19 research outputs found

    Riverine Nitrate Export Response to Hydro-climatic Variability in a Southeast China Coastal Watershed Based on Long-term Historical Data

    Get PDF
    气候变化对不同的自然地理区域的淡水系统,尤其是人口集中、对水资源高度依赖的近海流域的潜在影响的研究对于制定合理的水资源管理策略至关重要。本篇论文选取中尺度近海流域—九龙江流域,基于1961-2013年近53年的水文-气候与硝酸盐水质数据,评估气候变化对流域水量和水质及通量的影响。研究结果表明,在过去的50年里,九龙江北溪和西溪年径流量没有明显变化趋势,但随年降雨变化,呈自然波动。本研究开发的L-R图解法显示土地变化加强了气候变化对径流动态的影响。上世纪60年代至90年代之间,硝酸盐的浓度增加了30倍,很大程度上归因于人类活动。硝酸盐浓度的年内变化模式与水文气候的年内变异相对应。本研究发现,气候...Study on the potential impact of climate changes on freshwater system across different physiographic regions is fundamentally important in order to formulate the sound strategies for water resource management, especially in the coastal watershed where peoples heavily concentrated and relied on water resources. Climate change is projected affecting water quantity and quality, in which was further e...学位:理学硕士院系专业:海洋与海岸带发展研究院_海岸带综合管理学号:3332013115453

    JOB SAFETY ANALYSIS PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PRODUKSI BETON CV JATI KENCANA

    Get PDF
    Sektor konstruksi memiliki risiko tinggi terjadinya kecelakaan kerja, salah satunya pekerjaan pembuatan beton. Beragam faktor dapat menyebabkan risiko kecelakaan kerja tersebut. Implementasi Job Safety Analysis (JSA) diperlukan untuk meminimalisir kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan JSA sebagai upaya pengendalian risiko kecelakaan kerja di CV Jati Kencana (JKB). Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini sebanyak 9 orang dengan pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Pengolahan data hasil wawancara dan observasi dilakukan dengan analisa data secara deskriptif melalui tahapan analisis pada Job Safety Analysis dan dijabarkan berupa deskripsi serta penyajian data berupa narasi yang telah disesuaikan. Pekerjaan pembuatan beton terdiri dari 3 tahapan yaitu pra, proses, dan pasca produksi. Masing-masing memiliki potensi bahaya, tingkat risiko dari level sedang dan tinggi. Pengendalian risiko yang dilakukan sesuai hirarki pengendalian yang disesuaikan dengan risiko tiap pekerjaan. Belum adanya penerapan JSA di perusahaan, sehingga dengan pembuatan JSA masing-masing tahapan pekerjaan, potensi bahaya, risiko dan pengendaliannya akan lebih terstruktur untuk upaya meminimalisir kecelakaan kerja. Usulan perbaikan yang dapat diberikan yaitu diperlukannya pemasangan rambu-rambu keselamatan, inspeksi lingkungan dan manajemen Keselamatan dan Keselamatan Kerja yang lebih terstruktur. Kata Kunci : JSA, kecelakaan kerja, pembuatan beto

    PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN PENERAPAN BUDAYA TRI HITA KARANA TERHADAP KECENDRUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI (FRAUD) PADA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BULELENG

    Get PDF
    Fraud can occur anywhere in any organization or agency. This study aims to determine the effect of spiritual intelligence, emotional intelligence, and the application of Tri Hita Karana culture in handling the tendency of fraud in the Regional Apparatus Organization of the Regency of Buleleng. The population and sample in this study were all financial employees in the Regional Apparatus Organization of the Regency of Buleleng, as many as 151 people. The technique of determining the sample using the saturated sample method. Data were tested using validity test, reliability test, multicollinearity test, heteroscedasticity test, multiple regression analysis, hypothesis test and coefficient of determination. The results showed that the variables of spiritual intelligence, emotional intelligence, and the application of Tri Hita Karana culture negative and significant influences the tendency of fraud in the Regional Apparatus Organization of the Regency of Buleleng

    DINAMIKA POPULASI KEPITING BINTIK TIGA (Portunus Sanguinolentus) DI PERAIRAN PATI, JAWA TENGAH

