23 research outputs found

    Hubungan Kualitas Kehidupan Kerja dan Burnout pada Perawat terhadap Pelaksanaan Alokasi aasuhan Keperawatan (PAAK).

    Get PDF
    Kualitas kehidupan kerja dimaksudkan untuk digunakan dalam memperbaiki kondisi kerja dengan mempertimbangkan kebutuhan fisik, mental, psikologis dan sosial individu. Situasi kerja yang buruk dapat mengurangi kepuasan kerja yang disebabkan karena munculnya burnout pada perawat. Burnout merupakan sindrom stres terkait pekerjaan yang berdampak negatif pada penyedia layanan kesehatan, pasien, dan sistem pemberian layanan kesehatan. Akibat adanya stres yang berlebihan dalam bekerja dan timbulnya kejadian burnout pada perawat dapat menurunkan kepuasan kerja, sehingga akan berdampak hasil yang merugikan berupa Pelaksanaan Alokasi Asuhan Keperawatan (PAAK). PAAK menonjolkan adanya kesenjangan antara asuhan keperawatan ideal dan praktik sehari-hari. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya kelalaian asuhan keperawatan yang terlewat. Tingkat PAAK yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan hasil pasien yang negatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan langsung maupun tidak langsung dari masing-masing variabel yaitu kualitas kehidupan kerja dan burnout pada perawat serta pelaksanaan alokasi asuhan keperawatan (PAAK). Penelitian ini menggunakan desai penelitian deskriptif dengan pendekatan eksplanasi secara crosssectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSD dr. Soebandi Jember, dengan teknik nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling, dan didapatkan sampel sebanyak 125 perawat sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Instrumen penelitian yang pertama menggunakan kuesioner Quality of Nursing Work Life (QNWL), dari 41 pertanyaan didapatkan 33 pertanyaan yang valid dengan rhitung ≥ 0,361 (r-tabel), dan Cronbach Alpha (1) dimensi kehidupan kerja dengan Cronbach’s Alpha = 0,667; (2) dimensi desain kerja dengan Cronbach’s Alpha = 0,655; (3) dimensi konteks kerja dengan Cronbach’s Alpha = 0,893; (4) dimensi dunia kerja Cronbach’s Alpha = 0,641. Cronbach’s Alpha semua dimensi QNWL >0,60. Kuesioner yang kedua menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory-Human Services Survey (MBI-HSS), terdapat 22 pertanyaan semua valid dengan r-hitung ≥ 0,27 (r-tabel), dan Cronbach’s Alpha (1) dimensi kelalahan emosional dengan Cronbach’s Alpha = 0,845; (2) dimensi depersonalisasi dengan Cronbach’s Alpha = 0,732; (3) dimensi pencapaian prestasi pribadi dengan Cronbach’s Alpha = 0,858. Cronbach’s Alpha seluruh dimensi MBIHSS >0,6. Sedangkan kuesioner ketiga menggunakan Perceived Implicit Rationing of Nursing Care (PIRNCA), dari 31 pertanyaan semua valid dengan r-hitung ≥ 0,488 (r-tabel), Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha = 0,900 (>0,60). Analisis data univariat dengan bantuanan program SPSS, analisis data multivariat secara Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) dengan software SmartPLS 3.0. Data telah diasumsikan sesuai dengan persyaratan SEM-PLS, dan semua instrumen dievaluasi dari outer model dan dinyatakan valid dan reliabel. Pengujian selanjutnya dengan mengevaluasi inner model untuk mengetahui hubungan secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan: a) Hubungan kualitas kehidupan kerja terhadap burnout signifikan dengan p = 0,000 (<0,05); b) Hubungan burnout terhadap PAAK tidak signifikan dengan p = 0,163 (>0,05); c) Hubungan kualitas kehidupan kerja pada perawat terhadap PAAK tidak signifikan dengan p = 0,538 (>0,05); dan d) Burnout tidak menjadi mediator hubungan kualitas kehidupan kerja dengan PAAK dengan p = 0,228 (>0,05). Kesimpulan dari penelitian Hasil temuan menyatakan bahwa organisasi keperawatan di instutusi rumah sakit memiliki peranan yang sangat penting dalam memahami situasi dan kondisi perawat dari segi sosiodemografi terhadap setiap tenaga perawat yang bekerja di RSD dr. Soebandi. Diperlukan sebuah perencanaan strateg dalam menyusun peningkatan kualitas kehidupan kerja yang baik dan matang dengan menciptakan lingkungan kerja dan dukungan sosial antara manajer-perawat serta antar antar kolega multidisiplin profesional lainnya

