25 research outputs found

    Kesiapan Aksesibilitas Wisata Dalam Mengintegrasikan Obyek Wisata (Studi Kasus : Karanganyar Bagian Timur)

    Get PDF
    Abstrak Pariwisata merupakan sebuah kegiatan dalam rangka memberikan kepuasan atau hiburan terhadap seseorang dan memiliki sifat sementara. Terdapat 5 komponen penting dalam pariwisata atau biasa disebut 5A’s tourism, salah satunya adalah Aksesibilitas. Aksesibilitas wisata merupakan segala macam kemudahan yang dapat dirasakan oleh wisatawan dalam melakukan pergerakan/ perpindahan tempat saat perjalanan wisata. Aksesibilitas wisata meliputi 5 hal yaitu Sarana penunjang pariwisata, Prasarana penunjang pariwisata, Informasi mengenai obyek wisata, Waktu, dan Managemen aksesibilitas wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan aksesibilitas wisata dalam mengintegrasikan obyek wisata dengan studi kasus di Kabupaten Karanganyar bagian timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik skoring menggunakan Skala Likert. Teknik pengumpulan data dilakukan secara primer dan sekunder melalui survei kuisioner, observasi lapangan, studi literatur, dan studi dokumen dari dinas terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan aksesibilitas wisata di Kabupaten Karanganyar bagian timur dalam mengintegrasikan obyek wisata memiliki tingkat kesiapan yang sedang dengan perolehan skor sebesar 11,06

    FACTORS INFLUENCING THE AVAILABILITY OF GREEN OPEN SPACE IN EAST SURABAYA

    Get PDF
    Air pollution in Surabaya is the greatest and urgent issue to be solved. East Surabaya has the largest CO2 emissions from housing activity compared to other Surabaya regions. One of the ways to naturally absorb CO2 is to provide adequate green open space. Public green open spaces in East Surabaya amounted to only 2.37% of the total land area. The objectives of this study is to know the availability of Green open spaces and factors influencing it’s availability in East Surabaya, compare to area of formal housing and kampung. Descriptive analysis is used to explain the availability of Green open space. Content analysis is used in this research to find the factors influence availability of green open spaces. The result shows that East Surabaya has 644.42 ha green open space or only 7.14%. The result also shows that factors influence the availability of green open spaces in East Surabaya are different between formal housing and kampung. Some factors related to the policy and social aspects that influence the availability of green open space in both East Surabaya kampung and formal housing. Those factors are: the allocation of green open space in spatial planning; forestation program; basic green coefficient; incentives and disincentives; supervision and control of landuse; community participation; the influence of community leaders; public awareness; communities; reward in forestation programs; facilitators; and the diversity of greening innovation. Meanwhile, some factors such as the limited land, the housing density, the changes in land use, and the limited fund has only influence in kampung. Factors of coordination between government agencies and developers and also the concept offered by developers have only influence in formal housing

    Towards sustainable communities: Socioeconomic determinants of domestic water consumption in Surakarta City, Indonesia

    Get PDF
    The gap in water consumption among urban households remains obvious in most cities in Indonesia. It is particularly the case for high-density urban areas. Dense urban areas and limited availability of water resource position water as a contested resource. Regarding water as a contested resource, this paper aims to identify the socioeconomic determinants influencing levels of water consumption in the urbanized medium-sized city, using the case of Surakarta City. Data were collected by using proportional random sampling. Valid respondents are 356 households out of 400 respondents. Respondents were proportioned according to served and not served by networked water PDAM. The data are analyzed by using multiple regression. The result shows that, with 95 percent significance level, overall, age of head of household, total monthly income, housing type, the number of water source utilized by every household, total number of people in every household, and total person work in every household have simultaneously become factors determining water consumption of households in Surakarta. The socioeconomic variables are able to explain 16 percent of the whole factors determining household water consumption in Surakarta City. Even though many factors remain unexplained, this study reveals several important factors that often cause the marginalization of certain urban communities from appropriate domestic water in a rapidly growing secondary city

    INDIKATOR KETIMPANGAN DALAM PEMBANGUNAN DAN PENYEBARAN PANDEMI COVID-19: STUDI KASUS KOTA DAN KABUPATEN DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN

    Get PDF
    Banyak penelitian telah dilakukan untuk menyelidiki penyebaran pandemi COVID-19. Salah satu fokusnya adalah pengaruh indikator pembangunan pada skala kewilayahan, terhadap jumlah terkonfirmasi COVID-19 maupun tingkat mortalitas. Studi sebelumnya sejauh ini banyak dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat, dengan hasil yang bervariasi. Sebagai contoh, masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi memiliki jumlah kasus terkonfirmasi yang lebih besar, ataupun sebaliknya.  Sehubungan dengan variasi hasil penelitian sebelumnya dan kurangnya penelitian serupa untuk konteks Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi untuk mengungkapkan kondisi empiris hubungan indikator pembangunan pada konteks Indonesia, dengan jumlah terkonfirmasi COVID-19. Studi kasus yang digunakan adalah kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan statistik deskriptif yang dikombinasikan dengan regresi berganda sebagai teknik analisis. Regresi berganda dilakukan dengan menggunakan jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di setiap kota dan kabupaten (y) terhadap dua puluh variabel yang merupakan indikator pembangunan wilayah, yang terkait dengan urbanisasi, struktur demografi, pembangunan dari aspek ekonomi, spasial, dan aspek pembangunan manusia (x). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan pembangunan antar kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Secara umum, kota berada pada tingkat pembangunan yang lebih baik. Selanjutnya, jumlah penduduk usia lanjut dan garis kemiskinan wilayah merupakan dua variabel yang berpengaruh pada jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di kota dan kabupaten dalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dan Banten