    Get PDF
    Currently, Portunus sanguinolentus is one of the fishery commodities that has experienced a decline in population due to exploitation pressures and habitat or environmental damage. This has an impact on changes in the population structure and reproductive strategy of P. sanguinolentus, with parameters that can change, among others, the size of the first gonad becoming smaller, changes in spawning areas and seasons, and changes in the balance of the sex ratio. This study aims to determine the population dynamics of P. sanguinolentus in Pati Regency, Central Java, and whether it is useful for the processing industry to make a new product. Data and information were obtained through observation, interviews, and enumeration, which were carried out at each fish landing site. Collecting data from catches in fishing areas below 12 miles with a maximum depth of 15 m for 5 months. The FISAT II software was used to analyze the growth parameters, mortality rate, and exploitation rate. Obtained weight data of 7.72 kg with a total sample of 107 ind. Detailed data were obtained for 46 females with an average width of 106.24 mm and 61 males with a width of 103.95 mm, and the average weight of the entire sample was 74.26 g.Saat ini Portunus sanguinolentus merupakan salah satu komoditas perikanan yang mengalami penurunan populasi akibat tekanan eksploitasi dan kerusakan habitat atau lingkungan. Hal ini berdampak pada perubahan struktur populasi dan strategi reproduksi P. sanguinolentus, dengan parameter yang dapat berubah antara lain ukuran gonad pertama yang mengecil, perubahan daerah dan musim pemijahan, serta perubahan keseimbangan rasio jenis kelamin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika populasi P. sanguinolentus di Kabupaten Pati Jawa Tengah dan bermanfaat bagi industri pengolahan untuk menghasilkan suatu produk baru. Data dan informasi diperoleh melalui observasi, wawancara, dan pencacahan yang dilakukan di setiap tempat pendaratan ikan. Pengumpulan data hasil tangkapan dilakukan di daerah penangkapan ikan kurang dari 12 mil dengan kedalaman maksimal 15 m selama 5 bulan. Perangkat lunak FISAT II digunakan untuk menganalisis parameter pertumbuhan, tingkat kematian, dan tingkat eksploitasi. Diperoleh data berat badan sebesar 7,72 kg dengan jumlah sampel sebanyak 107 ind yang terdiri dari 46 ekor betina dengan rata-rata lebar 106,24 mm dan 61 ekor jantan dengan lebar 103,95 mm, serta rata-rata berat seluruh sampel 74,26 g

    Coupled effects of climate variability and land use pattern on surface water quality: An elasticity perspective and watershed health indicators.

    Get PDF
    Understanding the coupled effects of climate variability and land use on riverine nitrogen is essential for watershed management. The climate-water relationships for ammonium (NH4-N) and nitrate (NO3-N) were determined by an elasticity approach and then the watershed health index was estimated using the reliability, resilience, and vulnerability framework. These methods were applied to an in-situ monitoring dataset of N concentrations measured during 2010-2017 from nine sub-watersheds in the Jiulong River Watershed, China. The results showed that temperature and precipitation elasticity of NH4-N and NO3-N changed substantially among various land use patterns. The N concentrations were highly sensitive to extreme climate conditions, particularly at urban and agricultural sub-watersheds. The measure of risk indicators revealed that the watershed health index varied from good health to unhealthy status. Linear regression analysis was used to analyze the interactions among watershed characteristics, climate elasticity, and watershed health. Cropland and population had strong positive correlations with climate elasticity of NO3-N. Forest and elevation had strong negative associations with climate elasticity of NO3-N. Watershed health significantly declined with increasing proportion of cropland and population density. This study demonstrated that human-impacted watersheds were less healthy to unhealthy and tend to be more sensitive to climate variability than natural watersheds, which is useful for efforts aimed at improving watershed management

    PENDUGAAN PERTUMBUHAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI PERAIRAN KARANGSONG, INDRAMAYU, PROVINSI JAWA BARAT

