13 research outputs found
Kajian pengurangan risiko banjir melalui simulasi bentuk penggunaan lahan dari aspek hidrologi di DAS Samin Jawa Tengah
Analisis Sifat Fisik Inceptisol Pasca Aplikasi Pupuk Organik dan Anorganik serta Pemangkasan Pohon Penaung Kopi di UB Forest
Kopi arabika merupakan salah satu jenis kopi yang dibudidayakan di perkebunan kopi UB Forest. Rendahnya unsur hara fosfor (P) pada tanah dan tingginya kerapatan kanopi menyebabkan rendahnya hasil produktivitas kopi di kebun kopi UB Forest. Upaya yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hara pada tanaman salah satunya yaitu penambahan bahan organik dan unsur hara. Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk 1) menganalisis pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik serta pemangkasan pohon penaung terhadap sifat fisik tanah; 2) menganalisis pengaruh pemberian pupuk organik dan anorganik serta pemangkasan terhadap potensi produksi kopi; dan 3) menganalisis hubungan sifat fisik tanah terhadap produksi kopi di UB Forest.
Kegiatan penelitian dilakukan di Lahan UB Forest, Dusun Sumbersari, Desa Tawang Argo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang pada bulan Desember 2021 hingga Mei 2022. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan (3) tiga taraf perlakuan dan (4) empat ulangan. Perlakuan dalam penelitian terdiri dari: perlakuan pertama terdiri dari tanaman penaung dipangkas atau trimming (T1) dan tanaman penaung tidak dipangkas atau non trimming (T2); perlakuan kedua meliputi pupuk anorganik (I), pupuk organik (O) dan pupuk kombinasi (organik dan anorganik) (M); dan perlakukan ketiga terbagi menjadi dosis petani (D1), dosis rekomendasi puslitkoka (D2), dosis pergantian unsur hara (D3). Parameter sifat fisik tanah yang diamati meliputi berat isi tanah, berat jenis tanah, porositas tanah, kadar air kapasitas lapang, kadar air titik layu permanen dan kadar air tersedia. Variabel pengamatan dianalisis menggunakan software R studio. Hasil data pengamatan dilakukan analisis ragam dengan taraf 5% dan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5% untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing perlakuan. Selanjutnya melakukan korelasi antara sifat fisik tanah dan produksi kopi.
Pengaplikasian pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap sifat fisik tanah, namun belum terdeteksi memperbaiki sifat fisik tanah selama periode pengamatan. Pemberian pupuk organik dan anorganik belum mampu meningkatkan produksi kopi secara nyata (p<0,05). Hasil korelasi antara sifat fisik tanah dan produksi kopi didapatkan hasil pada porositas (0-20 cm) berkorelasi nyata dengan nilai r= -0,229. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dosis yang direkomendasikan kepada petani sebaiknya dengan menggunakan T2OD1 (Pohon penaung tidak dipangkas + Pupuk Organik + Dosis petani). Hal tersebut dikarenakan tidak terdapat perbedaan secara nyata antar perlakuan, sehingga petani direkomendasikan untuk tetap menggunakan dosis pupuk seperti yang telah diterapkan sebelumnya
Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik Majemuk Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa) Serta Sifat Fisik Dan Kimia Tanah
Pengaruh Dosis Pupuk Anorganik
Majemuk Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah
(Allium cepa) Serta Sifat Fisik Dan Kimia Tanah. Dibimbing oleh Kurniawan
Sigit Wicaksono sebagai Dosen Pembimbing utama dan Syahrul Kurniawan
Sebagai Dosen Pembimbing pendamping
Banyaknya manfaat dari tanaman bawang merah menyebabkan kebutuhan
tanaman bawang merah di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun namun tidak
diikuti ketersediaan bawang merah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan hara tanaman yaitu dengan pemberian pupuk karena
pemberian pupuk yang mampu menyesuaikan kondisi tanah sesuai dengan yang
tanaman bawang merah butuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
