20 research outputs found

    Meaning and components of Quality of Life among individuals with spinal cord injury in Yogyakarta Province, Indonesia

    Get PDF
    Purpose: Knowledge on the meaning of quality of life in individuals with spinal cord injury in developing countries is limited. This study aims to explore the meaning and components of quality of life for individuals with spinal cord injury in a rural area in Indonesia. Method: Data were obtained through semi-structured interviews with 12 individuals with paraplegia (8 males, 4 females) aged 24–67 years. Thematic analysis was used to identify themes that constitute meaning and components of quality of life. Results: Quality of life was not an easily understood concept, while “life satisfaction” and “happiness” were. Life satisfaction was associated with a person’s feeling when achieving goals or dreams and related to fulfillment of needs. Thirteen components of life satisfaction were identified and categorized into five domains as follows: (1) participation: earning income and work, being useful to others, community participation, and having skills and knowledge, (2) social support: social support, social relationship, (3) relationship with God: injury is God’s will, praying, (4) independence: being independent, mobility and accessibility, and health, and (5) psychological resources: accepting the condition, maintaining goals and motivation. Conclusions: Social, cultural and religious influences were prominent in the perception of life satisfaction. The measurement of quality of life for individuals with spinal cord injury in Indonesia needs to consider locally perceived meaning and components of quality of life. Implications for Rehabilitation Financial, social and health needs of individuals with spinal cord injury in Indonesia must be immediately addressed. To increase financial independence, rehabilitation professionals should equip individuals with spinal cord injury with adequate self-employment skills. Sociocultural and religious aspects should be considered in the measurement of quality of life

    Agama, Keterbukaan dan Demokrasi: Harapan dan Tantangan

    Full text link
    Kekejaman yang sengaja dipertontonkan kelompok ekstrimis keagamaan tidak jarang membuat keyakinan sebagian orang goyah, jika bukan hilang, pada agama. Apa yang membuat agama dan nilai kemanusiaan seperti bertentangan, di satu sisi agama yang mengajarkan cinta kasih antar sesama, di sisi lain umatnya justru merusak nilai kemananusiaan? Berawal dari Nurcholish Madjid Memorial Lecture (NMML) 2014, Franz Magnis-Suseno, SJ, dalam buku ini, menekankan kembali bahwa iman kepada Allah hanya benar kalau terwujud dalam hormat terhadap manusia ciptaan tertinggi Allah. Beriman seharusnya mengandung makna dukungan terhadap hak asasi manusia, termasuk kebebasan beragama. Tantangan bagi agama saat ini menurutnya adalah budaya konsumerisme kapitalistik dan gerakan ekstrimisme keagamaan. Aspek ini kemudian diulas lebih lanjut dari berbagai perspektif oleh Nathanael G. Sumaktoyo, Mery Kolimon, Taufiq Pasiak, Ahmad Syafi'i Mufid, Maman Imanulhaq, Alissa Wahid dan Rosalia Sciortino. Perdebatan para penulis dalam buku ini sejatinya bermuara pada semangat dan optimisme yang sama: Tidak ada kata putus asa untuk menyerukan dan memperjuangkan agama yang menunjung tinggi nilai kemanusiaan

    Etika Jawa : Sebuah analisa falsafi tentang kebijaksanaan hidup Jawa.

    No full text
    Jakartaix, 265 p.: 21 c
    corecore