Kualitas kehidupan kerja dimaksudkan untuk digunakan dalam memperbaiki
kondisi kerja dengan mempertimbangkan kebutuhan fisik, mental, psikologis dan sosial
individu. Situasi kerja yang buruk dapat mengurangi kepuasan kerja yang disebabkan
karena munculnya burnout pada perawat. Burnout merupakan sindrom stres terkait
pekerjaan yang berdampak negatif pada penyedia layanan kesehatan, pasien, dan sistem
pemberian layanan kesehatan. Akibat adanya stres yang berlebihan dalam bekerja dan
timbulnya kejadian burnout pada perawat dapat menurunkan kepuasan kerja, sehingga
akan berdampak hasil yang merugikan berupa Pelaksanaan Alokasi Asuhan Keperawatan
(PAAK). PAAK menonjolkan adanya kesenjangan antara asuhan keperawatan ideal dan
praktik sehari-hari. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya kelalaian asuhan
keperawatan yang terlewat. Tingkat PAAK yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan hasil
pasien yang negatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan langsung maupun
tidak langsung dari masing-masing variabel yaitu kualitas kehidupan kerja dan burnout
pada perawat serta pelaksanaan alokasi asuhan keperawatan (PAAK). Penelitian ini
menggunakan desai penelitian deskriptif dengan pendekatan eksplanasi secara crosssectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSD dr. Soebandi Jember, dengan teknik nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling, dan didapatkan sampel
sebanyak 125 perawat sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Instrumen penelitian yang pertama menggunakan kuesioner Quality of Nursing
Work Life (QNWL), dari 41 pertanyaan didapatkan 33 pertanyaan yang valid dengan rhitung ≥ 0,361 (r-tabel), dan Cronbach Alpha (1) dimensi kehidupan kerja dengan
Cronbach’s Alpha = 0,667; (2) dimensi desain kerja dengan Cronbach’s Alpha = 0,655; (3)
dimensi konteks kerja dengan Cronbach’s Alpha = 0,893; (4) dimensi dunia kerja
Cronbach’s Alpha = 0,641. Cronbach’s Alpha semua dimensi QNWL >0,60. Kuesioner
yang kedua menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory-Human Services Survey
(MBI-HSS), terdapat 22 pertanyaan semua valid dengan r-hitung ≥ 0,27 (r-tabel), dan
Cronbach’s Alpha (1) dimensi kelalahan emosional dengan Cronbach’s Alpha = 0,845; (2)
dimensi depersonalisasi dengan Cronbach’s Alpha = 0,732; (3) dimensi pencapaian
prestasi pribadi dengan Cronbach’s Alpha = 0,858. Cronbach’s Alpha seluruh dimensi MBIHSS >0,6. Sedangkan kuesioner ketiga menggunakan Perceived Implicit Rationing of
Nursing Care (PIRNCA), dari 31 pertanyaan semua valid dengan r-hitung ≥ 0,488 (r-tabel),
Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha = 0,900 (>0,60).
Analisis data univariat dengan bantuanan program SPSS, analisis data multivariat
secara Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) dengan software
SmartPLS 3.0. Data telah diasumsikan sesuai dengan persyaratan SEM-PLS, dan semua
instrumen dievaluasi dari outer model dan dinyatakan valid dan reliabel. Pengujian
selanjutnya dengan mengevaluasi inner model untuk mengetahui hubungan secara
langsung maupun tidak langsung.
Hasil penelitian menunjukkan: a) Hubungan kualitas kehidupan kerja terhadap
burnout signifikan dengan p = 0,000 (<0,05); b) Hubungan burnout terhadap PAAK tidak
signifikan dengan p = 0,163 (>0,05); c) Hubungan kualitas kehidupan kerja pada perawat
terhadap PAAK tidak signifikan dengan p = 0,538 (>0,05); dan d) Burnout tidak menjadi
mediator hubungan kualitas kehidupan kerja dengan PAAK dengan p = 0,228 (>0,05).
Kesimpulan dari penelitian Hasil temuan menyatakan bahwa organisasi
keperawatan di instutusi rumah sakit memiliki peranan yang sangat penting dalam
memahami situasi dan kondisi perawat dari segi sosiodemografi terhadap setiap tenaga
perawat yang bekerja di RSD dr. Soebandi. Diperlukan sebuah perencanaan strateg dalam menyusun peningkatan kualitas kehidupan kerja yang baik dan matang dengan
menciptakan lingkungan kerja dan dukungan sosial antara manajer-perawat serta antar
antar kolega multidisiplin profesional lainnya