pengaruh pemberian pupuk anorganik majemuk terhadap sifat fisik serta sifat kimia
tanah dan menganalisa pengaruh pemberian pupuk anorganik terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan FP-UB, Kelurahan
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Penelitian ini disusun dalam
RAK yang terdiri dari 8 perlakuan dengan dosis yang berbeda dan 3 ulangan
sehingga terdapat 24 petak lahan. Perlakuan penelitian meliputi: 1) N0 Kontrol
(Tanpa Pemupukan); 2) N1 pupuk anorganik dasar (Urea, SP36, KCl); 3) N2 75%
pupuk dasar + pupuk anorganik majemuk dosis 50%; 4) N3 75% pupuk dasar +
pupuk anorganik majemuk dosis 100%; 5) N4 75% Pupuk dasar + pupuk anorganik
majemuk dosis 150%; 6) N5 50% pupuk dasar + pupuk anorganik majemuk dosis
50%; 7) N6 50% pupuk dasar + pupuk anorganik majemuk dosis 100%; 8) N7 50%
Pupuk dasar + pupuk anorganik majemuk dosis 150%. Parameter sifat fisik tanah
terdiri dari berat isi, berat jenis, dan porositas serta parameter sifat kimia terdiri pH,
N, P, dan K. Sedangkan parameter tanaman meliputi pertumbuhan yaitu tinggi
tanaman, jumlah anakan, dan jumlah daun serta produksi tanaman meliputi
biomassa tanaman, jumlah anakan, berat basah dan berat kering umbi. Keragaman
data parameter pengamatan diuji dengan ANOVA 5% perbedaan antar perlakuan
diuji dengan DMRT taraf 5%
Pemberian berbagai dosis pupuk anorganik majemuk tidak berpengaruh
nyata (P > 0,05) terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah, namun mampu
meningkatkan produksi tanaman bawang merah meliputi biomassa tanaman,
jumlah anakan, berat basah, dan berat kering umbi. Hasil produksi biomassa,
jumlah anakan, berat basah umbi, dan berat kering umbi tanaman bawang merah
tertinggi terdapat pada kode N7 dengan perlakuan 50% pupuk dasar + pupuk
anorganik majemuk 150%. Perbedaan dosis aplikasi pupuk anorganik majemuk
tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap sifat fisik tanah namun
dapat memperbaiki sifat kimia tanah yaitu unsur hara. Berdasarkan penelitian ini
dosis yang dianjurkan kepada petani yaitu sebaiknya dengan dosis 50% pupuk dasar
+ 150% Pupuk Anorganik majemuk. Hal tersebut dikarenakan dosis tersebut
memiliki pengaruh yang baik terhadap produksi tanaman bawang merah dibanding
dosis yang lainnya
Pemanfaatan Indeks Vegetasi Untuk Menduga Kesuburan Tanah Pada Lahan Padi Di Kabupaten Pamekasan
Tanaman padi sebagai komoditas pangan utama di Indonesia diharapkan
dapat memberikan hasil panen yang optimal. Kegiatan pemupukan terus dilakukan
oleh petani sebagai upaya meningkatkan hasil produksi padi, namun menurut data
statistik hasil produksi tanaman padi di Kabupaten Pamekasan mengalami
penurunan. Dasar pemupukan yang dilakukan oleh petani tanpa pemahaman status
kesuburan tanah akan menjadi kurang bermanfaat karena memungkinkan
pemupukan yang dilakukan menjadi tidak efektif dan efisien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui status kesuburan tanah dan evaluasinya untuk
meningkatkan kesuburan tanah di Kabupaten Pamekasan serta menguji tingkat
akurasi indeks vegetasi dalam menduga kesuburan tanah di Kabupaten Pamekasan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2022 di Kabupaten
Pamekasan. Survei tanah dan pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret di
Kabupaten Pamekasan berdasarkan Satuan Peta Lahan (SPL), total terdapat 40
SPL. Parameter yang diamati meliputi ketersediaan hara dan retensi hara yaitu N-
total, P-tersedia, K-dd, pH, KTK, KB, dan C-organik tanah. Hasil analisis
laboratorium digunakan untuk penilaian status kesuburan tanah. Pendugaan
kesuburan tanah dilakukan menggunakan beberapa indeks vegetasi yaitu
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), Redness Index (RI), Red Green
Ratio (RGR), dan Normalized Green Red Difference Index (NGRDI). Tahapan
analisis statistik dalam pendugaan meliputi: (a) uji normalitas; (b) uji korelasi; (c)
analisis regresi; (d) uji akurasi dengan metode Root Mean Square Error (RMSE).