    Get PDF
    Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu dari beberapa jenis produksi ikan dominan dari perairan pantai Karangsong, Kabupaten Indramayu. Namun demikian, upaya pengelolaan kepiting bakau di perairan tersebut belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menduga pertumbuhan kepiting bakau sebagai dasar dalam pengelolaan biota tersebut di perairan Karangsong. Pengambilan contoh dilakukan tiap bulan berdasarkan hasil tangkapan nelayan dengan manggunakan bubu, selama 4 bulan di perairan tersebut (Juni-September 2013). Lebar karapas dan bobot tubuh diamati, sebagai dasar penentukan sebaran frekuensi, pola pertumbuhan dan pertumbuhan. Pendugaan pertumbuhan kepiting dihitung dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy. Pada pengamatan ini menunjukkan abhwa lebar karapas kepiting bakau berkisar 60-138 mm (jantan), dan 74-139 mm (betina). Pola pertumbuhan kepiting bakau di perairan Karangsong bersifat allometrik negatif, yaitu: W = 0.0003L2.8793 (jantan) dan W = 0.003L2.3210 (betina). Melalui analisis pendugaan parameter pertumbuhan, didapatkan persamaan sebagai berikut: Lt = 157.35 [1-e(-0.39(t+0.26)] (jantan), dan Lt = 147.99 [1-e(-0.42(t+0.24)] (betina).Mudcrab (Scylla serrata Forskal) is one of several dominant species in the fish production from Karangsong coastal waters, Indramayu Regency. However, effort to manage the mudcrab in the waters is still limited. This study aimed to estimate a growth of the mudcrab as a base for crab management at the waters. Monthly sampling of the crab in the study area was conducted according to fisherman catch using bamboo trap for 4 months (Juni-September 2013). Carapace width and weight were employed for calculating frequency distribution, growth pattern, and growth. Growth estimation of the crab was calculated using Von Bertalanffy equation. This study revealed that the carapace width of the mudcrab ranged of 60-138 mm (male), and 74-139 mm (females). Crab’s growth patterns of the mud crab was negative allometric, W = 0.0003L2.8793 (male) dan W = 0.003L2.3210 (female). Through analysis of growth parameter estimation, it was obtained the following equatiosn: Lt = 157.35 [1-e(-0.39(t+0.26)] (male), and Lt = 147.99 [1-e(-0.42(t+0.24)] (female)

    BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BELANAK (Planiliza subviridis) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN PANTAI KARANGSONG, INDRAMAYU, JAWA BARAT

    Get PDF
    Ikan belanak (Planiliza subviridis) merupakan salah satu dari beberapa jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi di Perairan pantai Karangsong. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan (Desember 2012-Mei 2013), bertujuan untuk mengetahui biologi reproduksi ikan tersebut yang tertangkap di perairan pantai Karangsong. Ikan contoh diambil dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan gill net ukuran mata jaring 0,5-1,5 inchi (n=336 ekor). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rasio ikan belanak jantan dan betina tidak seimbang yaitu 1:2,0. Ikan belanak betina lebih kecil mengalami matang gonad dibandingkan dengan ikan jantan, dengan ukuran pertama kali matang gonad sebesar 114 mm (ikan jantan) dan 102 mm (ikan betina). Puncak musim pemijahan ikan belanak di Perairan pantai Karangsong diduga terjadi pada bulan Februari. Jumlah telur ikan belanak cukup besar yaitu sebesar 9.691-173.335 butir telur. Diameter telur ikan tersebut berkisar antara 0,18-0,75 mm dengan modus penyebaran dua puncak yang mengindikasikan pemijahan secara parsial.Greenback mullet (Planiliza suviridis) is ones of several fish that has a high economic value in Karangsong coastal water of Indramayu. The study was conducted for 6 months (December 2012-May 2013), aims to reveal a reproductive biology of the fish caught in Karangsong coastal waters. Fish samples were taken from the catch of fishermen using a gill net with a mesh size of 0.5-1.5 inches (n=336 individuals). The results shows that the sex ratio between males and females was 1:2,0. Greenback mullet females mature was smaller than females with mature gonad size was 114 mm (for male) and 102 mm (for female). Peak spawning season of the fish in the Karangsong coastal waters was thought to occur in early February. Fecundity of greenback mullet was quite large in the amount of 9.691 to 173.335 eggs. Eggs diameter distribution of the fish ranged from 0,18 to 0,75 mm with two modes indicating a partial spawner

    BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PEPETEK (Leiognathus equula) DI PESISIR PERAIRAN CILINCING, JAKARTA UTARA

