260 research outputs found
Economies of Scale of Sugarcane Cooperatives in East Java Province and Their Influencing Factors
IndonesianJawa Timur merupakan provinsi sentra tebu terbesar di Indonesia dengan banyak koperasi primer yang terlibat dalam bisnis pertebuan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberadaan kondisi skala ekonomi dari koperasi-koperasi yang bergerak dalam agribisnis tebu di Provinsi Jawa Timur dan faktor-faktor yang memengaruhi skala ekonomi tersebut. Metode translog cost-function dan pendekatan produsen digunakan untuk menganalisis data panel dari koperasi-koperasi responden pada periode 2008-2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas koperasi yang bergerak dalam agribisnis tebu di Provinsi Jawa Timur yang dianalisis berada dalam kondisi diseconomies of scale. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa kondisi skala ekonomi dipengaruhi oleh output per anggota, klasifikasi koperasi, dan total asset koperasi. Supaya skala ekonomi bisa tercapai dan bisa memberikan pelayanan yang lebih baik kepada anggotanya koperasi-koperasi tersebut harus memperbaiki efisiensi manajemennya.EnglishEast Java Province is the largest sugarcane producing center in Indonesia and there are many primary cooperatives engaged in sugarcane business. The objective of this study is to determine the existence of economies of scale of sugarcane cooperatives in East Java Province and examine their influencing factors. Trans-log cost-function method and producer approach coupled with a set of panel data over the period 2008 to 2011 was used in this study. The study show significant diseconomies of scale for majority of sugarcane cooperatives in East Java and that the economies of scale were affected by output per member, classification, and total assets of the cooperatives. These results strongly suggest that the sugarcane cooperatives improve their management efficiency in order to achieve economies of scale and better services for their members
Financial Performance of Sugarcane Cooperatives in East Java
East Java is the largest sugarcane producing center in Indonesia where cooperatives have an important role on sugarcane agribusiness. This study aimed to analyze the financial performance of sugarcane cooperatives in East Java. Financial ratios related to profitability, liquidity and solvency coupled with a set of panel data over the period 2008-2011 were used in this study. The results of the study indicated that the majority of sugarcane cooperatives in East Java, both KPTRs and KUDs, had a relatively low profitability, and were liquid but not solvent. However, the existence of some sugarcane cooperatives in East Java that had relatively a high net surplus indicated a good sign on their development. Based on the results of this study, the suggestion to improve further implementation strategies of sugarcane cooperatives in East Java are as follows: (1) improvement of cooperative management and implementation of cooperative principles, (2) significant differentiation of services upon cooperative membership, (3) strengthening the members’ capital share, and (4) government support in terms of facility and subsidy as well as supporting their autonomy
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI INTERAKSI SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DI KELAS VII-E SMP NEGERI 1 KALIJATI
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi interaksi sosial melalui penerapan model pembelajaran two stay two stray di kelas VII-E SMP Negeri 1 Kalijati. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2018-2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi interaksi sosial dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran two stay two stray. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII-E SMP Negeri 1 Kalijati dengan dua siklus tindakan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII-E yang berjumlah 32 orang terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Dimana hasil tes siklus I mencapai rata-rata sebesar 71,56 dengan tingkat persentase kelulusan 53,13% dan pada siklus II meningkat menjadi 85,31 dengan tingkat persentase kelulusan 90,63%
Kinerja Kebijakan Swasembada Daging Sapi Nasional
EnglishMeat Self-Sufficiency Program (PSDS) since 2000 has been launched three times. This paper aims to assess implementation, achievement, constraints and problems of National PSDS as well as the solution proposed. The study shows that meat self-sufficiency achievement is dynamic and in general there are some improvement on concept, policy instrument, and program management of PSDS 2014. Nevertheless, many constraints are found from upstream to downstream including bad management of cows’ distribution and import. All of these constraints lead to unrealized target of meat self-sufficiency in 2014. Cows and their derivative products import are still required to sustain cows’ population growth in Indonesia and to stabilize domestic meat price. In order to accelerate the achievement of the target, besides production aspect improvement, distribution system of cows and meat including its infrastructure also needs perfection. Another important issue is data accuracy on domestic supply and demand such that the government can estimate accurate required volume of meat import. Administration, bureaucracy and transparency enhancement on meat import implementation are urgent to avoid disorder of cows, meat and its derivative products import. Support from related institutions is needed for the achievement of national meat self-sufficiency. IndonesianProgram Swasembada Daging Sapi telah dicanangkan sejak tahun 2000 dan hingga kini program tersebut telah tiga kali dicanangkan. