtained. Results showed the incidence of neonatal sepsis with the percentage incidence of sepsis at 16.9%-77.8%. LBW is risk of developing sepsis with the highest percentage compared to other birth weight classifications. Majority of journals stated there was a significant relationship between birth weight and neonatal sepsis (p value: 0,0131-0,001). Nurses play a role in conducting&nbsp; assessment begin ranging from pregnant to the birth and give a comprehensive nursing care earlier for birth babies less than 2.500 gram. It's effort decrease incidence of neonatal sepsis. &nbsp

    Terapi Bermain Playdough Berpengaruh pada Peningkatan Motorik Halus Anak Prasekolah

    Get PDF
    Anak prasekolah usia 4-5 tahun dapat menguasai keterampilan salah satunya ketrampilan motorik halus. Jika anak mengalami keterlambatan maka anak akan kurang aktif, sulit beradaptasi dengan lingkungannya dan psikososialnya. Bermain playdough dapat digunakan untuk meningkatkan ketrampilan motoric halus. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi bermain playdough terhadap peningkatan motorik halus pada anak prasekolah Di Wilayah Banjarmasin Timur. Penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen menggunakan sampel anak berusia 3-4 tahun yang diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen pengambilan data menggunakan lembar observasi dan SOP. Analisis uji statistik Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 4 tahun (66,7%), berjenis kelamin laki-laki (53,3%) dan mayoritas memiliki saudara kandung ada 1 (33,3%). Sebelum pemberian terapi playdough rata-rata sebesar 4,07. Sedangkan sesudah pemberian terapi playdough rata-rata sebesar 10,53. Selisih peningkatan motorik halus pada terapi bermainan playdough sebesar 6,46. Nilai p=0.001 maka disimpulan pemberian terapi bermain playdough berpengaruh dalam peningkatan motorik halus terhadap anak prasekolah

    Pengetahuan, Budaya, Serta Media Massa Berhubungan dengan Kejadian Pernikahan Dini pada Remaja Putri

    Get PDF
    Persoalan klasik seperti tradisi pernikahan dini yang masih dipraktikkan di masyarakat dapat menjadi pemicu terjadinya permasalahan kesehatan. Masalah yang dapat muncul seperti kematian ibu, persalinan sulit, kanker serviks, dan penyakit lainnya. Masalah ini dapat terjadi jika dipengaruhi oleh faktor resiko internal maupun eksternal. Melihat masalah yang ada maka pada penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor pengetahuan, budaya, serta media massa dengan pernikahan dini pada remaja putri. Metode case control digunakan dalam penelitian kuantitatif ini. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dan terdapat 40 case dan 40 control. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian yaitu pada kelompok case sebagian besar memiliki pengetahuan kurang sebesar 67,5%, budaya baik sebesar 92,5%, dan keterapaparan media massa tinggi sebesar 52,5%. Kelompok control sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebesar 95%, budaya buruk sebesar 52,5%, dan keterpaparan media massa sedang sebesar 90%. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini yakni pengetahuan (p value 0,000, OR 39,462), budaya (p value 0,000 OR 0,073), dan media massa (p value 0,000, OR 0,101). Pada penelitian ini disimpulkan pengetahuan, budaya, dan media massa memiliki hubungan dengan terjadinya pernikahan dini

    Aktivitas Fisik, Asupan Serat dan Status Ekonomi dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMP Negeri 11 Kota Banjarmasin