    Get PDF
    Ikan pepetek (Leiognathus equula) merupakan salah satu ikan demersal yang banyak ditangkap di perairan pesisir Cilincing dan memiliki nilai yang cukup penting karena dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Cilincing baik dalam bentuk segar maupun kering. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek reproduksi ikan tersebut. Data sampel yang dikumpulkan meliputi panjang total, berat, dan aspek reproduksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juli 2023. Sampel ikan ditangkap menggunakan alat tangkap jaring insang (ukuran mata jarring 1-2 inci). Hasil penelitian diperoleh total 150 ekor ikan pepetek (52 ekor jantan dan 98 ekor betina), hubungan panjang-berat ikan adalah W = 0.1682L2.0979 (jantan) dan W = 0.0169L2.9941 (betina). Tingkat kematangan gonad ikan pepetek betina menyebar dari TKG III sampai TKG IV, dan TKG ikan pepetek jantan menyebar dari TKG I sampai TKG IV. Berdasarkan tingkat kematangan gonad dan indeks somatik gonad, pemijahan terjadi sekitar bulan Juni dan Juli. Fekunditas ikan pepetek berkisar antara 108.287-362.667 telur. Diameter telur berkisar antara 0,18-0,514 mm, berdasarkan sebaran telur, ikan pepetek diperkirakan memiliki tipe pemijahan total

    PENGARUH CAHAYA TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN KARANG LUNAK LOBOPHYTUM STRICTUM (OCTOCORALIA: ALCYONACEA) HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI

    Get PDF
    The current research was conducted to investigate the effect of light on growth of soft coral Lobophytum strictum. This species was transplanted and reared in two different ponds, uncovered pond (with light penetration) and covered pond (no light penetration. A total of 16 coral fragments was placed on each pond. Both, the survival rate and the growth rate were significantly different on the effect of light (P<0.05). The soft coral on the uncovered pond was survive up to 12 weeks (100%), followed with increased length (from 5,95 to 10,04 cm) and width (from 5,27 to 6,84 cm) of the transplanted coral fragments. Conversely, the soft coral in the covered ponds showed survival rate of 62,5% (up to 8th week), with decreased length (from 8,25 to 5,25 cm) and width (from 9,14 to 4,86 cm) of each fragments during the period of study.Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi dilakukan dengan pemeliharaan karang lunak pada dua buah kolam, yaitu kolam terbuka (cahaya) dan kolam tertutup (tanpa cahaya). Pada masing-masing kolam ditempatkan 16 fragmen karang lunak yang sudah ditransplantasikan. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan karang lunak berbeda signifikan antar perlakuan cahaya (P<0,05). Karang lunak yang dipelihara di kolam terbuka mampu bertahan hidup 100% (12 minggu), dengan disertai peningkatan panjang (5,95-10,04 cm)  dan lebar (5,27-6,84 cm) fragmen karang. Hal yang berbeda ditunjukkan karang lunak yang dipelihara di kolam tertutup, hanya mampu bertahan hidup hingga minggu ke-8 (62,5%). Hal ini disertai dengan penurunan panjang (8,25-5,25 cm) dan lebar (9,14-4,86 cm) fragmen setiap minggunya

    Perencanaan kawasan pusat pengembangan agribisnis komoditas unggulan tanaman buah-buahan di kabupaten bogor

