5 research outputs found

    Proses Pembuatan Dan Pemanfaatan Limbah Tulang Ikan Binggul Menjadi Kerupuk Tuibee Di Desa Daun Dusun Daun Barat Club Syebhen Star Sangkapura Pulau Bawean

    Get PDF
    Kerupuk tulang ikan binggul  (Tuibee) merupakan produk diversifikasi dari pemanfaatan tulang ikan binggul sebagai bahan pembuatan kerupuk untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat serta menunjukkanvariasi hasil olahan produk perikanan agar dapat meningkatkan nilai tambah pada komoditas ikan tersebut. Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk membuatkerupuk tulang ikan binggul (Tuibee), keadaan sanitasi dan higiene yang diterapkan dalam usaha pembuatan Kerupuk Tulang Ikan Binggul (Tuibee), mengetahui komposisi gizi dan manfaat dari kerupuk tulang ikan binggul, dan mengetahui aspek finansial dari usaha pembuatan kerupuk tulang lele di Dusun Daun Barat Syebhen Star. Metode pengambilan data yang dilakukan yaitu dengan metode deskriptif sedangkan teknik pengambilan datanya dilakukan dengan cara observasi, wawancara, partisipasi aktif dan dokumentasi. Alur proses pembuatan kerupuk tulang ikan binggul (Tuibee) meliputi persiapan bahan baku, persiapan bahan tambahan, pembuatan bubur tulang lele, pencampuran adonan, pencetakan, pemotongan, penjemuran, pengemasan, dan pelabelan. Demi menghasilkan produk yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi, Desa Daun Syebhen Starmenerapkan ilmu yang diberikan oleh beweone dalam proses pembuatan tulang ikan binggul (Tuibee) dengan memasarkan ke masyarakat luas dan menjadikannya penghasilan tambahan dalam dunia pemasaran

    Studi morfologi dan anatomi daun edelweis Jawa (Anaphalis javanica) pada beberapa ketinggian yang berbeda di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

    Get PDF
    INDONESIA: Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) merupakan tumbuhan dalam beradaptasi mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan laju metabolisme meskipun dalam keadaan minim nutrisi. Bunga Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) bisa mencapai umur lebih dari 100 tahun, untuk itulah disebut bunga abadi. Tumbuhan ini cocok tumbuh pada kondisi panas terik di daerah terbuka di kawah dan puncak, tidak bisa bersaing untuk tumbuh di hutan yang gelap dan lembab. Bentuk adaptasi atau plastisitas yaitu perubahan morfologi yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Jenis tumbuhan yang hidup pada kondisi lingkungan yang berbeda dapat menunjukkan perbedaan dalam sifat morfologi dan fisiologinya. Dalam tumbuhan terdapat perubahan fenotip yang merupakan mekanisme pertahanan diri suatu individu terhadap perubahan faktor lingkungan, dan ketahanan hidup suatu populasi tumbuhan dipengaruhi oleh komposisi genetik dan sifat plastisitas (perubahan morfologi akibat pengaruh lingkungan) fenotip dari suatu individu. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) One way Anava, dengan mengamati perbedaan morfologi dan anatomi daun Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) yaitu panjang dan lebar daun, kerapatan stomata, indeks stomata, panjang dan lebar stomata. Pengambilan sampel pada dua tempat yang berbeda yaitu di Gunung Batok dan Resort Cemoro Lawang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – September 2010, bertempat di Area Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Laboratorium Optik Universitas Islam (UIN) Maliki Malang. Teknik analisis data menggunakan analisis One way Anava dan apabila perlakuan terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan aspek morfologi daun dan anatomi daun Edelweis Jawa (Anaphalis javanica) ditiap stasiu dengan ketinggian yang berbeda, yaitu panjang dan lebar daun, kerapatan stomata, indeks stomata, panjang stomata, dan lebar stomta. Di Gunung Batok kerapatan stomatanya rendah yang diikuti dengan ukuran stomata yang besar, sedangkan di Resort Cemoro Lawang kerapatan stomatanya lebih rapat dan diikuti dengan ukuran stomata yang lebih kecil

    Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Kawasan Ekowisata Hutan Mangrove Pandansari, Brebes, Jawa Tengah

