Personal selling di ASHFA TOUR AND TRAVEL Sidoarjo

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan konsep Personal Selling di Ashfa Tour and Travel Sidoarjo serta untuk mengambarkan pelaksanaan Personal Selling di Ashfa Tour and Travel Sidoarjo.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kulitatif. Penelitian ini juga menggunakan penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara, observasi, serta dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa Konsep personal selling di ashfa tour and travel Sidoarjo merupakan serangkaian penjualan secara langsung yang dijalankan oleh tenaga personal selling kepada calon jamaah dengan cara bertamu ke masing-masing rumah calon jamaah tersebut guna menarik, meyakinkan, serta mendorong minat calon jamaah dalam menggunakan jasa yang ditawarkan oleh ashfa tour and travel Sidoarjo. Konsep Personal selling yang dijalankan oleh ashfa tour and travel Sidoarjo menekankan silaturahim sebagai tujuan utama. Proses pelaksanaan Personal Selling di Ashfa Tour and Travel Sidoarjo terbagi menjadi delapan tahapan. Tahapan pertama adalah mencari calon jamaah atau prospecting. Tahapan kedua merupakan mempelajari calon jamaah atau preapproach. Tahapan ketiga dalam pelaksanaan personal selling adalah pendekatan atau approach. Tahapan keempat merupakan presentasi atau presentation. Tahapan kelima adalah penanganan keberatan atau handling objection. Tahapan keenam merupakan menutup penjualan atau closing. Tahapan ketujuh adalah tindak lanjut setelah penjualan atau follow up. Dan tahapan kedelapan adalah membangun hubungan baik jangka panjang atau longterm relationship

Remarques sur quelques chronologies d'origine syndicale du mouvement social de l'automne 1995

Le choix de revenir sur des chronologies, dans un numéro consacré à l'analyse du mouvement de l'automne 1995 et aux commémorations de 1968, ne saurait se justifier par le seul souci de rappeler au lecteur l'ordre de succession de faits encore récents. En présentant des récits d'acteurs qui remémorent l'événement, on risque d'être soi-même entraîné dans le cercle des célébrations comme, les traitant, sans partir de la question du travail d'historicisation, on peut s'enfermer dans une forme d'i..

UPAYA KEPOLISIAN RESOR KABUPATEN MERANGIN DALAM PENGUSULAN PEMBENTUKAN KEPOLISIAN SEKTOR DI KECAMATAN TABIR ILIR

ABSTRAK Perpol Pembentukan dan Perubahan Tipe Kesatuan Kewilayahan Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang tersebut, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, struktur organisasi tipe kesatuan kewilayahan ini adalah Polri, Polda, Polres, Polsek, dan Polsubsektor. Dalam program prioritas Kapolri, setiap kecamatan haruslah memiliki setidaknya satu Polsek/Polsubsektor yang bertugas untuk menjaga status kewilayahan. Namun, Kecamatan Tabir Ilir, Kabupaten Merangin, Jambi hingga saat ini belum memiliki Polsek. Padahal Kecamatan Tabir Ilir menghadapi banyak permasalahan yang perlu diatasi seperti penyalahgunaan narkoba, pengedaran narkoba pencurian kendaraan bermotor pernikahan usia dini, dan penambangan emas ilegal. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana upaya polres Kabupaten Merangin dalam pengusulan pembentukan polsek di Kecamatan Tabir Ilir? 2) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pengusulan pembentukan polsek di Kecamatan Tabir Ilir? Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumen dan survei. Jenis data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dianalisa secara kualitatif lalu disajikan secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Upaya yang telah dilakukan oleh Polres Merangin dalam hal memenuhi administrasi pendukung terkait pengusulan pembentukan Polsek Tabir Ilir adalah melakukan peninjauan lokasi tanah bersertifikat untuk kantor polisi sementara dan asrama polisi sementara, persetujuan masyarakat, telaahan staf Polres Merangin, dan tanda tangan dari Camat, lembaga adat, dan seluruh Kepala Desa dari Kecamatan Tabir Ilir. 2) Faktor pendukung pengusulan pembentukan Polsek Tabir Ilir adalah adanya persetujuan dari Camat Tabir Ilir, status tana

Micro-topography associated to forest edges

Forest edges are often defined as the discontinuity between the forest habitat and an adjacent open habitat, thus they are based on a clear difference in the structure of the dominant vegetation. However, beside this very general definition, in the field we can observe a large diversity of edges, with often different kinds of micro-topography features: bank, ditch, stone wall, path, etc. As these elements are rather common in many temperate forest edges, it seems important to start to characterize them more clearly and with consistency. From a set of observations in south-western France, we build a first typology of the micro-topographic elements associated to forest edges. For each of them we describe the process, natural or human induced, at their origin, and according to the literature available, we identify some of their key ecological roles. Banks, generated by the differential erosion between forest and crops along slopes, are especially analyzed since they are the most common micro-topographic element in our region. It offers many micro-habitat conditions in the soil used by a wide range of species, notably by several bee species. More research is required to study in details the importance of such micro-topographic elements