Hasil penelitian menunjukkan kesuburan tanah di Kabupaten Pamekasan
cenderung tergolong rendah. Kesuburan tanah yang rendah terdapat pada 28 SPL
dan kesuburan tanah yang sedang terdapat pada 12 SPL. Kesuburan tanah yang
rendah diakibatkan oleh rendahnya N-total dan C-organik tanah. Keduanya menjadi
faktor pembatas dalam kesuburan tanah, sehingga rekomendasi pemupukan yang
perlu dilakukan ialah pemberian pupuk kandang untuk meningkatkan bahan
organik dan nitrogen pada tanah. Indeks NDVI tidak dapat digunakan dalam
pendugaan kesuburan tanah karna tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan
semua parameter kesuburan tanah. Pendugaan kesuburan tanah di Kabupaten
Pamekasan hanya dapat dilakukan pada parameter N-total dan K-dd dengan indeks
RI, RGR, dan NGRDI. Indeks RI, RGR, dan NGRDI berkorelasi sedang dengan
kadar N-total, sementara indeks RI, RGR, dan NGRDI dengan kadar K-dd
berkorelasi kuat. Hasil uji akurasi yang didapat bahwa ketiga indeks RI, RGR, dan
NGRDI sama baik dalam menduga kadar N-total dengan nilai RMSE indeks
sebesar 0,027. Namun nilai RMSE kadar K-dd jika dibandingkan dengan nilai
RMSE N-total masih memiliki tingkat error yang lebih tinggi dengan nilai RMSE
sebesar 0,39
Pemanfaatan Pedotransfer Untuk Evaluasi Retensi Hara Pada Lahan Padi Di Kabupaten Pamekasan
Produktivitas padi di Kabupaten Pamekasan tahun 2013 hingga tahun 2020
mengalami produktivitas yang fluktuatif dan tingkat kesuburan tanah pada tahun
2007 hingga tahun 2020 tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh petani
mengaplikasikan pupuk yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, seperti
kurang pengaplikasian pupuk kandang, pupuk organik dan pupuk anorganik
lainnya. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu
dengan pemanfaatan pedotransfer dalam mengevaluasi kesuburan tanah dari aspek
retensi hara sebagai dasar penetapan kebutuhan pupuk. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi kesuburan tanah dari aspek retensi hara pada lahan padi di
Kabupaten Pamekasan dan menetapkan pedotransfer berdasarkan variabel sifat
fisik tanah, dan pH terhadap kesuburan tanah dari aspek retensi hara.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur. Penelitian
dan pengambilan sampel tanah dilakukan pada bulan Maret 2022, analisis
laboratorium dilakukan pada bulan Mei 2022, penyusunan analisis data dan
pemberian kode SPL dilakukan pada bulan Juni hingga bulan Juli 2022. Analisis
laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Fisika Tanah Fakultas
Pertanian Brawijaya. Parameter pengamatan yang diamati diantaranya yaitu pH,
EC, KTK, C-organik tanah, KB, tekstur, porositas, berat isi dan KHJ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasi kesuburan retensi hara pada
lahan padi di Kabupaten Pamekasan terhadap sifat fisik dan kimia tanah tergolong
rendah hingga tinggi. Hal tersebut disebabkan intensifikasi pertanian akibat
pengaplikasian pupuk yang berlebih, sehingga tingkat kesuburan cenderung tidak
merata. Tingkat kesuburan tanah yang tinggi di Kabupaten Pamekasan terdapat
pada KTK di Kecamatan Tlanakan (43,92 cmol/kg), KB di Kecamatan Galis
(99,38%), pH di Kecamatan Tlanakan (7,00), EC di Kecamatan Pakong dan
Kecamatan Pasean (0,39 mS) serta tekstur yang dominan fraksi liat. Tingkat
kesuburan rendah terdapat pada C-organik tanah di Kecamatan Waru dan Kadur
(0,08%), berat isi di Kecamatan Pasean (1,59 g/cm3), porositas di Kecamatan