    Hubungan antara Tingkat Kecemasan dalam Metode Pembelajaran Daring dengan Kualitas Tidur Mahasiswa PSIK FKUB Di Era Pandemi Covid-19

    Get PDF
    Pandemi Covid-19 saat ini mendorong pemerintah membuat kebijakan berupa pembatasan sosial untuk mengurangi penyebaran, sehingga mahasiswa diperintahkan untuk melakukan pembelajaran secara daring. Dengan pembelajaran daring sering kali membuat mahasiswa cemas. Kecemasan yang berlebihan membuat seseorang sulit untuk mengontrol emosinya yang berdampak pada peningkatan ketegangan dan dapat menyebabkan kesulitan dalam memulai tidur, sehingga menyebabkan kualitas tidur memburuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dalam metode pembelajaran daring dengan kualitas tidur mahasiswa PSIK FKUB di era pandemi covid-19. Desain penelitian menggunakan penelitian korelatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengumpulan sampel dengan cara proportionate stratified random sampling menghasilkan 170 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 103 (60,6%) responden tidak cemas, 57 (33,5%) responden memiliki tingkat kecemasan ringan, dan 10 (5,9%) responden memiliki tingkat kecemasan sedang. Sebanyak 29 (17,1%) responden memiliki kualitas tidur yang baik dan 141 (82,9%) responden memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil uji Korelasi Spearmen Rank menunjukkan p-value 0.000 < 0,01 dan koefisien korelasi 0,271. Kesimpulan yang didapatkan adalah terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dalam metode pembelajaran daring dan kualitas tidur mahasiswa dengan tingkat korelasi lemah dan arah hubungan positif. Pada penelitian ini diperoleh hubungan yang lemah, sehingga penelitian selanjutnya dapat mengkaji dan menganalisis faktor yang sangat berpengaruh pada veriabel tersebut seperti mengerjakan tugas hingga larut malam dan bermain gadget. Saran bagi Akademik adalah dapat mengadakan pelatihan atau praktik untuk mengelola kecemasan dan untuk dapat memanajemen waktu dengan baik

    Hubungan Efikasi Diri Dengan Perilaku Prokrastinasi Tugas Akademik Pada Mahasiswa Keperawatan Di Universitas Brawijaya Malang

    No full text
    Prokrastinasi akademik adalah kecenderungan untuk menunda kegiatan dan perilaku yang berhubungan dengan akademik terjadi pada segala usia, baik pada siswa yang masih dalam tahap wajib belajar maupun mahasiswa di perguruan tinggi, hal ini sangat umum merupakan hambatan mahasiswa dalam mencapai kesuksesan akademik karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pembelajaran. Efikasi diri dapat menimbulkan dampak langsung pada kinerja dan pencapaian karena secara langsung mempengaruhi pilihan yang mereka buat mempengaruhi dalam pilihan tugas, usaha, ketekunan dan kinerja mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Hubungan Efikasi diri Dengan Perilaku Prokrastinasi Tugas Akademik Pada Mahasiswa Keperawatan Di Universitas Brawijaya Malang Desain penelitian menggunakan desain penelitian analitik korelasional. Pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Probability Sampling dengan menggunakan metode consecutive sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang akan diberikan kepada responden Mahasiswa Keperawatan di Universitas Brawijaya Malang. Hasil uji statistik spearman didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa keperawatan dengan p-value= 0.001 yang lebih kecil dari 0,05. Dan koefisien korelasi sebesar -0.360 sehingga semakin tinggi efikasi diri mahasiswa maka akan semakin rendah perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan maka dapat diambil keputusan bahwa ada terdapat hubungan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa keperawatan di Universitas Brawijaya Malan

    Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Penurunan Kesadaran dan Kejang Post Craniotomy Et Causa Subdural Hematoma di IGD RS Panti Waluya Sawahan

    No full text
    Penurunan kesadaran dan kejang merupakan komplikasi prosedur kraniotomi yang paling sering ditemukan. Kondisi penurunan kesadaran disebabkan penekanan mansefalon sehingga terjadi gangguan autoregulasi yang menyebabkan peningkatan asam laktat dan hipoperfusi jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO2 dan hipoksia sedangkan kejang disebabkan peningkatan TIK mengakibatkan herniasi otak kemudian terjadi gangguan SSP mengakibatkan gangguan koordinasi gerak sehingga kehilangan volunter otot. Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study) berupa analisis asuhan keperawatan gawat darurat pada klien post kraniotomi et causa subdural hematoma dengan kondisi kejang dan penurunan kesadaran. Studi kasus ini dilakukan selama satu hari perawatan dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif yang terfokus pada asuhan keperawatan gawat darurat mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Hasil penelitian ditemukan adanya penurunan kesadaran delirium, GCS 223, kejang, nyeri kepala, pusing, mual muntah, batuk, gurgling. Masalah keperawatan yang diprioritaskan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, resiko ketidakseimbangan elektrolit, resiko perfusi serebral tidak efektif, resiko aspirasi, dan resiko cedera. Intervensi yang diberikan sesuai diagnosa yaitu manajemen jalan napas, manajemen elektrolit, manajemen peningkatan tekanan intrakranial, pencegahan aspirasi, manajemen kesehatan lingkungan. Inovasi intervensi yang diberikan yaitu pemberian HOB 30o dan oksigenasi 3 lpm. Hasil evaluasi ditemukan peningkatan kesadaran menjadi somnolen, peningkatan CGS 344, tidak kejang berulang, tidak ada penumpukan sekret dan sputum dijalan napas, tidak tampak mual dan muntah, diaforesis tampak berkurang, MAP membaik

    Hubungan Dukungan Sosial Dengan Mekanisme Koping Orangtua Pasien Leukemia Anak Di IRNA IV RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

    No full text
    Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak di seluruh dunia, insiden kematian yang tercatat akibat kanker cenderung meningkat. Orang tua dari anak-anak yang didiagnosis kanker sering mengalami tekanan emosional yang cukup besar. Orang tua perlu memiliki mekanisme koping yang baik terhadap situasi yang dialami. Salah satu faktor yang mempengaruhi koping individu adalah dukungan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan dukungan sosial dengan mekanisme koping orang tua pasien leukemia anak di IRNA IV RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan sampel 70 responden. Instrumen untuk mengukur strategi koping menggunakan modifikasi alat ukur dari Lazarus Folkman. Instrumen untuk mengetahui dukungan sosial menggunakan Norbeck Social Support Questionnaire (NSSQ). Hasil uji Spearman’s Rho didapatkan p-value 0,048 lebih kecil dari 0,05. Hasil uji ini memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,237 yang artinya memiliki kekuatan rendah. Arah dari hubungan dukungan sosial dengan mekanisme koping adalah positif. Mekanisme koping dipengaruhi oleh dukungan sosial. Individu dengan sistem pendukung yang kuat memerlukan intervensi minimal untuk menyelesaikan krisis. Efek positif dari dukungan sosial berpengaruh terhadap dukungan sosial dengan meningkatkan kesejahteraan terlepas dari stres yang dialami. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dan mekanisme koping orang tua pasien leukemia anak di IRNA IV RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Pada peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan sampel yang lebih besar dan luas sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih mengeneralisir

    Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kecenderungan Perilaku Cyberbullying pada Remaja Kelas XI di SMAN 25 Bandung

    No full text
    Cyberbullying merupakan salah satu perilaku menyimpang yang sering ditemukan dikalangan remaja. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi cyberbullying adalah kecerdasan emosional. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kedua variabel tersebut, yaitu variabel kecerdasan emosional dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada remaja kelas XI di SMAN 25 Bandung. Penelitian ini menggunakan penekatan cross-sectional dengan jumlah responden sebanyak 205 siswa yang dihitung berdasarkan rumus Slovin dengan tingkat derajat kesalahan sebesar 5%. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan data menggunakan isntrumen penelitian berupa dua kuesioner, yaitu Kecerdasan Emosional yang berdasarkan lima aspek kecerdasan emosional Goleman dan kecenderungan cyberbullying menggunakan kuesioner The Scale of Cyber Bullying (SCB). Hasil analisis univariat menunjukan bahwa kecerdasan emosional remaja sebagian besar dalam kategori tinggi dan kecenderungan perilaku cyberbullying dalam kategori rendah. Bedasarkan analisis bivariat diketahui hasil nilai p-value 0,000 < 0,05 dengan hasil nilai koefisien korelasi -0,263 yang mempunyai makna ada korelasi yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada remaja. Kesimpulan hasil penelitian ini yaitu semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin rendah kecenderungan perilaku cyberbullying pada remaja

    Hubungan Lingkungan Belajar dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Selama Masa Pandemi Covid-19

    No full text
    Virus Covid-19 merupakan sekelompok virus jenis baru yang menyebabkan terjadinya penyakit saluran pernafasan pada manusia dengan gejala pneumonia. Namun belum diketahui penyebab terjadinya virus tersebut sampai saat ini. akibat pandemi virus Covid-19, terjadi banyak perubahan terutama pada bidang pendidikan dimana pemerintah membuat aturan baru untuk menutup semua institusi dan sekolah dan mengubah sistem pembelajaran menjadi pembelajaran jarak jauh untuk mencegah bertambahnya penyebaran virus Covid-19. Karena sistem pembelajaran berubah dengan cepat, pembelajaran dirasa masih belum maksimal dalam melakukan persiapan dan adaptasi. Hal ini memicu stres pada mahasiswa dimana mereka harus beradaptasi dengan waktu yang singkat. Stres yang dialami mahasiswa bisa dipengaruhi oleh beberapa penyebab seperti banyaknya tugas yang diberikan dan jam perkuliahan yang lebih lama dari jadwal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara lingkungan belajar dengan tingkatx stres pada mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya selamax masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik simpel random sampling. Sebanyak 134 mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. Pengumpulan data menggunakan kuesioner lingkungan belajar DREEM dan PSS-10 untuk mengukur tingkat stres. Lingkungan belajar dan tingkat stres memiliki hubunganyang signifikan setelah dilakukan uji korelasi Spearman (p<0,001; α = 0,05; r = 0,437). Dari hasil penelitian ini akademik dapat berperan dalam mengelola stres yang dirasakan mahasiswa dengan cara mengadakan konseling untuk mengetahui lebih awal kondisi mahasiswa sehingga bisa dilakukan pencegahan stres dan penanganan dini untuk mahasiswa di kampus

    Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Penurunan Kesadaran dan Kejang Post Craniotomy Et Causa Subdural Hematoma di IGD RS Panti Waluya Sawahan