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji pelaksanaan dan pencapaian Program Swasembada Daging Sapi Nasional beserta kendala dan permasalahan yang dihadapinya, dan alternatif strategi peme-cahannya. Hasil kajian menunjukkan bahwa upaya pencapaian swasembada mengalami dinamika dari waktu ke waktu dan secara umum telah terjadi perbaikan baik dari sisi konsep, instrumen kebijakan, maupun tata kelola program/manajemen pada PSDS 2014. Walaupun demikian, berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi, mulai dari hulu hingga hilir, termasuk dalam sistem distribusi dan impor sapi dan daging sapi yang masih belum tertata dengan baik, menyebabkan swasembada daging sapi masih belum dapat diwujudkan sesuai target, yaitu paling lambat pada tahun 2014. Dengan demikian, impor sapi dan produknya masih dibutuhkan untuk menjaga agar terjadi pertumbuhan populasi sapi potong di Indonesia di samping menjaga agar harga daging sapi tetap terjangkau oleh masyarakat. Dalam upaya mempercepat pencapaian target, selain perbaikan dari sisi produksi, upaya pembenahan sistem distribusi sapi maupun daging sapi beserta infrastruktur pendukungnya mutlak untuk dilakukan. Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah keakuratan data, baik ketersediaan pasokan domestik maupun permintaan domestik, sehingga akan diperoleh data keperluan impor yang juga akurat. Pembenahan dalam administrasi dan birokrasi serta transparansi dalam pelaksanaan impor sangat diperlukan untuk menghindari kekisruhan impor sapi hidup maupun daging sapi dan produk-produk sapi lainnya. Dukungan dari berbagai institusi terkait sangat diperlukan untuk terwujudnya swasembada daging sapi nasional
Peningkatan Kemampuan Dekorasi Keramik Metode Contextual Teaching and Learning SMK Negeri 3 Kasihan
Kemampuan siswa dalam mendekorasi benda keramik belum terlihat secara maksimal. Hasil dekorasi peserta didik tidak mendukung segi estetik benda yang digunakan, siswa masih kesulitan menerapkan kaidah-kaidah/unsur-unsur dekorasi yang meliputi bentuk, balance, proporsi, unity dan harmonisasi. Kesulitan pada saat mewujudkan motif ornament dan kurang memahami karakter media/bahan benda yang didekorasi. Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran mendekorasi keramik dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui pengenalan jenis motif batik. Pada Siklus I belum mencapai 75% siswa dapat menerapkan minimal 3 macam keteknikan pada pekejaan mendekorasi benda keramik dan pada Siklus II >75% siswa bisa menerapkan 3 keteknikan dekorasi, yaitu 10 siswa mengalami peningkatan dan 1 siswa mengalami kegagalan karena masih lemah disemua keteknikan. Penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan pemodelan Motif batik Geometris dan an Geometris dapat meningkatkan Kemampuan mendekorasi keramik dengan teknik Clay Body Plastis pada siswa kelas XI jurusan Kria Keramik
Peningkatan Produksi Ubi Kayu Berbasis Kawasan di Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan
Decree of Minister of Agriculture (Kepmentan) No. 03/2015 deals with the development of cassava clusters in 20 regencies in Indonesia. This study aimed to analyze production shares and dynamics, constraints, and opportunities to improve production, and efforts to improve cassava production in cassava clusters of West Java and South Sulawesi. The study was done in Bandung, Sumedang (West Java), and Maros (South Sulawesi) Regencies, using both secondary and primary data, during April–October 2015. Analysis of production increase opportunities was done using a linear regression, whilst that of cassava productivity increase problems in those regencies of cassava clusters was carried out using Importance-Performance Analysis (IPA). Data of the study consist of both primary and secondary. The number of respondents was 10 persons at the district level, while at the village level was 15 persons. Results of the study showed that regencies established as cassava clusters generally had relatively high production share of total cassava production at the provincial level. Furthermore, not all district-producing centers have opportunities to increase cassava productivity because it is already close to its potential. However, efforts to increase production in cassava clusters should be conducted by increasing productivity due to land competition with other commodities. In developing the cassava cluster, preparation of an Action Plan at the regency-level is an important step to take
Impacts of Cooperative Membership on Sugarcane Farmers\u27 Income in East Java
IndonesianProvinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi tebu terbesar di Indonesia dan koperasi mempunyai peran penting dalam agribisnis tebu di wilayah itu. Akan tetapi, walaupun banyak manfaat yang ditawarkan oleh koperasi, masih banyak petani tebu yang enggan untuk menjadi anggota koperasi. Studi ini bertujuan untuk mengkaji dampak keanggotaan koperasi terhadap pendapatan petani tebu di Jawa Timur. Uji perbandingan nilai tengah dua contoh dengan uji-t digunakan dalam membandingkan biaya USAhatani, penerimaan, dan pendapatan USAhatani antara anggota dan bukan anggota, dan antara anggota dan bukan anggota yang memanfaatkan layanan jasa koperasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa layanan jasa koperasi mempunyai dampak yang positif terhadap harga tebu di tingkat petani. Demikian pula dampak positif secara nyata terhadap biaya USAhatani, penerimaan, dan pendapatan bersih USAhatani dibandingkan dengan bukan anggota yang tidak memanfaatkan layanan jasa koperasi. Sebaliknya, tidak ada perbedaan yang nyata dalam biaya USAhatani, penerimaan, dan pendapatan bersih USAhatani antara petani anggota dan bukan anggota yang memanfaatkan jasa koperasi. Hal ini menunjukkan bahwa status keanggotaan tidak berdampak nyata terhadap variabel-variabel tersebut selama kedua kelompok mendapat jasa layanan koperasi. Oleh karena itu, disarankan untuk membedakan layanan jasa antara anggota dan bukan anggota pada tingkat yang bisa memberikan insentif bagi bukan anggota untuk menjadi anggota koperasi.EnglishEast Java Province is the largest sugarcane producing center in Indonesia and cooperatives have important roles in sugarcane agribusiness in this province. However, in spite of the advantages offered by the cooperatives, there are still many farmers reluctant to become members of the cooperatives. The objective of this study was to assess the impact of cooperative membership on sugarcane farmers\u27 income in East Java. The comparison of two samples means using t-test was applied in comparing the means of costs, revenue, and net farm income between members and non-members as well as members and non-members who availed cooperatives\u27 services. The results of the study showed that cooperatives\u27 services had a positive impact on sugarcane price at farm level. Moreover, the results of the two samples t-test showed that cooperative services had some significant positive impacts on sugarcane farm costs, revenue, and net income of the members as compared to non-members who did not avail cooperative services. However, there were no significant differences in sugarcane farm costs, revenue, and net income between farmer-members and non-members who availed cooperative services, suggesting that cooperative membership status had no significant impact on those variables. Therefore, service differentiation at a certain level that would become incentives for the farmers to become members of the cooperatives is recommended by the study
PELAKSNANAAN KETERAMPILAN MENGAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DALAM PENGAJARAN MIKRO TAHUN 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab keterampilan mengajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta dalam pengajaran mikro tahun 2013 belum optimal.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu dosen koordinator pengajaran mikro sedangkan informan pendukung adalah dosen pembimbing pengajaran mikro dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran yang mengikuti mata kuliah pengajaran mikro sebanyak 14 mahasiswa. Pengumpulan data diperoleh dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan metode.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan mengajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran dalam pengajaran mikro tahun 2013 belum dapat dilaksanakan secara optimal disebabkan oleh: (1) masih ada mahasiswa yang belum dapat memberikan motivasi peserta didik, karena tidak mengetahui cara memberikan motivasi. Masih ada mahasiswa yang belum dapat memberikan apersepsi. Kegiatan apersepsi seringkali disalahartikan menjadi kegiatan yang berbeda; (2) Masih ada mahasiswa yang belum dapat menguasai materi; (3) Media yang digunakan oleh mahasiswa belum dapat memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dalam belajar; (4) Metode yang diterapkan oleh mahasiswa kurang menarik dan kurang dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik; (5) Mahasiswa jarang melakukan peninjauan kembali terhadap materi yang telah disampaikan. Selain itu sedikit mahasiswa yang memberikan evaluasi ketika menutup pelajaran. Tugas yang diberikan oleh mahasiswa juga kurang signifikan dengan materi yang disampaikan.
Kata Kunci: Keterampilan Mengajar, Pengajaran Mikro
Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan Menumbuhkan Kecerdasan Moral secara Kompetitif
Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) sebagai salah satu bidang studi dalam pembelajaran dengan melihat latar belakang akan dapat menumbuhkan kecerdasan moral secara kompetitif, latar belakang tersebut sebagai berikut, yaitu bahwa muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.Pendidikan seni budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik. Yang terletak pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi /berkreasi melalui pendekatan: “belajar dengan seni” “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain
- …