Proppo (34,89%), dan Konduktivitas Hidrolik Jenuh (KHJ) di Kecamatan Pasean
(46,34 cm/jam). Hasil evaluasi retensi hara KTK dan KB dapat diduga dengan
pemanfaatan pedotransfer melalui estimasi EC tanah dan fraksi debu. Uji akurasi
yang dilakukan pada penelitian ini dengan uji MAPE. Tingkat akurasi KTK yang
mempunyai akurasi terbaik yaitu diestimasi dengan nilai EC yang tergolong
peramalan sangat baik dan tingkat error 3,76%. Kejenuhan basa yang mempunyai
akurasi terbaik yaitu diestimasi dengan fraksi debu yang tergolong peramalan layak
dan tingkat error 44,96%
Kajian Kualitas Vermikompos dan Perkembangan Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) Pada Berbagai Media Budidaya dan Pakan
Pembuangan sampah organik yang tidak terkontrol menjadi masalah serius dalam lingkungan. Daur ulang sampah organik menjadi pupuk organik ialah salah satu cara metode pengolahan sampah yang banyak digunakan. Pupuk organik ialah pupuk yang berasal dari bahan makhluk hidup ataupun organisme yang sudah mati. Salah satu tipe pupuk organik yang direkomendasikan adalah vermikompos. Vermikompos merupakan hasil dekomposisi lebih lanjut dari bahan organik oleh cacing tanah yang mengandung unsur hara dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Cacingtanah memainkan peranan utama dalam mengubah bahan organik menjadi humus sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah. Maka dari itu dengan memanfaatkan cacing tanah sebagai dekomposer, maka akan mampu mengurangi volume limbah dan sekaligus menjadi sumber pakan bagi cacing tanah. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh dari campuran media budidaya dan pakan terhadap perkembangan cacing tanah (Lumbricus terrestris) dan untuk mengetahui pengaruh dari campuran media budidaya dan pakan terhadap kualitas vermikompos.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2022 dengan di CV.Rumah Alam Jaya Organik, Sukun, Kota Malang, dan di Laboratorium Kimia Tanah FP UB. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dengan masing- masing 3 ulangan, sehingga total percobaan adalah 18 kotak. Variabel pengamatan meliputi perkembangan cacing tanah (Lumbricus terrestris) berupa bobot akhir cacing tanah serta kualitas vermikompos (kandungan C-Organik, dan pH). Analisa data dilakukan dengan menggunakan pengumpulan data dengan software Excel dan untuk menganalisis pengaruh perlakuan terhadap variabel pengamatan dilakukan dengan analisa ragam atau Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh yang nyata (F hitung > F tabel) dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media budidaya terhadap bobot cacing tanah menunjukan pengaruh nyata dengan bobot tertinggi sebesar 256 gram yang terdapat pada media baglog jamur dan kokopit ditambah dengan pakan ampas tahu, pada perameter C-Organik juga menunjukkan bahwa media budidaya berpengaruh nyata dengan nilai C-Organik tertinggi 35,89%, serta pada parameter pH vermikompos menunjukkan bahwa pada perlakuan media baglog jamur dengan pakan ampas tahu dan campuran media baglog jamur dan kokopit dengan pakan limbah sayuran menunjukkan pengaruh berbeda nyata dengan nilai tertinggi 6,6
Pemanfaatan Pedotransfer Untuk Evaluasi Ketersediaan Hara Pada Lahan Padi Di Kabupaten Pamekasan
Padi merupakan tanaman pangan utama bagi masyarakat Indonesia, maka
dari itu sebagian besar budidaya pertanian di Indonesia adalah lahan padi, tidak