    Get PDF
    Hutan mangrove memiliki keanekaragaman biota yang hidup di dalamnya, sehingga hutan mangrove dapat dimanfatkan untuk tujuan pendidikan dan ekowisata. Riset ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi vegetasi mangrove dan makrozoobenthos, serta keterkaitan antara kerapatan mangrove dan kelimpahan makrozoobenthos. Pengambilan data dilakukan  menggunakan metode survey dengan empat stasiun pengamatan, yaitu tiga stasiun dalam hutan mangrove pada kerapatan berbeda dan satu stasiun yang tidak ditumbuhi mangrove. Pengambilan data menggunakan metoda transek kuadran. Berdasarkan hasil pengamatan, komposisi mangrove di kawasan ekowisata, adalah mangrove alami dan hasil rehabilitasi, terdiri dari species Rhizophora stylosa (60,78%) dan Avicennia marina (29,22%), dengan nilai kerapatan mangrove 667 ind/ha - 2733 ind/ha sehingga termasuk dalam kriteria kondisi baik. Hasil identifikasi makrozoobenthos, terdapat 16 species terdiri dari: kelas Gastropoda 10 species, kelas Bivalvia 3 species, kelas Crustacea 2 species, Ordo Polychaeta 1 species. Kelimpahan makrozoobenthos dalam hutan mangrove berkisar 72 ind/m2 – 178 ind/ m2 dan indeks keanekaragaman 1,87 - 2,82, yang termasuk katagori keanekeragaman sedang, Hubungan kerapatan vegetasi mangrove dengan kelimpahan makrozoobenthos termasuk kategori hubungan yang sangat kuat (nilai korelasi 0,93)

    Butterflies Diversity in Brawijaya University, Veteran, Jakarta and Velodrom Green Open Space

    No full text
    Butterflies have some roles in environmental as pollinator and bioindicator. Habitat is one of important factor to support butterflies growth. The aim of this research was to describe butterflies diversity in some green open spaces in Malang. Direct observations of butterflies diversity, vegetation structures and abiotic factors in Brawijaya University, Veteran, Jakarta and Velodrom Green Open Space were conducted on June 2012. Sampling was took place in each sites using cruising method in three times observation at 07.00, 11.00 a.m. and 3.30 p.m . Data were analyzed by statistical descriptive using Microsoft Excel 2007 and PAST. The result showed that butterflies composition in all sites dominated by Delias sp., Leptosia nina and Eurema venusta. The diversity index of all sites showed moderate rank that indicate communities equilibrium in environment was still good. In this case, Velodrom Green Open Space has the highest one of diversity index, it was about 2,199. Brawijaya University and Jakarta Green Open Space have a high similarity index based on Morisita Index. The highest abundance of butterflies was observed at 11.00-12.30 a.m. Delias sp. and Leptosia nina has temporal spread all day long, while Eurema venusta just in day light

    Analisis MRC untuk Karakterisasi Akuifer Karst di Mataair Mudal, Kabupaten Kuloprogo

    No full text
    Akuifer karst memiliki triple porosity yang membuat karakterisasinya sulit dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis komponen hidrograf banjir dan membuat Master Recession Curve (MRC) pada akuifer karst yang mengimbuh Mataair Mudal. Data yang digunakan adalah debit aliran dan curah hujan yang tercatat setiap 30 menit pada November 2017 hingga Mei 2018 (6 bulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mataair Mudal memiliki complex discharge regime dengan derajat karstifikasi pada kelas 5,5. Analisis komponen hidrograf banjir menguatkan hasil perhitungan derajat karstifikasi. Waktu menuju puncak banjir (Tlag) yang tergolong cepat (2,5 jam) menunjukkan telah adanya aliran conduit. Perhitungan waktu menuju aliran dasar (Tb) baik secara manual (hidrograf banjir) maupun automatis (MRC) memiliki rerata sekitar 40 jam yang mencerminkan bahwa akuifer karst yang mengimbunya masih baik dalam menyimpan airtanah. Secara keseluruhan, akuifer karst di Mataair Mudal masih didominasi oleh retakan bertipe diffuse, meskipun sudah memiliki retakan bertipe conduit yang cukup berkembangThe objective of this research was to analyze the nature of the flood hydrograph components and create a Master Recession Curve (MRC) to estimate the degree of karstification in Mudal Spring. Discharge and rainfall data were recorded every 30 minutes at time intervals between November 2017 and May 2018. The results show that Mudal Spring has a complex discharge regime with a karstification degree in the class of 5.5. Meanwhile, the time to peak flood (Tlag) which is relatively fast (2.5 hours) shows the existence of conduit flow in the flood event. Calculation of time to baseflow (Tb) has an average of 40 hours which reflects that the karst aquifer was still good in storing groundwater. Overall, karst aquifers in Mudal Spring are still dominated by diffuse type voids, although they already have conduit type voids that are quite developed
    corecore