Penurunan kesadaran dan kejang merupakan komplikasi prosedur
kraniotomi yang paling sering ditemukan. Kondisi penurunan kesadaran
disebabkan penekanan mansefalon sehingga terjadi gangguan autoregulasi yang
menyebabkan peningkatan asam laktat dan hipoperfusi jaringan sehingga terjadi
peningkatan kadar CO2 dan hipoksia sedangkan kejang disebabkan peningkatan
TIK mengakibatkan herniasi otak kemudian terjadi gangguan SSP mengakibatkan
gangguan koordinasi gerak sehingga kehilangan volunter otot. Desain penelitian
ini menggunakan metode studi kasus (case study) berupa analisis asuhan
keperawatan gawat darurat pada klien post kraniotomi et causa subdural
hematoma dengan kondisi kejang dan penurunan kesadaran. Studi kasus ini
dilakukan selama satu hari perawatan dengan menggunakan pendekatan analisis
deskriptif yang terfokus pada asuhan keperawatan gawat darurat mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Hasil penelitian
ditemukan adanya penurunan kesadaran delirium, GCS 223, kejang, nyeri kepala,
pusing, mual muntah, batuk, gurgling. Masalah keperawatan yang diprioritaskan
yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, resiko ketidakseimbangan elektrolit, resiko
perfusi serebral tidak efektif, resiko aspirasi, dan resiko cedera. Intervensi yang
diberikan sesuai diagnosa yaitu manajemen jalan napas, manajemen elektrolit,
manajemen peningkatan tekanan intrakranial, pencegahan aspirasi, manajemen
kesehatan lingkungan. Inovasi intervensi yang diberikan yaitu pemberian HOB 30o
dan oksigenasi 3 lpm. Hasil evaluasi ditemukan peningkatan kesadaran menjadi
somnolen, peningkatan CGS 344, tidak kejang berulang, tidak ada penumpukan
sekret dan sputum dijalan napas, tidak tampak mual dan muntah, diaforesis
tampak berkurang, MAP membaik