terkecuali di Kabupaten Pamekasan. Pemberian pupuk secara berlebih memiliki
dampak negatif bagi tanah, yaitu terjadi pencemaran tanah dan lingkungan,
kesuburan tanah menurun sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman padi
dan mengakibatkan penurunan hasil produksi tanaman padi. Penurunan hasil
produksi padi terlihat dari tahun 2011 sampai 2021 yaitu 149 ribu ton menjadi
95,201 ton. Penurunan produksi yang tidak sebanding dengan pemberian pupuk
yang tinggi menujukan bahwa pemberian pupuk belum efisien. untuk
mengaplikasikan pupuk secara efisien sesuai dengan ketersediaan hara di dalam
tanah diperlukan evaluasi kesuburan tanah di lahan. Namun kegiatan tersebut dirasa
tidak efektif karena kegiatan analisis di laboratorium membutuhkan banyak waktu,
tenaga dan biaya untuk bahan bahan kimia yang digunakan. Oleh sebab itu
dilakukan metode alternatif dengan mengunakan metode fungsi pedotransfer.
Evaluasi kesuburan tanah dilakukan dengan menganalisis pada 40 titik di
Kabupaten Pamekasan dan terbagi di 13 kecamatan yaitu Kecamatan Batumarmar,
Galis, Kadur, Larangan, Pademawu, Pakong, Palengaan, Pamekasan, Pasean,
Pengantenan, Proppo, Tlanakan, dan Waru. Parameter yang digunakan untuk
evaluasi status kesuburan tanah menurut KTK, KB, C-organik, P-tersedia, dan N-
total. Secara keseluruhan status kesuburan tanah di Kabupaten Pamekasan
tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan faktor pembatas seperti ketersediaan C-
organik, P-tersedia dan N-total yang rata-rata berada dikelas rendah. Fungsi
pedotransfer didapat melalui regresi linier sederhana dengan beberapa uji asumsi
klasik seperti uji normalitas dan uji korelasi.
Hasil uji normalitas N, EC, fraksi liat, fraksi debu, dan porositas melebihi
nilai 0,05 yaitu 0,6154; 0,0633; 0,5688; 0,3524; 0,7710, dan data P sebesar 0,2592;
K sebesar 0,2516; dan fraksi pasir sebesar 0,2592. Hasil uji korelasi antara N, P,
dan K dengan pH, EC, tekstur tanah, BI, dan porositas adalah N dan K berkorelasi
dengan EC dan tekstur tanah (Fraksi pasir, debu, dan liat) dan untuk P tidak ada
yang berkorelasi. Hasil uji korelasi antara N, P, dan K dengan pH, EC, tekstur tanah,
BI, dan porositas adalah N dan K berkorelasi dengan EC dan tekstur tanah (Fraksi
pasir, debu, dan liat) dan untuk P tidak ada yang berkorelasi. Hasil dari regresi linier
yang dapat digunakan untuk fungsi pedotransfer antara lain adalah pendugaan
Nitrogen (%) = 0,0604128 + (0,0012381*Fraksi Liat (%)) memunculkan nilai
akurasi RMSE 0,019126, sedangkan pendugaan unsur hara K dapat dilakukan
dengan menggunakan sifat fisik tanah fraksi liat dengan Kalium dapat ditukar
(me/100gram) = 0,108408 + (0,008071*Fraksi Liat (%)), nilai akurasi berdasarkan
RMSE adalah 0,283256, sedangkan unsur hara P tidak dapat diduga dengan
menggunakan fungsi pedotransfer karena tidak berkorelasi antara variabel sifat fisik
tanah, pH, dan EC
Retensi Air Tanah dan Kerapatan Akar pada Perbedaan Naungan Kopi (Coffea canephora) di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang
Kecamatan Dampit merupakan salah satu wilayah penghasil kopi yang
terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kopi menjadi komoditas utama selain
padi yang mampu meningkatkan pendapatan keluarga. Disisi lain, produksi kopi di
Kecamatan Dampit masih rendah yaitu sekitar 0,4-0,7 ton ha-1. Rendahnya
produksi kopi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu perubahan
iklim. Perubahan iklim berdampak terhadap ketersediaan air dimana kopi