    Kesesuaian aksesibilitas kawasan wisata budaya Kota Surakarta ditinjau dari jalur pedestrian sebagai NMT

    Get PDF
    Kota Surakarta sebagai Kota Budaya memiliki beragam destinasi wisata budaya sebagai komponen pengembangan kota. Aksesibilitas merupakan hal pendukung penting  yang dipenuhi dengan menyediakan sarana transportasi publik untuk menunjang pergerakan wisatawan. Integrasi transportasi berbasis kendaraan (motorized transport, MT) dengan non kendaraan (non-motorized transport, NMT), seperti jalur pedestrian sebagai feeder bagi transportasi publik, dibutuhkan untuk menciptakan transportasi yang berkelanjutan. Namun, aksesibilitas pada kawasan wisata budaya Kota Surakarta belum didukung oleh keberadaan jalur pedestrian yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian jalur pedestrian sebagai non-motorized mode feeder untuk mendukung aksesibilitas di kawasan wisata budaya Kota Surakarta. Hasil skoring menggunakan skala Guttman menunjukan bahwa kesesuaian jalur pedestrian sebagai non-motorized mode feeder untuk mendukung aksesibilitas di kawasan wisata budaya Kota Surakarta termasuk dalam kategori mendekati tidak sesuai dengan capaian kesesuaiannya sebesar 41,26%. Hanya aspek keamanan  yang memiliki capaian lebih dari 50%. Untuk aspek lainnya yaitu aspek konektivitas, kenyamanan, dan kemudahan masih di bawah 50%. Hal ini menunjukan bahwa masih diperlukan peningkatan jalur pedestrian agar dapat mencapai kondisi yang sesuai pada masing-masing segmen dari segi keamanan, konektivitas, kenyamanan, dan kemudahan

    Spatial Change of Resettlement Area and Location Vulnerability

    Get PDF
    This paper analyzes the Change of Livelihood ofResettlements Area in Mojosongo after being a destination area of aresettlement program. The program resettled 453 households devastatedfrom the flooding area of River Bank of Bengawan Solo. Many scholarsargue that the resettlement program commonly situate people into avulnerable situation, especially in the early stage of post resettlement. With regard to this common argument, spatial analysis was conducted todescribe spatial change of the resettlement area before implementation ofthe program (2006); in the middle of the implementation of programmes(2013) and in the current situation (2018). Interviews have been conductedto Head of Housing, human settlements and Land Government unit, andhead of the community. This results show that this resettlement programpartly creates a vulnerable situation. However, due to the commitment ofthe local government, and integrated program have been conducted alongthe resettlement process. This approach is able to accommodate thecommunity’s interests and government program. Such integration is ableto provide infrastructure and social services that in accordance tocommunity’s need and interests. Therefore, it is expected to reduce therisk of community to be exposed in a vulnerable situation after theresettlement program

    Identifikasi faktor penyediaan air bersih perpipaan (studi kasus: Kota Surakarta)

    Get PDF
    Air bersih merupakan hak dan kebutuhan dasar manusia yang penyediaannya menjadi tanggung jawab pemerintah. Kota Surakarta sebagai kota utama di Provinsi Jawa Tengah masih memiliki permasalahan dalam penyediaan air bersih perpipaan yang disediakan oleh pemerintah kota. Permasalahan tersebut antara lain belum optimalnya sistem penyediaan air regional dan belum terpenuhinya penyediaan air bersih yang terlindungi bagi seluruh warga kota. Kondisi tersebut menunjukkan kegagalan pemenuhan target 95% penduduk mengakses air bersih terlindungi pada tahun 2020. Untuk mencapai target tersebut, perlu adanya identifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyediaan air bersih perpipaan Kota Surakarta sehingga dapat menjadi bahan pemecahan masalah dalam menentukan strategi yang tepat. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Delphi dan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan air bersih perpipaan Kota Surakarta terbagi atas tiga kelompok faktor. Faktor primer yang memiliki pengaruh besar dalam penyediaan air bersih perpipaan Kota Surakarta yang terdiri atas variabel pencemaran sumber air, kuantitas air, kontinuitas air, dan tingkat kehilangan air. Lalu, terdapat faktor sekunder sebagai pendukung faktor primer terdiri atas kelembagaan, tarif dasar air, pembiayaan operasional, dan teknologi. Terakhir, faktor tersier berupa pelayanan penyedia air bersih