    No full text
    Penurunan kesadaran dan kejang merupakan komplikasi prosedur kraniotomi yang paling sering ditemukan. Kondisi penurunan kesadaran disebabkan penekanan mansefalon sehingga terjadi gangguan autoregulasi yang menyebabkan peningkatan asam laktat dan hipoperfusi jaringan sehingga terjadi peningkatan kadar CO2 dan hipoksia sedangkan kejang disebabkan peningkatan TIK mengakibatkan herniasi otak kemudian terjadi gangguan SSP mengakibatkan gangguan koordinasi gerak sehingga kehilangan volunter otot. Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study) berupa analisis asuhan keperawatan gawat darurat pada klien post kraniotomi et causa subdural hematoma dengan kondisi kejang dan penurunan kesadaran. Studi kasus ini dilakukan selama satu hari perawatan dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif yang terfokus pada asuhan keperawatan gawat darurat mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Hasil penelitian ditemukan adanya penurunan kesadaran delirium, GCS 223, kejang, nyeri kepala, pusing, mual muntah, batuk, gurgling. Masalah keperawatan yang diprioritaskan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, resiko ketidakseimbangan elektrolit, resiko perfusi serebral tidak efektif, resiko aspirasi, dan resiko cedera. Intervensi yang diberikan sesuai diagnosa yaitu manajemen jalan napas, manajemen elektrolit, manajemen peningkatan tekanan intrakranial, pencegahan aspirasi, manajemen kesehatan lingkungan. Inovasi intervensi yang diberikan yaitu pemberian HOB 30o dan oksigenasi 3 lpm. Hasil evaluasi ditemukan peningkatan kesadaran menjadi somnolen, peningkatan CGS 344, tidak kejang berulang, tidak ada penumpukan sekret dan sputum dijalan napas, tidak tampak mual dan muntah, diaforesis tampak berkurang, MAP membaik

    Hubungan Lingkungan Belajar dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Selama Masa Pandemi Covid-19.

    No full text
    Virus Covid-19 merupakan sekelompok virus jenis baru yang menyebabkan terjadinya penyakit saluran pernafasan pada manusia dengan gejala pneumonia. Namun belum diketahui penyebab terjadinya virus tersebut sampai saat ini. akibat pandemi virus Covid-19, terjadi banyak perubahan terutama pada bidang pendidikan dimana pemerintah membuat aturan baru untuk menutup semua institusi dan sekolah dan mengubah sistem pembelajaran menjadi pembelajaran jarak jauh untuk mencegah bertambahnya penyebaran virus Covid-19. Karena sistem pembelajaran berubah dengan cepat, pembelajaran dirasa masih belum maksimal dalam melakukan persiapan dan adaptasi. Hal ini memicu stres pada mahasiswa dimana mereka harus beradaptasi dengan waktu yang singkat. Stres yang dialami mahasiswa bisa dipengaruhi oleh beberapa penyebab seperti banyaknya tugas yang diberikan dan jam perkuliahan yang lebih lama dari jadwal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara lingkungan belajar dengan tingkatx stres pada mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya selamax masa pandemi Covid- 19. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik simpel random sampling. Sebanyak 134 mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini. Pengumpulan data menggunakan kuesioner lingkungan belajar DREEM dan PSS-10 untuk mengukur tingkat stres. Lingkungan belajar dan tingkat stres memiliki hubunganyang signifikan setelah dilakukan uji korelasi Spearman (p<0,001; α = 0,05; r = 0,437). Dari hasil penelitian ini akademik dapat berperan dalam mengelola stres yang dirasakan mahasiswa dengan cara mengadakan konseling untuk mengetahui lebih awal kondisi mahasiswa sehingga bisa dilakukan pencegahan stres dan penanganan dini untuk mahasiswa di kampu

    Pengaruh Edukasi Berbasis Website Terhadap Efikasi Diri Dan Kemampuan Self- Care Pada Pasien Gagal Jantung Di Poli Jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