mayoritas dibudidayakan pada lahan kering yang hanya mengandalkan hujan
sebagai masukan air. Penerapan agroforestri kopi merupakan salah satu alternatif
upaya konservasi tanah dan air karena memiliki banyak manfaat seperti dalam
meningkatkan retensi air tanah. Retensi air tanah merupakan kemampuan tanah
dalam menahan air dalam kurun waktu tertentu. Penerapan agroforestri yang
kurang sesuai berpotensi terhadap terjadinya kompetisi air dan unsur hara antara
tanaman kopi dengan tanaman penaung. Maka dari itu dilakukan penelitian
dengan tujuan: a) menganalisis pengaruh jenis tanaman penaung pada sistem
agroforestri kopi terhadap kapasitas retensi air tanah; b) menganalisis pengaruh
jenis tanaman penaung pada sistem agroforestri kopi terhadap kerapatan akar
kopi; dan c) menganalisis pengaruh kerapatan akar kopi terhadap kapasitas
retensi air tanah.
Penelitian dilaksanakan di Perkebunan Kopi Rakyat di Desa Srimulyo,
Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang pada Bulan Oktober 2021 – September
2022. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika, Kimia, dan Biologi Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan pada empat sistem
agroforestri berbeda yaitu kopi tanpa naungan (KO), kopi-pisang (KP), kopi-gamal
(KG), dan kopi-lamtoro (KL), menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 0-20 cm, 20-40
cm, dan 40-60 cm, serta pada dua jarak yaitu dekat batang kopi dan diantara kopinaungan.
Variabel yang diamati yaitu karakteristik fisik tanah, kapasitas retensi air
tanah yang meliputi distribusi pori tanah dan kadar lengas tanah, kerapatan akar,
dan produksi tanaman kopi. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan analisis
ragam (anova) dan uji lanjut BNJ 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan agroforestri dapat
meningkatkan kapasitas retensi air tanah dimana perlakuan kopi-pisang (KP)
memiliki rerata kapasitas air tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
kopi tanpa naungan (KO). Penerapan jenis naungan kopi berdampak terhadap
nilai kerapatan panjang akar dan berat kering akar, dimana pada kedalaman 0-20
cm perlakuan kopi-gamal (KG) dan kopi-lamtoro (KL) memiliki nilai kerapatan akar
lebih tinggi dibandingkan perlakuan kopi tanpa naungan (KO) meskipun tidak
berbeda nyata. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi kompetisi
antara akar kopi dengan gamal dan lamtoro. Sistem Agroforestri kopi-pisang (KP)
memiliki nilai kerapatan panjang akar yang lebih rendah dibandingkan KO, yang
mengindikasikan terjadinya kompetisi akar kopi dan pisang. Kerapatan panjang
akar berkorelasi positif dengan pori makro tanah (r=0,154) dan berkorelasi negatif
dengan pori mikro tanah (r=-0,692**), yang menunjukkan bahwa peningkatan
kerapatan akar mampu meningkatkan retensi air tanah
Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Menduga Indeks Produktivitas Tanaman Dan Keberlanjutan Lahan Kopi Rakyat Di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang
Kecamatan Wajak memiliki karakteristik lahan berpasir dan lereng beragam yang terletak di lereng Gunung Semeru. Saat ini, di Kecamatan Wajak juga sedang dilakukan pengembangan komoditas pertanian khususnya tanaman kopi. Hal ini didukung dengan bertambahnya luasan lahan kopi dari tahun 2018 ke 2019 sebesar 31,20%. Sedangkan kondisi lahan dengan lereng beragam dan didominasi lereng curam akan menimbulkan permasalahan lahan, meliputi bahaya erosi maupun longsor, serta adanya perbedaan kandungan hara tanah yang signifikan. Maka perlu upaya pendugaan produksi kopi dan keberlanjutan lahan untuk budidaya tanaman kopi melalui pemodelan indeks produksi kopi maupun indeks keberlajutan lahan kopi. Metode penilaiannya secara terrestrial, yang memiliki tingkat akurasi tinggi. Selain itu, monitoring secara cepat juga dapat digunakan untuk menilai keberhasilan kebun kopi rakyat melalui penginderaan jauh yang memanfaatkan transformasi spektral citra beresolusi tinggi berupa Citra Sentinel 2A. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan keterkaitan faktor indeks tanaman, indeks tanah, dan indeks vegetasi maupun indeks tanah dalam menganalisis produksi kopi rakyat.
Metode penentuan titik pengamatan berupa stratified random sampling, dengan strata berupa luas lahan kopi, umur produktif kopi, dan aksesbilitas. Terdapat 33 titik pengamatan, di mana luas plot pengamatan data produksi sebesar 10×10 m sesuai ukuran pixel citra Sentinel 2A. Penelitian dilakukan dengan mengambil data produksi kopi (ton/ha) 1 kali musim panen sebagai variabel terikat. Penelitian dilakukan dengan menganalisis berdasarkan data satelit, tanah, dan tanaman. Data citra Sentinel 2A diunduh tanggal 22 Juli 2022. Data citra Sentinel 2A digunakan untuk transformasi spektral ke dalam berbagai indeks vegetasi maupun indeks tanah. Data indeks produktivitas tanaman diperoleh berdasarkan parameter meliputi diameter batang (DB), diameter kanopi (DK), jumlah cabang produktif (JCP), panjang cabang produktif (PCP), leaf area index (LAI), dan total klorofil (TK). Data indeks keberlanjutan lahan diperoleh menggonakan pendekatan data erodibilitas tanah (K) (stuktur tanah, tekstur tanah, permeabilitas, dan bahan organik) dan indeks produktivitas tanah (kedalaman efektif, lereng, tekstur tanah lapisan 0-30 cm dan 30-60 cm, drainase, KB, KTK, pH dan % C-Organik). Analisis data statistik berupa uji normalitas, korelasi, regresi linier, multi linier berganda, dan eksponensial. Penyusunan model menggunakan software ArcGIS 10.8 dan RStudio.
Hubungan antara indeks keberlanjutan lahan, indeks produktivitas tanaman, SR dan NDSI terhadap produksi kopi apat dinyatakan dalam bentuk triple bottom line yang tergolong berlanjut, karena memiliki hubungan yang signifikan terhadap produksi kopi. Hubungan antara SR terhadap produksi kopi menghasilkan model berupa Ŷ= (0,27×SR)-0,74 (r=0,88; R2=0,77, ρ(value)<0,05). Hubungan NDSI terhadap produksi kopi menghasilkan model berupa Ŷ= 0,13e3.06×NDSI (r=0,50; R2=0,27, ρ(value)<0,05). Hubungan indeks erodibilitas tanah dengan produksi kopi menghasilkan model berupa Ŷ= 0.032e6.0737×Erodibilitas Tanah (r=0,81; R2=0,67, ρ(value)<0,05). Hubungan antara indeks produktivitas lahan dengan produksi kopi menghasilkan model berupa Ŷ= 0,42e0.02×Indeks Produktivitas Lahan (r=0,57; R2=0,36, ρ(value)<0,05). Indeks produksi kopi berbasis parameter tanaman dengan produksi kopi mengahsilkan model berupa Ŷ=(0.163×LAI)+(0.035×NPB)+(0.792×LPB)+(0.974*SD)+(0.032*CD)-(0.0002×TC))–1.135 (r=0,93;R2=0,82, ρ(value)<0,05). Hubungan antara indeks produktivitas tanaman dengan produksi kopi menghasilkan model berupa Ŷ= (0,02×Indeks Produktivitas Tanaman)+0,51(r=0,87; R2=0,76, ρ(value)<0,05)
Kajian Kadar Timbal (Pb) pada Akar Berbagai Jenis Tanaman di Lokasi Penimbunan Limbah Pertambangan Emas PT. Aneka Tambang, Bogor.