    Get PDF
    Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik maupun internasional. Pendekatan pokok utama dalam mengatasi tantangan tersebut adalah melalui pelaksanaan percepatan pengembangan wilayah dengan mengutamakan peningkatan daya saing sebagai dasar pertumbuhan daerah. Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional, ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, maupun pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, pembangunan pertanian dihadapkan pada tantangan besar terutama pada sub sektor non pangan seperti hortikultura dan buah-buahan. Dilihat dari aspek pasar, posisi Kabupaten Bogor sangat strategis, selain posisinya yang dekat dengan Daerah Khusus Ibukota, juga berada pada jalur wisata utama Jawa Barat, selain itu Kabupaten Bogor juga berada/berdekatan dengan Kawasan Andalan Sukabumi dan sekitarnya. Ditinjau dari ketersediaan sumberdaya alam, Kabupaten Bogor cukup potensial bagi pelaksanaan program pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian di Kabupaten Bogor meliputi komoditas tanaman pangan (padi dan palawija) dan hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias). Adapun komoditas yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Bogor antara lain komoditas buah-buahan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendukung pengembangan tanaman buah-buahan di Kabupaten Bogor, walaupun demikian pengembangan komoditi ini masih cenderung tersekat-sekat dan belum terintegrasi antar subsistem agribisnis. Subsistem agribisnis yang meliputi penyediaan sarana produksi, produksi, pengolahan dan pemasaran seharusnya terpadu secara fungsional antara satu sama lainnya. Konsep klaster secara signifikan meningkatkan kemampuan ekonomi daerah untuk membangun kekayaan masyarakat. Klaster mampu bertindak sebagai pendorong inovasi, dimana keberadaan unsur-unsur dalam klaster diperlukan untuk mengubah gagasan menjadi kekayaan. Pengembangan komoditas unggulan tanaman buah-buahan secara terpadu dapat dilakukan dengan pendekatan klaster Pendekatan klaster dalam pengembangan komoditas unggulan tanaman buah-buahan dapat diartikan sebagai suatu bentuk pendekatan yang berupa pemusatan kegiatan pertanian tanaman buah-buahan di suatu lokasi tertentu. Pemusatan tersebut adalah dalam suatu kawasan tersedia subsistem-subsistem dalam agribisnis pertanian tanaman buah-buahan dari subsistem hulu hingga hilir serta jasa penunjang. Pengembangan kawasan komoditas unggulan tanaman buah-buahan dengan pendekatan klaster tersebut memerlukan suatu lokasi di kawasan tersebut yang dapat menjadi pusat pengembangan agribisnis dimana lokasi tersebut dapat menjadi pusat area produksi yang memberikan nilai tambah bagi setiap pelaku agribisnis secara proposional, pusat perdagangan, serta sebagai pusat pelayanan jasa yang mudah dan murah. Selain itu juga perlu disusun model manajemen yang tepat dalam pengelolaan kawasan tersebut. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : a) Faktor-faktor potensi wilayah apa yang menentukan lokasi suatu pusat pengembangan agribisnis komoditas unggulan tanaman buah-buahan; b) Dimana lokasi pusat pengembangan agribisnis di suatu daerah sehingga bisa dijadikan suatu klaster kawasan pengembangan agribisnis yang terintegrasi khususnya bagi komoditas unggulan tanaman buah-buahan; dan c) Alternatif strategi apa yang tepat digunakan dalam pengelolaan kawasan agribisnis khususnya bagi komoditas unggulan tanaman buah-buahan. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : a) Melakukan identifikasi faktor potensi wilayah yang menentukan lokasi pusat pengembangan agribisnis komoditas unggulan tanaman buah-buahan; b) Menentukan lokasi pusat pengembangan agribisnis komoditas unggulan tanaman buah-buahan sehingga nantinya dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agribisnis buah-buahan yang maju; c) Menentukan alternatif strategi yang tepat bagi kawasan pusat pengembangan agribisnis tanaman buah-buahan sehingga pada pelaksanaannya kawasan yang ada dapat dikelola dengan baik. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada beberapa hal meliputi lokasi penelitian adalah di Kabupaten Bogor dan komoditas buah-buahan yang dikaji adalah komoditas buah-buahan ungulan Kabupaten Bogor berdasarkan Rencana Strategis Dinas Pertanian dan Kehutanan Tahin 2005-2009 yaitu komoditas durian, manggis dan nenas. Teknik pengambilan data dan informasi dilakukan dengan mengambil data sekunder dari studi pustaka dan observasi, dan data primer yang berasal dari wawancara dan penyebaran kuesioner kepada para ahli dan praktisi dari berbagai instansi antara lain : Dinas Pertanian dan Kehutanan dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor, Balai Penelitian Tanaman Buah, Perguruan Tinggi dan Kelompok Tani serta Pengusaha Pengolah dan Pemasaran Buah-buahan. Metode Pemeringkat Faktor digunakan untuk mengetahui wilayah atau lokasi yang terpilih untuk dijadikan pusat pengembnagan agribisnis. Selain itu digunakan metode Proses Hirarki Analisis (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisis strategi pengelolaan kawasan apa yang tepat untuk digunakan sehingga tujuan dari pengembangan kawasan ini dapat tercapai. Hasil analisis dan pengolahan terhadap pendapat responden mengenai faktor-faktor utama yang merupakan indikator potensi yang berpengaruh terhadap pemilihan suatu lokasi didapat urutan pertama adalah Faktor Agroekologi; urutan kedua adalah Faktor Potensi Lokasi; urutan ketiga adalah Faktor Teknologi; urutan keempat yaitu Faktor Ekonomi; disusul dengan urutan kelima yaitu Faktor Sumber Daya Masyarakat; urutan keenam adalah Faktor Sosial Budaya; urutan ketujuh adalah Infrastruktur Prasarana Dan Sarana; urutan kedelapan yaitu Faktor Kewirausahaan; urutan kesembilan adalah Pemerintahan Dan Hukum; dan urutan kesepuluh adalah Lembaga Pendukung. Setelah dilakukan analisis dan pengolahan dengan menggunakan metode pemeringkat faktor terhadap pendapat responden dalam menentukan lokasi pusat pengembangan agribisnis berupa Kawasan Pusat Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Buah-buahan di Kabupaten Bogor diperoleh bahwa untuk komoditas durian total nilai skor tertimbang lokasi C yaitu Kecamatan Jonggol mempunyai nilai total skor tertimbang tertinggi sebesar 5,54, untuk komoditas manggis total nilai skor tertimbang lokasi A yaitu Kecamatan Leuwiliang mempunyai nilai skor tertimbang dengan total nilai tertinggi yaitu sebesar 5,00, sedangkan untuk komoditas nenas total nilai skor tertimbang lokasi C yaitu Kecamatan Cijeruk mempunyai nilai skor tertimbang dengan total nilai tertinggi yaitu sebesar 4,99. Berdasarkan nilai total skor tertimbang tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Kecamatan Jonggol, Leuwiliang dan Cijeruk masing-masing dapat direkomendasikan sebagai lokasi yang tepat untuk dijadikan lokasi pusat pengembangan agribisnis komoditas durian, manggis dan nenas di Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil Proses Hirarki Analisis (Analytical Hierarchy Process), faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pemilihan strategi pengelolaan kawasan pusat pengembangan agribisnis berturut-turut dari bobot terbesar adalah faktor pengembangan sumber daya manusia ke arah peningkatan kualitas, optimalisasi usaha komoditas unggulan hortikultura, pengembangan jejaring dan sistem informasi, dan pengembangan infrastruktur. Aktor yang mempengaruhi terhadap pemilihan strategi pengelolaan kawasan pusat pengembangan agribisnis berturut-turut dari bobot terbesar adalah Dinas Pertanian dan Kehutanan, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Petani, dan Pengusaha atau Asosiasi. Tujuan yang mempengaruhi terhadap pemilihan strategi pengelolaan kawasan pusat pengembangan agribisnis berturut-turut dari bobot terbesar adalah peningkatan perekonomian masyarakat, terwujudnya usaha pertanian berkelanjutan, terintegrasinya struktur produksi, dan terkonsentrasinya aktivitas usaha komoditas buah-buahan. Alternatif strategi yang mempengaruhi terhadap pemilihan strategi pengelolaan kawasan pusat pengembangan agribisnis berturut-turut dari bobot terbesar adalah Strategi Penumbuhan Investasi dan Fasilitas Kemitraan, Strategi Peningkatan Mutu Hasil Melalui Penyediaan Sarana Produksi dan Teknologi, Strategi Peningkatan Infrastruktur Prasarana dan Sarana Penunjang, dan Strategi Pengembangan Intensifikasi, Ekstensifikasi, Rehabilitasi dan Tumpangsari. Setelah ditentukan lokasi pusat pengembangan agribisnis di Kabupaten Bogor dan strategi pengelolaan kawasan tersebut, tentunya diperlukan kerangka implementasi dari lokasi dan pengelolaan kawasan pertanian yang ada, dan pengimplementasian tersebut harus bermuara pada peningkatan produktivitas pertanian yang selanjutnya secara langsung akan meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat
    corecore