    No full text
    ABSTRACT One of the problems of nutrition and poor nutrition in adolescents is obesity. Obesity can occur in infants, children, adolescents, adults and the elderly. Obesity can cause diseases such as cardiovascular disease, diabetes mellitus, osteoarthritis and even death. Several factors that influence the occurrence of obesity are physical activity, nutritional intake (fiber), economic factors. To determine the relationship between physical activity, fiber intake and economic status with the incidence of obesity in adolescents at SMPN 11 Banjarmasin City. Quantitative research with observational analytic cross sectional design. The sample of this study amounted to 209 adolescents. The sampling technique in this research is random sampling. Collecting data using a questionnaire, measuring height with a microtoise and weight with a digital scale. Data analysis using Chi Square test. Adolescents who are obese are 23 people (11.0%), some teenagers have inactive physical activity with obesity of 12.2%, fiber intake is not as recommended with obesity of 11.1% and high economic status with obesity of 12, 8%. The relationship between physical activity and the incidence of obesity (p = 0.422), the relationship between fiber intake and the incidence of obesity (p = 1,000), economic status and the incidence of obesity (p = 0.432). There is no relationship between physical activity, fiber intake and economic status with the incidence of obesity in adolescents at SMPN 11 Banjarmasin. Parents are expected to encourage motivation or invite children to do physical exercise by exercising 3-5 times a week. Organize meals in a day such as reducing fast food and eating foods that are high in fiber and low in calories and can calculate pocket money with children's needs at school. Keywords: Economic Status, Fiber Intake, Obesity, Physical Activity, Teenager  ABSTRAK Salah satu permasalahan gizi dan nutrisi yang kurang baik pada remaja adalah obesitas. Obesitas bisa terjadi pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa serta lanjut usia. Obesitas dapat menyebabkan penyakit seperti kardiovaskuler, diabetes mellitus, osteoartritis hingga kematian. Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya obesitas yaitu aktivitas fisik, asupan gizi (serat), faktor ekonomi.  Mengetahui adanya hubungan aktivitas fisik, asupan serat dan status ekonomi dengan kejadian obesitas pada remaja di SMPN 11 Kota Banjarmasin.  Penelitian kuantitatif dengan analitik observasional desain cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 209 remaja. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, pengukuran tinggi badan dengan microtoise dan berat badan dengan timbangan digital. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Remaja yang mengalami obesitas sebanyak 23 orang (11,0%), sebagian remaja memiliki aktivitas fisik tidak aktif dengan obesitas sebesar 12,2%, asupan serat tidak sesuai anjuran dengan obesitas sebesar 11,1% dan status ekonomi tinggi dengan obesitas sebesar 12,8%. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (p = 0,422), hubungan asupan serat dengan kejadian obesitas (p = 1,000), status ekonomi dengan kejadian obesitas (p = 0,432). Tidak ada hubungan aktivitas fisik, asupan serat dan status ekonomi dengan kejadian obesitas pada remaja di SMPN 11 Banjarmasin. Orang tua diharapkan mendorong untuk menumbuhkan motivasi atau mengajak anak latihan fisik dengan berolahraga 3-5x dalam seminggu. Mengatur makanan dalam sehari seperti mengurangi makanan cepat saji dan mengonsumsi makanan yang tinggi serat rendah kalori serta dapat memperhitungkan uang saku dengan keperluan anak di sekolah. Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Asupan Serat, Obesitas, Remaja, Status Ekonom

    Uji Aktivitas Ekstrak Kloroform Daun Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) terhadap Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus Jantan Galur Wistar

    No full text
    Wounds that are not treated properly could lead to infections and the worst result would be death. Meanwhile, people in Central Kalimantan use the Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) leaf as wound medicine without any scientific proof. The research aims to analyze the activity of chloroform extract of Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) leaf on wound healing in male Wistar rats. This research used a true experimental method with a post-test-only control group design. The sample is 25 male Wistar rats that were randomly selected into 5 groups. Rats were wounded by a 10 mm incision wound with a depth of 2 mm in regio vertebralis thoracis and regio interscapularis. Data collection based on observed the incision for 10 days (changed in wound length and wound phase). Statistically, the analysis used the Kruskal Wallis test and Mann Whitney test. The result is chloroform extract of Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) leaf dose 200 mg/200 g BW enter remodeling phase with wound length 0 mm on the sixth day faster than the positive control. The results of statistical data analysis show significant differences between chloroform extract of Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) leaf dose 200 mg/200 g BW group and positive control group. Chloroform extract of Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) leaf dose 200 mg/200 g BW group help wound healing faster than positive controls based on change on wound length and wound phase. Wound healing is suspected because of secondary metabolites in Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) leaf

    Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Anak Usia Remaja dengan Thalasemia di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal

    No full text
    ABSTRACT The incidence of Thalassemia is increasing every year, causing Thalassemia disease in children to have physical, psychological, social and economic impacts on children and families due to the treatment and care provided for a lifetime. Identifying the description of family nursing care in adolescent children with Thalassemia in detail and in depth which emphasizes aspects of nursing care in Thalassemia pediatric patients. Identifying the description of family nursing care in adolescent children with Thalassemia in detail and in depth which emphasizes aspects of nursing care in Thalassemia pediatric patients. Signs of symptoms in the case of colley facies face, looking thin, anemic conjunctiva, deep eyelids, dry palpable skin, blackish skin color pigmentation, and hepatomegaly. Nursing problems of skin integrity disorders, activity intolerance, nutritional deficits and caregiver tension. Interventions given diagnosis I skin integrity care, skin care education, diagnosis II activity management, diagnosis III nutritional management, and diagnosis IV family support with 3x20 minutes implementation. The evaluation found that all diagnoses were resolved except for nutritional deficits where the problem was partially resolved so that it was necessary to increase nutrition to prevent splenomegaly. Signs and symptoms that occur in children look pale, look thin, there is an increase in skin color pigmentation, face colley, cold palpable acral, dry skin, anemic conjunctiva and inward eyelids. Nursing diagnoses obtained were skin integrity disorders, activity intolerance, nutritional deficits and care giver role strain. Partially resolved nursing diagnoses are nutritional deficits, this is a metabolic complication that affects BMI and nutritional status has not improved. Keywords: Adolescent, Child, Family, Nursing Care, Thalasemia  ABSTRAK Angka kejadian Thalasemia setiap tahun semakin bertambah, menimbulkan penyakit Thalasemia pada anak berdampak pada fisik, psikologis, sosial dan ekonomi bagi anak dan keluarga akibat pengobatan dan penanganan yang diberikan selama seumur hidup. Mengidentifikasi gambaran asuhan keperawatan keluarga pada anak usia remaja dengan Thalasemia secara rinci dan mendalam yang ditekankan pada aspek asuhan keperawatan pada pasien anak Thalasemia. Penelitian deskriptif studi kasus, sampel penelitian kepada keluarga dengan anak Thalasemia. Pengumpulan data dengan data primer seperti observasi, wawancara dan lembar asuhan keperawatan dan data sekunder hasil laboratorium, analisa data univariat kuantitatif dan kualitatif. Tanda gejala pada kasus wajah facies colley, tampak kurus, konjungtiva anemis, kelopak mata dalam, kulit teraba kering, pigmentasi warna kulit kehitaman, dan hepatomegali. Masalah keperawatan gangguan integritas kulit, intoleransi aktivitias, defisit nutrisi dan ketegangan pemberi asuhan. Intervensi yang diberikan diagnosa I perawatan integritas kulit, edukasi perawatan kulit, diagnosa II manajemen aktivitas, diagnosa III manajemen nutrisi, dan diagnosa IV dukungan keluarga dengan implementasi 3x20 menit. Evaluasi didapatkan semua diagnosa teratasi kecuali defisit nutrisi adanya masalah teratasi sebagian sehingga perlu peningkatan nutrisi untuk mencegah terjadinya splenomegali. Tanda gejala yang terjadi pada anak tampak pucat, tampak kurus, adanya peningkatan pigmentasi warna kulit, face colley, akral teraba dingin, kulit teraba kering, konjungtiva anemis dan kelopak mata ke dalam. Diagnosa keperawatan yang di dapatkan gangguan integritas kulit, intoleransi aktivitas, defisit nutrisi dan ketegangan peran pemberi asuhan. Diagnosa keperawatan yang teratasi sebagian yaitu defisit nutrisi hal ini adanya komplikasi metabolik yang mempengaruhi IMT dan status gizi belum membaik. Kata Kunci: Anak, Asuhan Keperawatan, Keluarga, Thalasemia, Usia Remaja.
    corecore