Pertambangan emas menjadi salah satu sektor yang paling berperan dalam
meningkatkan perekonomian di Indonesia. Disamping itu, pertambangan sangat
berkaitan erat dengan adanya degradasi suatu lahan. Jenis degradasi lahan yang
sering muncul yaitu pencemaran yang disebabkan oleh logam berat dengan sifat
yang sulit untuk terurai (non degradable), non essensial, dan immobile. Timbal
merupakan jenis logam berat yang sering ditemukan menjadi sumber pencemaran
yang terjadi pada kegiatan pertambangan. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan kadar timbal tanah sebelum dan setelah dilakukannya
fitoremediasi menggunakan tanaman lokal serta mengetahui jenis tanaman lokal
yang mampu mengakumulasi timbal tanah paling banyak di lokasi penimbunan
limbah pertambangan emas PT. Aneka Tambang, Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 sampai dengan April
2019. Pengambilan sampel tanah dan tanaman dilakukan pada lokasi pembuangan
limbah pertambangan emas PT. Aneka Tambang, Bogor. Analisis kadar timbal
pada tanah dan tanaman dilakukan di laboratorium PT. Biodiversitas Bioteknologi
Indonesia, Bogor. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang
diulang sebanyak 3 kali. Jenis tanaman yang dijadikan sampel yaitu jati putih
(Gmelina arborea Roxb.), pulai (Alstonia scholaris L. R. Br.), ganitri
(Elaeocarpus ganitrus Roxb.), pinus (Pinus merkusii Jungh.), rasamala (Altingia
excelsa N.) dan puspa (Schima wallichii K.) dengan posisi penanaman berada
pada teras atas, teras tengah, dan teras bawah. Variabel yang diamati antara lain
tekstur tanah, pH tanah, C-Organik dan kadar timbal pada tanah dan tanaman.
Analisis data menggunakan ANOVA pada program Genstat discovery 18th
Edition yang dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ)/tukey pada
taraf 5%. Analisis data kadar timbal tanah sebelum dan setelah fitoremediasi
menggunakan uji dua sampel berpasangan (Paired T-Test) taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fitoremediasi menggunakan tanaman
lokal mampu menurunkan kadar timbal tanah. Uji dua sampel berpasangan
(Paired T-Test) pada tanah sebelum dan setelah fitoremediasi memiliki pengaruh
nyata terhadap kadar timbal tanah. Karakteristik tanah setelah fitoremediasi
memiliki tekstur tanah lempung liat berpasir, pH tanah pada kategori agak
masam-netral, kadar C-Organik dan bahan organik pada kategori sangat rendahrendah. Tanaman pada lokasi penelitian memiliki kemampuan dalam menyerap
timbal tanah. Tanaman pinus (Pinus merkusii J.) mampu mengakumulasi timbal
tanah paling banyak dibandingkan dengan jenis tanaman lokal lainnya. Kadar
akumulasi timbal pada akar tanaman pinus sebesar 3,21 mg/tan. Tanaman jati
putih (Gmelina arborea Roxb) memiliki nilai akumulasi paling rendah dengan
nilai sebesar 0,89 mg/tan. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai penyebaran
dan translokasi timbal pada jaringan tanaman lainnya