    Backlog kepenghunian rumah di Kota Surakarta dan faktor yang mempengaruhinya

    Get PDF
    Perkembangan Kota Surakarta yang cukup pesat mengakibatkan jumlah penduduk yang meningkat dan berpengaruh terhadap kebutuhan rumah di Kota Surakarta. Kebutuhan rumah yang tidak diimbangi dengan penyediaan perumahan menyebabkan terjadinya backlog kepenghunian rumah yang besar di Kota Surakarta. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Susenas tahun 2018, jumlah backlog kepenghunian rumah di Kota Surakarta sebesar 33.446 KK. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap angka backlog kepenghunian rumah di Kota Surakarta. Dengan menggunakan pendekatan deduktif kuantitatif, analisis faktor dilakukan terhadap data kuesioner oleh 100 responden yang tersebar di Kota Surakarta. Hasil penelitian didapatkan faktor yang mempengaruhi backlog kepenghunian rumah terbagi dalam 3 kelompok faktor, yaitu: (1) Faktor ekonomi mampu menjelaskan 42,436% dari keragaman total, terdiri atas pendapatan, jenis pekerjaan, harga sewa rumah, dan kemudahan pinjaman; (2) Faktor infrastruktur dapat menjelaskan 13,612% dari keragaman total, terdiri atas kemudahan transportasi, prasarana lingkungan, sarana lingkungan, dan jarak dengan pusat kota; (3) Faktor pertumbuhan penduduk, terdiri atas tingkat pertumbuhan penduduk dengan besar varian terkecil yaitu sebesar 12,213%. Kelompok faktor ekonomi memiliki pengaruh paling besar dalam mempengaruhi backlog kepenghunian rumah di Kota Surakarta

    Pengaruh pemanfaatan lahan terhadap pola pergerakan spasial pada Jalan Letjen S. Parman, Surakarta

    Get PDF
    Pemanfaatan lahan merupakan usaha pendayagunaan suatu lahan sesuai dengan karakternya dalam rangka menopang suatu proses pemenuhan kebutuhan manusia. Dalam interaksinya dengan sistem transportasi perkotaan, pemanfaatan lahan berhubungan dengan sistem kegiatan, yang meliputi jenis pemanfaatan lahan, sebaran pemanfaatan lahan, pola aktivitas pemanfaatan lahan, dan intensitas aktivitas pemanfaatan lahan. Jalan Letjen S. Parman, Surakarta, dengan karakternya sebagai kawasan perdagangan jasa dan simpul transportasi regional, telah menjadi magnet pergerakan yang kuat di Kota Surakarta dengan intensitas kegiatan yang cukup tinggi pada kawasan. Intensitas kegiatan yang tinggi sebagai hasil dari aktivitas pemanfaatan lahan telah memicu pergerakan yang tinggi dan beragam pada kawasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan lahan terhadap pola pergerakan spasial pada Jalan Letjen S. Parman, Surakarta. Metode penelitian yang digunakan, yaitu analisis tetangga terdekat, analisis kepadatan bangunan, analisis regresi linier, serta analisis statistik deskriptif guna mengetahui pengaruh dari pemanfaatan lahan terhadap pola pergerakan spasial pada Jalan Letjen S. Parman, Surakarta. Berdasarkan hasil akhir analisis, diketahui bahwa pemanfaatan lahan berpengaruh kuat terhadap pola pergerakan spasial pada Jalan Letjen S. Parman, Surakarta

    Analisis perbandingan perubahan tutupan lahan menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kecamatan Tawangmangu

    Get PDF
    Kecamatan Tawangmangu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar di dataran tinggi yang menjadi daya tarik wisata. Banyaknya peluang pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata membuat wilayah tersebut banyak mengalami perubahan lahan yang signifikan. Informasi mengenai perubahan lahan di Kecamatan Tawangmangu dapat diamati dengan teknologi penginderaan jauh secara time series menggunakan citra satelit. Penelitian ini menggunakan citra satelit Landsat 8 tahun 2013, 2017, dan 2021 untuk diklasifikasikan menjadi data tutupan lahan dengan metode klasifikasi terbimbing. Untuk memperoleh peta tutupan lahan yang akurat maka dilakukan pengolahan dengan tahapan koreksi radiometrik, penajaman citra, klasifikasi terbimbing, dan uji akurasi. Pada metode klasifikasi terbimbing dilakukan pengambilan training area pada lokasi yang mewakili setiap jenis lahan dan dipastikan pada kondisi di lapangan. Hasil dari interpretasi citra berupa peta tutupan lahan Kecamatan Tawangmangu yang kemudian dianalisis dengan metode intersect untuk melihat perubahan tutupan lahan yang terjadi pada periode 2013-2017 dan periode 2017-2021. Penelitian in membandingkan perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Tawangmangu pada periode 2013-2017 dan periode 2017-2021. Temuan menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan lebih besar terjadi pada periode 2013-2017 seluas 1135,34 ha atau 18,5% dengan luas perubahan setiap jenis tutupan lahan, meliputi area terbangun (200,4 ha), hutan (299,16 ha), lahan pertanian (191,7 ha), kebun (314,48 ha), semak belukar (126,61 ha), dan lahan kosong (2,99 ha)
    corecore