    No full text
    Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering ditemukan. Gagal jantung dapat menyebabkan peningkatan angka kematian, kejadian rehospitalisasi dan penurunan hidup pasien. Kondisi gagal jantung dapat menyebabkan penurunan fungsi dari pasien sehingga perlu adanya pengelolaan self-care yang adekuat untuk mengatasi hal tersebut. Self-care merupakan salah satu upaya untuk mengelola penyakit gagal jantung. Self-care yang adekuat pada pasien gagal jantung dapat mencegah terjadinya perburukan gejala, rehospoitalisasi, peningkatan kualitas hidup bahkan mencegah kematian. Self-care pada pasien gagal jantung diperngaruhi oleh pemahaman pasien terhadap informasi yang diterima dan efikasi diri. Efikasi diri pada pasien gagal jantung memainkan peran penting dalam menyikapi perilaku self-care dan pengambilan keputusan. Efikasi diri memiliki keterkaitan yang erat pada self-care pasien gagal jantung dan menjadi salah satu komponen kunci untuk dipertimbangkan ketika mengembangkan edukasi kesehatan pada pasien gagal jantung Perawat dapat memberikan edukasi kesehatan kepada pasien gagal jantung baik secara tradisional maupun menggunakan teknologi. Edukasi secara tradisional dapat dilakukan dengan cara tatap muka menggunakan leaflet. Edukasi menggunakan teknologi dapat dilakukan dengan cara pemberian edukasi melalui website. Dimana pemberian edukasi melalui website akan memudahkan pasien mengakses informasi secara jarak jauh. Desain penelitian ini adalah quasy-expiremental dengan pendekatan control group pretest-posttest design dengan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kelompok kontrol mendapatkan edukasi standart yaitu edukasi secara tatap muka menggunakan leaflet, sedangkat kelompok intervensi mendapatkan edukasi menggunakan website. Lokasi penelitian ini adalah Poli Jantung RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Total responden dalam penelitian ini adalah 80 responden dengan masing-masing kelompok terdiri dari 40 responden. Responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali yaitu, sebelum diberikan edukasi dan dua minggu setelah pemberian edukasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cardiac Self-Efficacy Scale untuk menilai efikasi diri pasien dan Self Care Heart Failure Instrument versi 6.2 (SCHFI v6.2) untuk menilai kemampuan self-care pasien. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan uji statistik Wilcoxon dan uji Mann-Whitney. Hasil uji Wilcoxon menunjukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan pada pemberian edukasi secara tatap muka menggunakan leaflet dan edukasi berbasis website terhadap efikasi diri dan kemampuan self-care pasien dengan nilai signifikansi masing-masing 0,000 (p-value<0,05). Hasil uji Mannwhitney menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian edukasi secara tatap muka menggunakan leaflet dan edukasi berbasis website terhadap efikasi diri dan kemampuan self-care. Pada variabel efikasi diri menunjukan hasil nilai signifikansi 0,000 (p-value<0,05) dengan rata-rata nilai selisih lebih tinggi pada kelompok intervensi (21,6). Pada variabel kemampuan self-care pasien menunjukan nilai signifikansi 0,000 (p-value<0,05) dengan ratarata nilai selisih lebih tinggi pada kelompok intervensi (33,3). Hal ini menunjukan bahwa edukasi berbasis website lebih efektif dalam meningkatkan efikasi diri dan kemampuan self-care pada pasien gagal jantung. Edukasi berbasis website dapat digunakan untuk meningkatkan pemberdayaan dan kemadirian pasien. Program edukasi berbasis website meningkatkan pemahaman pasien sehingga membentuk sikap dan efikasi diri. Peningkatan efikasi diri menjadi dasar dari perubahan perilaku dan gaya hidup pada pasien gagal jantung. Pemberian program edukasi berbasis website dilakukan secara bertahap dan menggunakan edukasi audio-visual. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan retensi informasi yang diperoleh pasien sehingga dapat membentuk perilaku self-care yang adekuat. Informasi kesehatan yang memadai dapat mengarah pada perilaku self-care yang lebih baik pada pasien gagal jantung. Kesimpulan dari penelitian ini ialah terdapat pengaruh yang sigfinikan terhadap penggunaan edukasi berbasis website terhadap efikasi diri dan kemampuan self-care pada pasien gagal jantung. Rekomendasi dari penelitian ini adalah edukasi dapat diberikan melalui penggunaan website dengan pemberian edukasi secara bertahap dan berkesinambungan sehingga dapat membentuk efikasi dan perilaku self-care yang adekuat
    corecore