Le « Robert et Cougny » et l’invention des parlementaires

Au dix-neuvième siècle, de nombreux dictionnaires biographiques présentent les parlementaires et construisent un point de vue sur cette fonction encore nouvelle. Parmi eux, le Dictionnaire des parlementaires français, écrit à l’occasion du centenaire de la Révolution, joue un rôle central car il semble fixer durablement l’identité des parlementaires. Les raisons de cette réussite sociale proviennent de la capacité des auteurs à unifier les parlementaires depuis la Révolution, à souligner la spécificité de leur activité, et à proposer un nouveau mode d’identification sociale de cette population. Cette « gestion symbolique » en accord avec les intérêts des parlementaires s’est imposée dans l’univers politique mais aussi dans l’univers savant. On peut donc se demander si ce point de vue n’a pas influencé ou entravé l’historiographie parlementaire.In the nineteenth century, many biographical dictionaries dealt with the members of Parliament and developed a point of view on this function which still in the making. Among these dictionaries, the Dictionnaire des parlementaires français, which was written on the occasion of the 1889 centenary of the Revolution, played a central part because it seems to have durably set the identity of the members of Parliament. The reasons for this social success came from the ability of the authors to unify the members of Parliament since the Revolution, to underline the specificity of their activities, and to propose a new social identification of this population. This “symbolic management” in agreement with the interests of the members of Parliament succeeded in compelling recognition in the political sphere but also in the learned circles. One can wonder whether this viewpoint influenced or hindered parliamentary historiography

Arritmias Supraventriculares y Síndrome de Brugada

El síndrome de Brugada está constituido por un patrón electrocardiográfico característico y tendencia a presentar síncopes o paro cardiaco por arritmias ventriculares malignas. La asociación de fibrilación auricular es de un 10%. En los últimos 6 años atendimos 15 pacientes (13 masculinos), portadores de esa entidad; en dos se constataron episodios de fibrilación auricular y otro tenía documentado una taquicardia intranodal. El primero había presentado un síncope, la estimulación eléctrica programada desde ventrículo derecho desencadenó fibrilación ventricular autolimitada, se le implantó un desfibrilador automático; el segundo aquejaba palpitaciones irregulares, de corta duración, se le indujo fibrilación auricular por manipulación de catéteres, la estimulación eléctrica programada no provocó arritmias. Al paciente con taquicardia intranodal se le realizó ablación exitosa de la vía lenta, previa estimulación eléctrica programada desde ventrículo derecho negativa. Ninguno de ellos tenía antecedentes familiares de muerte súbita. En el seguimiento entre 3 y 15 meses, el primer paciente al que se implantó el desfibrilador automático presentó dos descargas eléctricas del mismo por episodios nocturnos de fibrilación ventricular, el segundo paciente presentó otro episodio similar de palpitaciones autolimitadas y el tercero se mantiene asintomático, sin fármacos. La incidencia de arritmias supraventriculares en esta entidad es elevada. Las manifestaciones clínicas, la documentación de la taquicardia y la estimulación eléctrica programada nos permitirán diagnosticarlas y tratarlas adecuadamente

Arritmias Supraventriculares y Síndrome de Brugada

El síndrome de Brugada está constituido por un patrón electrocardiográfico característico y tendencia a presentar síncopes o paro cardiaco por arritmias ventriculares malignas. La asociación de fibrilación auricular es de un 10%. En los últimos 6 años atendimos 15 pacientes (13 masculinos), portadores de esa entidad; en dos se constataron episodios de fibrilación auricular y otro tenía documentado una taquicardia intranodal. El primero había presentado un síncope, la estimulación eléctrica programada desde ventrículo derecho desencadenó fibrilación ventricular autolimitada, se le implantó un desfibrilador automático; el segundo aquejaba palpitaciones irregulares, de corta duración, se le indujo fibrilación auricular por manipulación de catéteres, la estimulación eléctrica programada no provocó arritmias. Al paciente con taquicardia intranodal se le realizó ablación exitosa de la vía lenta, previa estimulación eléctrica programada desde ventrículo derecho negativa. Ninguno de ellos tenía antecedentes familiares de muerte súbita. En el seguimiento entre 3 y 15 meses, el primer paciente al que se implantó el desfibrilador automático presentó dos descargas eléctricas del mismo por episodios nocturnos de fibrilación ventricular, el segundo paciente presentó otro episodio similar de palpitaciones autolimitadas y el tercero se mantiene asintomático, sin fármacos. La incidencia de arritmias supraventriculares en esta entidad es elevada. Las manifestaciones clínicas, la documentación de la taquicardia y la estimulación eléctrica programada nos permitirán diagnosticarlas y tratarlas adecuadamente